BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM


BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK menjadi penyebab kematian utama di negara berkembang, angka kematiannya diperkirakan meningkat hingga 28% per tahun. Data WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa PJK menduduki posisi keempat penyakit tidak menular dengan angka kejadian sebesar 63% dari total kematian. (2) Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5 %, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%. (3) Prevalensi penyakit jantung koroner tahun 2013 di Sumatera Barat sebesar 1,2%. (4) Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012 menunjukkan bahwa penyebab kematian utama di Kota Padang adalah penyakit jantung dengan angka kejadian 19%. (5) Kejadian PJK lebih dari 50% disebabkan karena hiperkolesterolemia. (6) Hiperkolesterolemia adalah suatu kelainan yang terjadi pada kadar lemak dalam darah berupa peningkatan kadar kolesterol darah total. (1) WHO memperkirakan kejadian hiperkolesterolemia berkaitan dengan lebih dari 4 juta kematian tiap tahunnya. (7) Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 9,3% dan meningkat sesuai pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun. Pada penduduk >15 tahun didapatkan kolesterol total abnormal sebesar 35,9%. (3) Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hiperkolesterolemia sebesar 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh, Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi hiperkolesterolemia 50%. (8) Hal ini juga sesuai dengan penelitian Andira

tahun 2012 pada karyawan PT Semen Padang menunjukkan bahwa kejadian hiperkolesterolemia sebesar 54,1%. (9) Faktor risiko hiperkolesterolemia terbagi menjadi dua kategori yaitu faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain kegemukan, asupan kolesterol, asupan serat rendah, asupan lemak tinggi, aktivitas fisik yang rendah, perubahan keadaan sosial dan stress, dan merokok. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan yaitu genetik, jenis kelamin, usia, (1, 10) geografis, dan ras. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan kadar kolesterol. (8) Obesitas yaitu nilai indeks massa tubuh diatas normal mempunyai kecenderungan kadar kolesterol 30% lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan normal. (11) Berdasarkan penelitian Soleha tahun 2012 didapatkan bahwa indeks masa tubuh di atas normal cenderung memiliki risiko kadar kolesterol darah lebih tinggi 30-39 %. (12) Hal ini didukung oleh penelitian Sari D M, Azrimaidaliza dan Purnakarya I tahun 2010 didapatkan bahwa IMT tinggi beresiko memiliki kadar kolesterol total tinggi 4,643 kali dibanding responden dengan kategori IMT normal. (13) Penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol di dalam darah adalah seringnya mengkonsumsi makanan mengandung kolesterol tinggi dan lemak jenuh tinggi. (9) Konsumsi kolesterol dalam batas aman yang di anjurkan tidak lebih dari 300 mg/dl perhari. Berdasarkan Nazar tahun 2013 konsumsi kolesterol yang tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. (14) Berdasarkan penelitian Zahroh dan Bertalina tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah. (15)

Asupan lemak jenuh yang umumnya berasal dari produk hewani jika dikonsumsi dalam jumlah banyak secara signifikan akan meningkatkan kadar LDL kolesterol darah. (12) Beberapa penelitian melakukan sebuah analisis yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% kalori dari lemak jenuh akan disertai dengan peningkatan LDL sebesar 2% dan sebaliknya. (11) Menurut penelitian Sobari tahun 2014, menyatakan bahwa konsumsi lemak jenuh akan berpengaruh terhadap kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) yang menyebabkan darah menjadi mudah menggumpal dan dapat merusak dinding pembuluh darah arteri sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan. (16) Asupan lemak tidak jenuh memiliki fungsi dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Studi epidemiologi yang dilakukan Hardinsyah tahun 2011 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak tidak jenuh dengan kadar kolesterol darah. (17) Penurunan kolesterol LDL yang disebabkan oleh diet asam lemak tidak jenuh ganda lebih besar dibandingkan dengan diet asam lemak tidak jenuh tunggal. Konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda (omega-3) pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi trigliserida. (8) Serat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya dapat menjaga kesehatan jantung, mencegah stroke, menurunkan kolesterol dan membantu menjaga berat badan agar tetap ideal. (18) The American Heart Association (AHA) merekomendasikan bahwa peningkatan asupan serat sebanyak 10 hingga 25 gr/hari dapat menurunkan lipid, khususnya mengurangi LDL dalam plasma. Peningkatan asupan serat paling sedikit 5 sampai 10 gr/hari dapat mengurangi kolesterol LDL sebesar 5 %. Sebuah meta-analisis pada 8 studi klinis menunjukkan, asupan serat psyllium 10,2 g/hari dapat menurunkan kolesterol LDL sebesar 7% apabila dikombinasikan dengan diet rendah lemak. (19)

Data dari Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 93,6% penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi buah yang merupakan sumber utama serat pangan. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia hanya 10,5 gr/hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia hanya memenuhi 1/3 dari kebutuhan ideal akan serat yang mencapai 20-30 gr/hari. (20) Hasil penelitian Dewi tahun 2015 menyebutkan bahwa serat di dalam tubuh bersifat hipokolesterolemik, mempunyai efek perlawanan terhadap PJK melalui penurunan kolesterol. (21) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mamat tahun 2010 didapatkan bahwa ada hubungan antara konsumsi serat dengan kadar kolesterol HDL. (22) Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza et al tahun 2010 didapatkan bahwa kurang konsumsi makanan yang berserat beresiko 3,684 kali memiliki kadar kolestrol total tinggi dibandingkan dengan konsumsi makanan yang berserat cukup. (13) Selain asupan makan, merokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga dan menduduki peringkat kelima sebagai konsumen rokok terbesar di dunia. (9) Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Sumatera Barat sebesar 55%, angka ini melewati angka nasional yaitu 50,3%. (3) Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia adalah 29,2% dengan rata-rata 12 batang/hari. Data Sumatera Barat didapatkan bahwa prevalensi perokok lebih tinggi dari angka nasional yaitu 30,2% dengan menghisap 14 batang/hari. (20) Menurut penelitian Kusumasari tahun 2015 didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kadar kolesterol total. (23) Apabila seseorang berada dibawah tekanan atau mengalami stress cenderung orang tesebut akan mengikuti diet yang tidak sehat, merokok berlebihan bahkan mengkonsumsi alkohol. Hal ini akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh yang berujung pada komplikasi kesehatan. (24)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari tahun 2010 didapatkan bahwa ada hubungan tingkat stress dengan kadar kolesterol darah. (25) Aktivitas fisik juga mempengaruhi kadar kolesterol. Aktivitas fisik yang rendah akan mendorong keseimbangan energi ke arah positif sehingga terjadi penyimpanan energi dan penambahan berat badan, akibatnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol darah. (8) Proporsi aktivitas fisik penduduk Indonesia yang tergolong kurang aktif sebanyak 26,1%. Sumatera Barat merupakan provinsi dengan proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif diatas rata-rata nasional. Sebesar 54,8% penduduk Sumatera Barat tergolong kurang aktivitas fisik, dimana Kota Padang memiliki prevalensi tertinggi diantara kabupaten/kota lainya di Sumatera Barat yaitu sebesar 83,4%. (20) Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Shirazi tahun 2008, olahraga secara teratur dapat menurunkan kadar kolesterol darah secara signifikan dan meningkatkan kadar HDL. Hal ini sejalan dengan penelitian Waluyo tahun 2013 yang mengatakan bahwa tingkat aktivitas fisik berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah. (26) Kejadian hiperkolesterolemia meningkat pada usia >20 tahun. Hiperkolesterolemia paling banyak terjadi di perkotaan (39,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan dan tempat tinggal PJK paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan tinggi (0,8%) dan berada di perkotaan (0,6%). Pegawai menempati urutan ketiga terbanyak menderita PJK. (3) Data dari BPS kota Padang instansi yang memiliki pegawai dalam jumlah besar yaitu Dinas Kesehatan Sumbar, Dinas Pendidikan Sumbar dan Kemenag (Kementerian Agama) Sumbar. Data studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember 2016 terhadap 30 pegawai di masing-masing instansi didapatkan bahwa kejadian hiperkolesterolemia paling banyak di Kemenag Sumbar sebesar 40%. Rata-rata kadar kolesterol darah pegawai Kemenag yaitu 189 mg/dl. Rata-rata usia responden yaitu 30-57 tahun. Faktor resiko kejadian hiperkolesterolemia, salah satunya adalah obesitas. Kejadian obesitas sentral di Kemenag sebesar 46,6%.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui apa saja faktor faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017. 2. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 3. Mengetahui distribusi frekuensi asupan kolesterol pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 4. Mengetahui distribusi frekuensi asupan lemak jenuh pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 5. Mengetahui distribusi frekuensi asupan lemak tidak jenuh pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017.

6. Mengetahui distribusi frekuensi asupan serat pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 7. Mengetahui distribusi frekuensi merokok pegawai di Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Sumatera Barat tahun 2017. 8. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stress pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 9. Mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 10. Mengetahui hubungan status gizi, asupan kolesterol, asupan lemak jenuh, asupan lemak tidak jenuh, asupan serat, merokok, tingkat stress dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 11. Mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar kolesterol darah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari serta mengembangkan pengetahuan peneliti tentang faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah. 2. Untuk bahan bacaan dan referensi sebagai bahan kepustakaan bagi mahasiswa lainnya. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai data awal bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan kolesterol darah. 3. Untuk menambah informasi dan pengetahuan gizi bagi pegawai di Kemenag Sumbar terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah. Diharapkan setelah penelitian ini, pegawai menjadi lebih mengetahui cara mengendalikan kadar kolesterol agar tetap

normal melalui pengaturan pola makan dan gaya hidup yang sehat serta menganjurkan kepada pegawai untuk melakukan cek kesehatan secara rutin. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Barat. Jenis penelitian ini adalah Crossectional Study dengan variabel dependen kadar kolesterol darah dan variabel independennya status gizi, asupan kolesterol, asupan lemak jenuh, asupan lemak tidak jenuh, asupan serat, merokok, tingkat stress dan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai Juli 2017. Penelitian ini merupakan penelitian payung yang terdiri dari 5 mahasiswa, yang masing-masing menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit sindrom metabolik. Penyakit sindrom metabolik yang diteliti antara lain kadar kolesterol darah, kadar gula darah, kadar asam urat, obesitas sentral dan tekanan darah.