BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan sel limfosit sehingga membuat tubuh tidak dapat bertahan terhadap penyakit. Virus HIV yang menyerang tubuh tidak menimbulkan gejala serta perubahan fisik sehingga selanjutnya akan berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan situasi telah menurun sistem daya tahan tubuh dan telah terinfeksi penyakit-penyakit penyerta (Infeksi Opportunistik). (1) HIV telah menginfeksi lebih dari 65 juta orang di dunia. AIDS merupakan penyebab kematian keempat dibeberapa Negara. (1) Menurut UNAIDS Asia pasifik merupkan benua dengan peringkat kedua setelah sub-sahara Afrika dengan jumlah penderita HIV yaitu 4,8 juta (4,1 juta-5,5 juta) orang. Adapun 6 negara tetinggi di Asia pasifik yaitu China, India, Indonesia, Myanmar, Thailand,Dan Vietnam dengan 90% orang penderita HIV di setiap wilayahnya. Penyebab tingginya penyebaran penderita HIV diakibatkan adanya populasi berisiko yang merupakan pekerja seks, pria gay, lelaki seks lelaki (LSL),transgender dan penasun dengan usia dibawah 25 tahun. Adapun Epidemi transmisi HIV di Asia Pasifik untuk lelaki seks lelaki mencapai 1,4% dari populasi pria dewasa dengan sebagian besar pria gay dan LSL memiliki hubungan heteroseksual dan menikah dengan wanita. Data Prevalensi HIV pria gay dan LSL di China, India, Indonesia, Jepang, Nepal, Thailand dan Vietnam mencapai 4-9%. (2) 1

2 Indonesia telah termasuk kedalam Enam negara di Asia Pasifik dengan tingkat penyebaran Virus HIV/AIDS tercepat di Asia. Laporan Kemenkes RI, Desember 2016 jumlah kumulatif kasus HIV mencapai 13.287 orang dan kasus AIDS mencapai 3.812 orang adapun sub populasi tertinggi yaitu lelaki seks lelaki (LSL) (21,3%), hubungan seks heteroseksual (71,9%), pengguna Napza suntik (Penasun) (2,5%), dan wanita pekerja seks (WPS) (28%). (3,4) Perkembangan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS sudah berhasil dalam menahan laju epidemi HIV sejak tahun 2006 sampai dengan 2015 dengan penurunan prevalensi penyakit HIV pada Penasun dan WPS, namun ditemukannya epidemi HIV di kalangan LSL menjadi tantangan besar dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Epidemi penularan HIV pada kalangan LSL dapat menyebabkan penularan HIV pada Ibu Rumah Tangga. (5) HIV dan AIDS di kalangan LSL disebabkan oleh perilaku seksual yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentukbentuk tingkah laku ini dapat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. (6) Meningkatanya perilaku seksual berisiko yang biasa disebut dengan perilaku seksual berisiko di Indonesia tidak hanya terbatas pada kelompok heteroseksual saja namun kelompok lainnya yaitu kelompok lelaki seksual lelaki (LSL), waria, penjaja seksual dan gay. Perilaku seksual yang dilakukan oleh kaum lelaki jauh lebih kompleks dimana dapat dilihat bahwa lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki dapat berhubungan seksual dengan wanita dan waria. Di Indonesia telah tumbuh jasa seksual yang dilakukan oleh kaum waria dan juga kaum lelaki yang sama-sama melayani pelanggan lelaki. Lelaki seks lelaki (LSL) adalah pria yang mengaku

3 dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual dan banyak diantara mereka juga membeli dan menjual seksual. (7) Trend jumlah kasus baru HIV/AIDS di provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 telah ditemukan 150 kasus AIDS baru dan 200 kasus HIV baru. Angka kumulatif ODHA yang ditemukan sebanyak 1053 kasus dan meninggal karena AIDS sebesar 135 kasus dengan caserate 21,59%. Provinsi Sumatera Barat berdasarkan kumulatif kasus AIDS oktober-desember 2016 menempati urutan ke-9 provinsi tertinggi jumlah kasus penderita HIV/AIDS di (3, 4) Indonesia. Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat memiliki 19 KPA Kabupaten/Kota yang dinaungi oleh KPA Provinsi Sumatera Barat (KPAP) dan KPA Nasional (KPAN). Provinsi Sumatera Barat hanya empat KPA Kabupaten/Kota (KPAK) yang aktif, yaitu: Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Solok dan Kota Payakumbuh. (8,9) Adapun distribusi jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS terbesar terdapat di Kota Padang diikuti oleh Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Payakumbuh. Berdasarkan data KPA Kota Padang dari tahun 2014 hingga 2016 terdapat peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS seperti tabel 1.1 di bawah ini (9) : Table 1.1 Data peningkatan Kasus HIV/AIDS di Kota Padang. Tahun HIV AIDS 2014 193 34 2015 227 86 2016 300 58 TOTAL 720 178 Dari tabel diatas kasus HIV/AIDS Terus mengalami peningkatan jumlah penderita ini diketahui dengan penemuan kasus serta penambahan kinerja program pencegahan HIV/AIDS oleh KPAK Padang. Kasus HIV tertinggi tahun 2016 mencapai 300 orang sedangkan untuk AIDS jumlah kasus yang ditemukan sebanyak

4 58 orang (9,10).Berdasarkan pemetaan populasi kunci oleh KPA Kota Padang tahun 2015 (9) didapatkan jumlah populasi pekerja seks diketahui 579, waria 179 dan lelaki seks lelaki (LSL) 861orang untuk di kota Padang. Data lelaki seks lelaki (LSL) tertinggi di Provinsi sumatera barat, kota Padang sebagai peringkat pertama dengan jumlah LSL 861 orang diikuti kota Solok 522 dan kota Bukittinggi 432 orang. (9). Perilaku seksual yang dilakukan pada komunitas lelaki seks lelaki (LSL) memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mata rantai penularan HIV/AIDS. Prevalensi HIV pada kelompok LSL sebesar 7% dan 29-34% LSL sudah terinfeksi penyakit menular seksual (IMS) rektal. (11) Prevalensi IMS rektal yang tinggi merupakan indikasi tingginya frekuensi seks anal tanpa kondom yang tinggi. LSL sangat rentan tertular IMS dan HIV akibat perilaku hubungan seksual yang tidak aman, baik yang dilakukan secara genital, anal maupun oral. (11) Data Surveilas Terpadu Biologis dan perilaku pada kelompok berisiko tinggi di indonesia (STBP) tahun 2007 juga menunjukkan LSL berhubungan seks dengan banyak pasangan dalam tahun terakhir, baik perempuan maupun lelaki. Sebagian besar perilaku anal seks pada kelompok bahwa LSL dilakukan tanpa menggunakan kondom, hanya 11,1-32,3% yang melakukan dengan menggunakan kondom (11). Adapun Survei online yang dilakukan Horvath et al (12) tahun 2008 terhadap LSL yang merupakan penduduk Amerika Serikat menunjukkan angka sebesar 76% (dari 770 responden) melakukan anal inter-course dalam 3 bulan terakhir dengan 36% diantaranya merupakan unprotected anal intercourse. Perilaku seksual termasuk perilaku anal seks tanpa kondom jika ditinjau dengan teori Bandura dalam Social Learning Theory dibentuk oleh interaksiantar faktor personal, faktor lingkungan, dan faktor perilaku itu sendiri. Temuan beberapa penelitian memperlihatkan bahwa faktor personal antara lain efikasi diri dan harga

5 diri memainkan peran dalam perilaku seksual berisiko pada kalangan LSL (13, 14) dengan pendapatan rendah di Peru. Menurut Chaplin (dalam Puspita (15) ) Self esteem dapat dikatakan sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan suatu bentuk sikap setuju dan menunjukan tingkat bahwa individu itu menyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Penelitian Mayangsari (16) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain yang menjadi pembanding. Kontrol Diri merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk membimbing, menekan, mengarahkan yang membentuk perilaku kearah yang positif. Sehingga dengan terbentukya kontrol diri yang tinggi akan menghasilkan pribadi yang positif sedangkan jika kontrol diri yang rendah akan membawa dampak prilaku yang negatif (17). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi berjudul Hubungan Harga diri dan Kontrol diri dengan Perilaku Pencegahan HIV dan AIDS Lelaki seks lelaki (LSL) di Kota Padang tahun 2017.

6 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik Untuk mengetahui hubungan harga diri dan kontrol diri dalam perilaku pencegahan HIV dan AIDS pada LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Faktor Harga dan Kontrol Diri Dalam Upaya Pencegahan HIV dan AIDS Pada Perilaku Seksual LSL (Lelaki Seks Lelaki) Di Kota Padang Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku seksual LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang. 2. Mengetahui distribusi dan frekuensi harga diri pada perilaku seksual LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang. 3. Mengetahui distribusi dan frekuensi Kontrol diri pada perilaku seksual LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang. 4. Mengetahui hubungan harga diri dengan Perilaku LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang. 5. Mengetahui hubungan kontrol diri dengan Perilaku LSL (lelaki seks lelaki) di Kota Padang.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginterprestasi data yang didapat. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai perilaku Lelaki Seks Lelaki. Sehingga memberikan manfaat dan memperkaya keilmuan tentang perilaku Lelaki Seks Lelaki. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran perilaku seksual Lelaki seks lelaki (LSL) di Kota Padang, sehingga dapat digunakan sebagai data dasar dalam upaya pencegahan perilaku berisiko untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan periaku seksual dan penyakit menular seksual HIV/AIDS. 2. Bagi Peneliti Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian, serta menjadi bahan acuan ilmiah bagi penelitian selanjutnya mengenai pengetahuan tentang perilaku seksual Lelaki seks lelaki (LSL) 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Lelaki seks lelaki yang ada di wilayah kerja Komisi Penanggulangan AIDS Kota Padang pada bulan juni sampai bulan juli tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah crosssectional dengan variabel independen yaitu upaya pencegahan HIV dan AIDS dan variabel independen yaitu: sikap harga diri dan sikap pengendalian diri. Data diperoleh melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner yang diberikan kepada responden.

1