BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

c. Pengalaman dan suasana hati.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

DESI HARTIKA KELAS XII MIPA

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Arahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT

BAGIAN 1 Jiwa Peduli Jiwa Relawan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2018 TENTANG

GUIDELINE AKSI TANGGAP BENCANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan batasan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 B TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

NEWS READER : data korban gempa bumi di DIY 01 mei 2006 sampai pukul 11.00

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal di mata dunia karena keanekaragaman tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

NEWS READER : data korban gempa bumi di DIY 01 mei 2006 sampai pukul 11.00

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

13 Tahun Tsunami Aceh Untuk Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sumatera Barat akan Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

2015 PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN DI ORGANISASIKELOMPOK BAKTI SOSIAL PENGUSAHA (KBSP)BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah Nabire, Papua dan Alor, Nusa Tenggara Timur, Aceh pun tak luput dari bencana. Bencana alam tsunami yang sebelumya didahului gempa di Aceh pada hari minggu pagi tanggal 26 Desember 2004, dengan pusat gempa yang berada pada jarak 148 km sebelah selatan kota Meulaboh, dan terjadi di kedalaman 10 km dibawah permukaan air laut, adalah sebuah musibah seluruh Indonesia dan seluruh dunia, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia mengalami dampak paling besar, sebulan setelah kejadian, tercatat sekitar 200 ribu jiwa tewas di 13 negara; Malaysia, india, Myanmar, Thailand, Srilanka, Bangladesh, Maladewa, Philipina, dan beberapa negara di Benua Afrika. Dari negara-negara yang terkena bencana ini, Indonesia menempati urutan teratas bila dipandang dari korban jiwa dan korban harta benda. Puluhan ribu rumah bukan hanya rusak, namun rata dengan tanah. Ratusan ribu mereka yang selamat, menyebar ke pengungsian atau ke kota lain untuk mengungsi (majalah Adzan, februari 2005). Menurut data terakhir, sekitar 120 ribu jiwa masih dinyatakan hilang, 514 ribu orang mengungsi di 18 kabupaten, 790 ribu yang lainnya di pos pengungsian masih sangat membutuhkan bantuan, terutama pangan (majalah Hikayah, Mei 2005). Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla mengemukakan bahwa jumlah korban yang tewas yang mengetahui pasti hanya Allah SWT. Namun angka 200 ribu kemungkinan merupakan angka yang benar. Jumlah anak yatim diperkirakan

2 mencapai 100.000 anak, dan yang betul-betul tidak punya siapa-siapa lagi sekitar 20 ribu anak (majalah Adzan, februari 2005). UNICEF memperkirakan sepertiga dari jumlah korban bencana adalah anak-anak. Jumlah korban anak-anak ini delapan kali lipat total orang yang hilang selama masa Daerah Otonomi Militer (majalah Tempo, Januari 2005). Hal ini bukanlah hal yang ringan yang harus ditanggung oleh rakyat Indonesia pada umumnya dan rakyat Aceh pada khususnya. Ditengah bencana Tsunami, mereka masih harus menanggung beban pertikaian antara GAM-TNI yang baru-baru ini menegaskan kesepakatan damai diantaranya, hal ini menambah berat beban yang harus ditanggung oleh warga Aceh. Bencana tsunami yang datang tanpa diduga dan banyak merenggut korban jiwa warga Aceh telah menimbulkan banyak dampak bagi rakyat Aceh baik secara moril maupun materiil, mereka harus kehilangan banyak anggota keluarga baik itu ayah, ibu, anak, saudara, maupun tetangga dan kawan sejawat. Anak banyak yang menjadi yatim piatu karena ditinggalkan oleh orang tua mereka dan keluarga mereka, banyak ibu yang harus berjuang sendiri menghadapi bencana alam ini sendiri karena anggota keluarga yang hilang entah kemana, di samping itu, mereka juga harus merelakan dirinya untuk tinggal di barak-barak pengungsian dengan waktu yang belum dapat dipastikan karena kehilangan tempat tinggal, dan harta benda. Bencana alam ini juga melumpuhkan segi ekonomi dari rakyat Aceh karena banyak diantara mereka yang harus kehilangan mata pencaharian karena hancur oleh bencana tersebut, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi

3 pemulung, sebuah profesi yang dalam mimpi-pun tidak pernah mereka bayangkan. Dampak dari segi kesehatan juga tidak kalah mengkhawatirkan, banyak korban yang tertimpa bangunan yang belum bisa di evakuasi bahkan ketika waktu beranjak mendekati bulan ke dua, masih banyak jenazah yang tertimbun reruntuhan bangunan dan belum bisa diambil. Jenazah berjejer dijalan merupakan pemandangan baru di Aceh yang mana hal ini banyak membawa banyak penyakit karena kondisi jenazah yang sudah membusuk dan tidak terurus karena warga Aceh terlalu sibuk untuk mengurus diri mereka yang masih sangat perlu pertolongan, hal inilah yang menyebabkan penderitaan warga Aceh menjadi sangat berat karena banyaknya beban yang harus mereka tanggung. Dampak yang mungkin paling mengena pada rakyat Aceh adalah korban secara psikologis, karena trauma yang di sebabkan oleh tsunami tidaklah ringan, hal ini dapat terlihat dari besarnya kehilangan yang harus ditanggung oleh warga Aceh, seperti seorang anak yang seharusnya masih menikmati masa anak-anaknya dengan kasih sayang orang tua harus dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus hidup sendiri dan menanggung beban semua penderitaan sendiri, tanpa orang tua, tempat tinggal ataupun teman bermain. Hal ini terlihat jelas pada tayangan televisi yang memberitakan tentang seorang anak yang masih duduk disekolah dasar harus kehilangan tempat tinggal dan orang tuanya, anak ketika menceritakan peristiwa itu tampak enggan dan susah untuk menceritakannya dia hanya bisa menangis ketika diwawancara. Ketua Himpunan Psikologi Indonesia, Rahmat Ismail memperkirakan 85% korban bencana gempa dan tsunami di Aceh mengalami gangguan kejiwaan akibat bencana ini, dimana 15%nya telah

4 mengalami gangguan kejiwaan yang tergolong sangat berat (majalah Adzan, februari 2005). Dampak psikologis terlihat lebih jelas ketika banyaknya orang yang menjadi pasien rumah sakit jiwa pada pasca gelombang tsunami, banyak dari mereka yang menjadi stress karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa keluarga yang baru saja bersama mereka harus pergi meninggalkan mereka selamanya, selain itu mereka tidak sanggup menanggung beban bahwa mereka pada saat tersebut sudah tidak memiliki apapun juga kecuali pakaian yang menempel pada diri mereka. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah mencanangkan program jangka panjang untuk pemulihan Aceh selama 5 tahun (majalah Tempo, Januari 2005). Keadaan inilah yang menimbulkan adanya rasa prososial dalam diri seseorang. Wrightman and Deaux (Edhi, 1999) berpendapat bahwa sikap prososial merupakan suatu perilaku yang mempunyai akibat sosial yang positif, berupa pemberian pada orang lain baik fisik maupun psikis, selain itu sikap terdiri dari tindakan-tindakan berupa mementingkan kepentingan orang lain, senang membantu, ikut terlibat dengan orang lain, menerima, kerjasama, bersahabat, menolong, menyelamatkan, berkorban, berbagi, memperhatikan orang lain dan bertanggung jawab. Adapun pengertian perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan: sharing (berbagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Eisenbeg & Mussen, dalam Dayakisni dan Hudaniah: 2003).

5 Rasa kemanusian seseorang tergugah untuk menolong, menyelamatkan, berkorban, berbagi, dan memperhatikan penderitaan orang lain. Atas rasa kemanusiaan banyak warga diluar Aceh yang bersimpati dengan memberi bantuan baik berupa tenaga maupun materi, sumbangan untuk bencana tsunami Aceh mengalir deras baik dari luar maupun dalam negeri. Bantuan yang berupa tenaga sangat membantu warga Aceh baik dalam hal pemulihan kondisi psikis maupun fisik. Bantuan dalam pemulihan ini banyak dilakukan oleh orang yang dengan sukarela membantu atau lebih sering disebut dengan relawan. Relawan di Aceh pun mempunyai tugas masing-masing ada beberapa relawan yang bertugas khusus memulihkan kondisi psikis warga Aceh, ada juga yang membantu menjaga kondisi kesehatan dan yang tidak kalah penting adalah relawan yang bertugas memulihkan kondisi kota Aceh dalam hal ini membersihkan kota Aceh dari puing-puing bangunan maupun mengevakuasi jenazah yang jumlahnya mencapai bilangan ribuan. Banyaknya relawan membuat Banda Aceh menjelma menjadi bandarinternasional yang sibuk. Bermacam-macam etnis, ras, dan warna kulit tumpahruah di kota tua yang porak poranda akibat bencana ini. Pasukan asing hilir-mudik dengan truk-truk pengangkut, alat berat, dan kendaraan medis. Prajurit berpakaian loreng aneka motif bekerja di rumah-rumah sakit umum dan klinik darurat. Sebagian membantu evakuasi, yang lain membangun instalasi air bersih (majalah Tempo, Januari 2005). Sukandar, Wijayanto, dan Manggo (2000) mendefinisikan relawan sebagai orang-orang yang mendampingi mereka yang menderita dan setia melayani

6 korban hanya dengan cinta kasih dan selalu tetap mendampingi korban walau harus menghadapi resiko. Sikap para relwan ini merupakan perilaku prososial. Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan bagi penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya (Staub, 1978; Baron & Bryne, 1994, dalam Dayakisni dan Hudaniah). Khususnya bagi relawan bencana alam Tsunami di Aceh, datang dari berbagai daerah, luar pulau, bahkan beda negara untuk membantu para korban. Tujuan relawan sudah pasti ingin menolong sesama dan berdampak positif. Akan tetapi, bagaimanakah dengan para relawan itu sendiri? Apakah sikapnya yang prososial akan menguntungkan dirinya dan berdampak positif bagi perkembangan jiwanya? Atau bahkan sebaliknya, berdampak negatif bagi relawan? Berdasarkan permasalahan dan fenomena seperti yang telah diungkapkan di muka, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dan ingin mengetahui lebih mendalam serta memperoleh gambaran yang jelas dari permasalahan faktor-faktor prososial, perilaku prososial, dan akibat psikologis bagi relawan di Aceh. Guna menjawab permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Perilaku Prososial Relawan Bencana Tsunami Di Aceh. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji lebih mendalam, dan memaparkan berbagai fakta mengenai faktor-faktor prososial, perilaku prososial, dan akibat psikologis yang dirasakan oleh relawan korban bencana Tsunami di Aceh.

7 C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi relawan korban bencana tsunami. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang aspek-aspek psikologis secara umum yang sebaiknya dimiliki oleh para relawan sebagai penunjang tugas mereka. 2. Bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial di kalangan masyarakat dengan berperilaku prososial. 3. Bagi ilmu pengetahuan. Diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan bagi ilmu psikologi sosial khususnya yang berkaitan dengan perilaku prososial. D. Keaslian penelitian Penelitian ini masih bersifat asli dan bukan replikasi, untuk penelitian tentang perilaku prososial relawan bencana tsunami di Aceh, sepengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan, baik yang berupa skripsi ataupun dalam bentuk jurnal, sehingga penelitian ini tergolong baru dalam dunia psikologi sosial, tetapi untuk penelitian yang menggunakan perilaku prososial sebagai aspek penelitian telah dilakukan oleh Pristiyanti (2004) dengan judul Hubungan antara Motivasi Berkompetisi dengan Perilaku Prososial pada Remaja. Hasil penelitian menyatakan bahwa motivasi berkompetisi dengan segala aspek dan unsur-unsur di dalamnya memang mempengaruhi perilaku prososial pada remaja.