ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung pada perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh dan berkembang, serta usia dan tugas perkembangannya. Dan setiap masyarakat memiliki standar tuntutan masing-masing. Belajar hidup bermasyarakat memerlukan sekurangnya tiga proses berikut: 1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Agar dapat diterima dalam kelompok, maka para anggota termasuk peserta didik usia SD/MI harus menyesuaikan perilakunya dengan standar kelompok tersebut. 2. Memainkan peran sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah ditentukan dan dapat diterima oleh para anggota kelompok. 3. Perkembangan sikap sosial. Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, peserta didik juga harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok. Apabila peserta didik tidak mencerminkan ketiga proses sosialisasi tersebut, maka ia dapat berkembang menjadi orang yang nonsosial (perilaku tidak sesuai dengan norma kelompok), asosial (tidak mengetahuui tuntutan kelompok sosial terhadap perilakunya), bahkan sampai antisosial (bersikap permusuhan dan melawan standar dalam kelompok sosial). Ada beberapa hal yang mempengaruhi sosialisasi peserta didik, yaitu: 1. Kesempatan dan waktu untuk bersosialisasi. Semakin bertambahnya usia, anak semakin membutuhkan kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk bergaul dengan orang-orang sekitarnya. 2. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain. 3. Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi. Jika peserta didik mendapat kesenangan dan kepuasan ketika bergaul dengan orang lain, maka peserta didik akan cenderung mengulangi hubungan sosial tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika peserta didik tidak atau kurang puas maka peserta didik akan cenderung bergaul dengan orang lain. 4. Metode belajar efektif dan bimbingan bersosialisasi. Dengan adanya metode belajar sosialisasi melalui kegiatan bermain yang menirukan orang yang diidolakannya, maka peserta didik cenderung mengikuti peran sosial tersebut.
Salah satu hal penting dalam perkembangan sosial adalah pentingnya pengalaman sosial awal bagi perkembangannya dan perilaku sosial sekarang dan selanjutnya pada masa remaja dan dewasa. Pengalaman sosial awal cenderung menetap. Pengalaman sosial awal juga mempengaruhi partisipasi sosial anak. Mereka yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok sosial. Ada duapuluh karakteristik yang menggambarkan individu dengan penyesuaian diri terbaik, yaitu: 1. Dapat menerima dengan baik tanggung jawab sesuai dengan usianya 2. Menikmati pengalaman nya 3. Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan peran nya. Apakah itu peran sebagai anggota kelompok, murid di sekolah atau sekedar peran kakak terhadap adiknya. 4. Mampu memecahkan masalahnya dengan segera 5. Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk segera bahagia. 6. Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum 7. Tetap pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya itu salah 8. Merasa puas dengan kenyataan 9. Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tindak untuk melarikan diri 10. Belajar dari kegagalan tidak mencari alas an untuk kegagalan nya 11. Tahu bagaiman harus bekerja pada saat kerja dan bermain dan pada saat main 12. Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggu nya 13. Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya. 14. Dapat menunjukkan kemarahan ketika terluka atau merasa haknya diganggu 15. Dapat menunjukkan kasih sayang 16. Dapat menahan sakit dan frustasi bila di perlukan 17. Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan 18. Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan 19. Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya 20. Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. Untuk itu sejak dini anak perlu diajak bersikap realistis terhadap diri dan kemampuan nya II. PERANAN KELOMPOK DAN PERMAINAN Kelompok atau geng memegang peran penging dalam perkembangan sosial. Pada masa ini anak sudah mulai bersekolah. Lingkungan sosial pun sudah semakin menjadi lebih luas, dari yang semula terbatas di lingkungan keluarga dan sekitar rumah dengan lingkungan sosial di sekolah. Pengaruh kelompok terhadap anak: Membantu anak bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku yang dapat diterima secara sosial dalam kelompoknya.
Membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk melengkapi atau mengganti nilai orang tua yang sebelumnya cenderung diterima anak sebagai kata hati yang otoriter. Mempelajari sikap sosial yang pantas melalui pengalamannya dalam menyukai orang dan cara menikmati kehidupan serta aktivitas kelompok. Membantu kemandirian anak dengan cara memberikan kepuasan emosional melalui persahabatan dengan teman-teman sebaya. Permainan atau bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, dilakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar apalagi kewajiban. Melalui kegiatan bermain, selain mendapatkan kegembiraan, anak juga belajar sesuatu. Permainan setidaknya memiliki empat manfaat: 1) Latihan fungsi, guna melatih motorik kasar melalui permainan kejar-kejaran dan permainan dengan bola besar. Melaui permainan puzzle, anak selain berlatih motorik halus, juga berlatih fungsi kognitif menghubungkan potongan gambar dengan benar. 2) Sarana sosialisasi terutama bermain dalam kelompok, anak belajar bekerja sama dengan teman lain, dan saling pijam-meminjam alat permainan. 3) Mengukur kemampuan terutama untuk permainan yang dilombakan seperti perlombaan lari cepat, dan permainan olahraga. 4) Menempa emosi/sikap melaui kegiatan untuk mentaati aturan permainan, dan bersikap positif. Mengingat pentingnya permainan bagi perkembangan anak, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru atau orang dewasa lainnya, yaitu: Sebaiknya tidak mengganggu anak yang sedang asik bermain. Memberi kesempatan dan ruang barmain yang cukup kepada anak. Memilihkan alat permainan yang memungkinkan anak menjadi kreatif. Mendampingi dan membimbing anak ketika bermain. Menjaga keseimbangan aktivitas bermain dengan istirahat, makan, dan belajar. III. PENYESUAIAN SOSIAL Penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya, dan terhadap kelompok pada khususnya (Hurlock, 1990). Kriteria penyesuaian sosial yang baik, yaitu: Tampilan nyata, di mana perilaku sosial anak sesuai dengan standar kelompok dan memenuhi harapan kelompok sehingga diterima menjadi anggota kelompok. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, di mana anak dapat menyesuaikan diri bukan hanya dalam kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok lain.
Sikap sosial, di mana anak menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, serta ikut berpartisipasi dan berperan dalam kelompok dan kegiatan sosial. Kepuasan pribadi, karena anak dapat bersosialisasi dengan orang lain secara baik, dan dapat berperan dalam kelompok, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota kelompok. Untuk memenuhi kebutuhan sosial selain melalui kelompok dan permainan, ada juga anak yang mencari teman imajinasi/khayalan sebagai teman pengganti, memelihara hewan piaraan, dan secara negatif dengan membeli penerimaan sosial. IV. BENTUK-BENTUK PENYESUAIAN SOSIAL Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentukbentuk interkasi sosial diantarannya : 1. Pembangkangan (Negativisme) Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent. 2. Agresi (Agression) Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat. 3. Berselisih (Bertengkar) Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain. 4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya. 5. Persaingan (Rivaly) Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik. 6. Kerja sama (Cooperation) Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik. 7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior) Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya. 8. Mementingkan diri sendiri (selffishness) Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya 9. Simpati (Sympaty) Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.