Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PEMODELAN FISIS, AUTOMATA GAS KISI, DAN ANALITIS ALIRAN GLISERIN TESIS. ADITYA SEBASTIAN ANDREAS NIM: Program Studi Fisika

Bab IV Analisis dan Diskusi

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan

BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k)

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS. berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan sebagai berikut :

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN AIRFOIL SAYAP PESAWAT

Lembar Kegiatan Siswa

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

BAB FLUIDA A. 150 N.

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENENTUAN KETINGGIAN KELUARAN AIR PADA POMPA HYDRAM. Istianto Budhi Raharja ABSTRAK

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. seperti timah, emas, tembaga, hingga uranium dapat ditambang di tanah

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

ANALISIS KINERJA RODA AIR ALIRAN BAWAH SUDU LENGKUNG 180 o UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PERTEMUAN IV DAN V VISKOSITAS

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

Hukum gravitasi yang ada di jagad raya ini dijelaskan oleh Newton dengan persamaan sebagai berikut :

STUDI SISTEM PENGADUK BERBASIS MAGNET DAN PEMANAS FLUIDA DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 5. TEKANANLatihan Soal 5.2

BAB II KONSEP DASAR PERMODELAN RESERVOIR PANAS BUMI. Sistem hidrotermal magma terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang magma dan

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN PADA ZAT CAIR

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

PENGUKURAN PERMEABILITAS BATUAN SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FALLING HEAD DAN PERBANDINGAN DENGAN ANALISIS CITRA DIGITAL TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

LEMBAR PENILAIAN. 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Bentuk Instrumen. Portofolio (laporan percobaan) Panduan Penyusunan Portofolio

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka dan Kontrol Aktif Suction Terhadap Koefisien Tekanan Pada Model Kendaraan

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

Fisika Dasar I (FI-321) Mekanika Zat Padat dan Fluida

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal ISSN ANALISIS PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KERUGIAN TEKANAN PADA SALURAN UDARA

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR BATUAN KARBONAT PADA BERBAGAI UKURAN: MILI SAMPAI CENTIMETER

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL ANALISIS LAJU ALIRAN PADA PIPA BERCABANG DENGAN SUDUT 90 0 ANALYSIS OF THE FLOW RATE IN THE PIPE BRANCHED AT AN ANGLE OF 90 0

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi Simon Sadok Siregar 1), Suryajaya 1), dan Muliawati 2) Abstract: This research is conducted by using physical model and Lattice Gas Automata method for simple flow patterns having different geometry. From physical model, the results are speed pattern and fluid flow permeability. The resulted value of the permeability by using physical model will be compared to the resulted value of the LGA. The compared value of the LGA method is the value with angle 5o, 10o and 15o by using laboratory scale. These angles are chosen due to it s the lowest error compared to those of other angles. In the physical model the lowest permeability value is gotten from the pattern of straight geometry 60o with value 0.201 x 10-6 m2 and the highest permeability value is from pattern of turn 2 with value 0.341 x 10-6 m2. While by using LGA method the the lowest permeability value is pattern of straight 60o with value 0.209 x 10-6 m2 while the the highest real permeability value is pattern of turn 2 with value 0.344 x 10-6 m2. From the comparison data of permeability the results of error are 3.74%, 0.7% and 4.2% for the angle of 5o, 10o and 15o, respectively Keywords: Fluid Flow, Lattice Gas Automata, Speed, Permeability PENDAHULUAN Fluida adalah zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan wadahnya. Setiap zat atau materi yang mengalami gerakan atau berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain akan menghasilkan energi dan energi ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dari fluida yang merupakan sumber dari energi tersebut (Giles, 1984). Dewasa ini kajian aliran fluida di dalam media berpori telah menarik banyak perhatian para peneliti serta kalangan industri seperti menghitung gaya-gaya dan momen pada pesawat terbang, menemukan laju aliran massa minyak bumi di dalam pipa. Pengetahuan tentang aliran fluida ini juga telah diterapkan dalam banyak hal seperti pemanfaatan reservoar, penanganan sampah, rekayasa material, rekayasa biomedis, dan lain-lain (Sahimi, 1993). Aliran fluida tersebut tidak hanya melalui pori mikroskopik tetapi juga melalui rekahan yang secara geometri ukurannya lebih besar daripada pori dan memiliki batas dan permukaan internal yang kasar. Banyak sekali fenomena fisis yang menggambarkan aliran fluida dalam media rekahan, misalnya aliran minyak bumi dalam reservoar (Cosse, 1993). Pemodelan aliran fluida dan penentuan sifat-sifat fisisnya biasanya dilakukan dengan menggunakan metode pemodelan numerik, metode 1) Staf Pengajar dan 2) Mahasiswa PS Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat Jl. A Yani km 35,8 Banjarbaru, 83

84 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (83 90) beda hingga, elemen hingga dan metode automata gas kisi (Lattice Gas Automata (LGA)). Metode yang sering digunakan adalah metode automata gas kisi yaitu suatu metode numerik yang merupakan pengembangan dari sistem sel automata (cellular automata). Metode ini mempunyai kelebihan dibanding metode lainnya karena metode ini mampu menampilkan struktur geometri dari pola aliran fluida tanpa harus memecahkan persamaan hidrodinamiknya (Dharmawan, 2000). Pemodelan aliran fluida dan penentuan sifat dalam model-model sederhana biasanya dilakukan dengan membandingkan hasil pemodelan LGA dengan solusi analitisnya. Namun solusi analitis untuk model kompleks seperti batuan nyata tidak mudah untuk diperoleh. (Dharmawan, 2000). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pemodelan aliran fluida dalam skala laboratorium sehingga dapat diketahui pola aliran fluida, kecepatan, gradien tekanan dan permeabilitas aliran fluida tersebut. Pemodelan dilakukan dengan membuat sebuah media yang dialirkan fluida didalamnya, kemudian perilaku dari fluida tersebut diamati polanya dan dihitung kecepatan, gradien tekanan, dan permeabilitas. Pola aliran fluida tersebut digunakan untuk membandingkan antara pemodelan aliran fluida dalam skala laboratorium dengan pola aliran fluida yang menggunakan program LGA (automata gas kisi). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian bertempat di Lab. Geofisika Fisika FMIPA UNLAM, Banjarbaru dari tanggal 01 September - 24 Desember 2009. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kotak Kaca berukuran 60 x 40 x 10 cm; Gambar Grid berukuran 1 x 1 cm; Lubricant dengan SAE 10; Kamera Digital; Stopwatch; Lilin Mainan; Busur derajat dan Meteran. Prosedur penelitian adalah: 1. Pembuatan Model Fisis Model saluran ini digunakan sebagai medium aliran fluida nyata. Dalam penelitian ini digunakan beberapa geometri saluran sederhana untuk memudahkan proses perbandingan dengan model nyata. Pembuatan model fisis ini dimulai dengan membuat kotak kaca yang berukuran 60 x 40 x 10 cm, kemudian didasar kaca tersebut dipasang gambar grid yang berukuran 1 x 1 cm sebagai acuan pengukuran. Daerah kotak kaca yang digunakan sebagai representasi dari medium itu berukuran luas 39,4 x 40

Siregar, S. S, Suryajaya dan Muliawati, Analisan Pola dan Sifat... 85 cm. Dapat dilihat pada Gambar 1 bagaimana skema kotak untuk penelitian aliran fluida. Fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah lubricant. Lubricant yang digunakan dalam penelitian ini adalah oli yang memiliki viskositas 0,2 N.s/m 2 dengan SAE 10. Gambar 1. Kotak kaca untuk penelitian aliran fluida 2. Pengambilan Data Pemodelan Fisis Pemodelan fisis aliran fluida ini dilakukan dengan cara mengalirkan oli dari salah satu ujung saluran hingga oli itu keluar dari ujung saluran yang lain. Ujung saluran tempat oli mulai mengalir diletakkan tinggi daripada ujung saluran tempat oli keluar seperti Gambar 2. Gambar 2. Sketsa kemiringan pada pemodelan aliran fisis fluida Penelitian dilakukan untuk lima pola yang memiliki geometri saluran yang bervariasi namun secara umum memiliki dimensi saluran yang mirip dan sudut kemiringan yang digunakan adalah 5 o, 10 o, 15 o, 30 o, 45 o dan 60 o. Pola aliran yang digunakan pada pemodelan fisis pada Gambar 3.

86 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (83 90) Gambar 3. Pola aliran pemodelan fisis (a) 90º, (b) 60º, (c) belok satu, (d) belok dua dan (e) menggembung 3. Pengolahan Data Pemodelan Fisis a. Kecepatan aliran fluida Kecepatan aliran fluida diperoleh dengan mencatat waktu ketika penanda berada pada titik awal dan bergerak menuju titik akhir atau ujung saluran. Selanjutnya dihitung berapa kotak grid yang dilewati oleh fluida untuk memperoleh jarak tempuh fluida dari ujung ke ujung. b. Permeabilitas Nilai permeabilitas didapatkan dari nilai nilai hasil pengukuran pada pemodelan fisis. Nilai tersebut kemudian dimasukkan dalam persamaan Darcy dengan nilai Q sebagai debit aliran (m 3 /s), k sebagai koefisien permeabilitas (m 2 ), sebagai luas penampang aliran (m 2 ) dan µ sebagai viskositas fluida (N.s/m 2 ) Sedangkan untuk nilai dp/dx adalah nilai gradien tekanan dan nilai dp diperoleh dari persamaan 1. dp= ρ. g. H... (1) dengan ρ = Massa jenis (kg/m 3 ) g = Gaya gravitasi (m/s 2 ) h = Beda ketinggian (m) 4. Pengolahan Data LGA Pengolahan data LGA dimulai dari membuat pola hitam putih yang diambil citra digital model fisis, warna hitam dalam citra ini mewakili batuan sementara warna putih mewakili pori seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Pola hitam putih citra digital model fisis

Siregar, S. S, Suryajaya dan Muliawati, Analisan Pola dan Sifat... 87 5. Pengolahan data Permeabilitas nyata pada LGA Permeabilitas nyata pada LGA didapatkan dari nilai permeabilitas LGA yang dikali dengan nilai piksel kuadrat pada citra digital yang sudah dibuat pola hitam putih. Nilai permeabilitas nyata didapatkan dari persamaan 2 dan nilai 1 piksel kuadrat didapatkan dari persamaan 3. Permeabilitas nyata dengan = Efektif LGA x 1 piksel 2... (2) 1 piksel = Keterangan: nyata citra nyata = Ukuran medium nyata citra... (3) = Ukuran citra digital LGA Efektif LGA = Nilai permeabilitas yang didapat pada program LGA 1 piksel 2 = Nilai Konversi citra hitam putih (m 2 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Besaran-besaran dan konstanta-konstanta yang digunakan dalam menghitung permeabilitas dan kecepatan adalah: ρ oli = 875 kg/m 3 g = 9,78 m/s 2 µ oli = 0,02 N.s/m 2 Volume aliran (V) = 0,05 x 10-3 m 3 Panjang medium = 0,4 m Lebar medium = 0,05 m Tinggi Aliran = 0,003 m Luas penampang = 0,00015 m 2 Pada geometri lurus 60 o dengan kecepatan yang didapat lebih rendah dibandingkan dengan pola lainnya. Waktu tempuh fluida untuk mencapai ujung saluran juga lebih lama. Sedangkan pola yang kecepatannya tinggi adalah pada pola geometri berbelok 2 dengan kemiringan 60 o, waktu tempuh fluida untuk mencapai ujung saluran lebih cepat. Waktu tempuh aliran fluida juga berpengaruh dengan nilai permeabilitas fluida. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai permeabilitas paling tinggi adalah pada geometri saluran berbelok 2, hal ini terjadi karena debit aliran yang dihasilkan pada pemodelan ini paling besar dibanding pola yang lain. Nilai permeabilitas paling rendah ditunjukkan pada pola aliran geometri lurus 60 o ini disebabkan karena debit aliran paling rendah di antara pola yang lain. Pada pemodelan fisis kecepat-an dan permeabilitas hampir sama yaitu pada pola menggembung dan pola lurus 90 o. Ini disebabkan karena pada kedua geometri tersebut pola aliran dari ujung saluran ke ujung saluran mempunyai pola aliran hampir sama.

88 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (83 90) Perbandingan antara Pemodelan Fisis dengan Pemodelan LGA Dapat dilihat bahwa masing-masing pemodelan mempunyai nilai yang berbeda untuk geometri yang sama. Ini disebabkan karena masing-masing pemodelan mempunyai pendekatan yang berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3. Tabel 1. Perbandingan nilai permeabilitas fisis pada kemiringan 5 o dengan permeabilitas nyata No Pola Permeabilitas fisis (m 2 ) Permeabilitas nyata (m 2 ) 1 Lurus 90 derajat 0,267 x 10-6 0,276 x 10-6 2 Lurus 60 derajat 0,201 x 10-6 0,209 x 10-6 3 Belok 1 0,305 x 10-6 0,317 x 10-6 4 Belok 2 0,324 x 10-6 0,344 x 10-6 5 Menggembung 0,271 x 10-6 0,273 x 10-6 Tabel 2. Perbandingan nilai permeabilitas fisis pada kemiringan 10 o dengan permeabilitas nyata No Pola Permeabilitas fisis (m 2 ) Permeabilitas nyata (m 2 ) 1 Lurus 90 derajat 0,270 x 10-6 0,276 x 10-6 2 Lurus 60 derajat 0,206 x 10-6 0,209 x 10-6 3 Belok 1 0,317 x 10-6 0,317 x 10-6 4 Belok 2 0,334 x 10-6 0,344 x 10-6 5 Menggembung 0,281 x 10-6 0,273 x 10-6 Tabel 3. Perbandingan nilai permeabilitas fisis pada kemiringan 15 o dengan permeabilitas nyata No Pola Permeabilitas fisis (m 2 ) Permeabilitas nyata (m 2 ) 1 Lurus 90 derajat 0,289 x 10-6 0,276 x 10-6 2 Lurus 60 derajat 0,224 x 10-6 0,209 x 10-6 3 Belok 1 0,322 x 10-6 0,317 x 10-6 4 Belok 2 0,341 x 10-6 0,344 x 10-6 5 Menggembung 0,296 x 10-6 0,273 x 10-6

Siregar, S. S, Suryajaya dan Muliawati, Analisan Pola dan Sifat... 89 Pada tabel dapat dilihat nilai permeabilitas fisis lebih rendah dari nilai permeabilitas nyata. Pada kemiringan 5 o nilai permeabilitas mempunyai error 3,74%. Pada Tabel 2 nilai permeabilitas fisis hampir sama dibandingkan dengan nilai permeabilitas nyata dan mempunyai error 0,72 %. Dan utntuk Tabel 3 dengan kemiringan 15 o nilai permeabilitas fisis lebih tinggi dibandingkan dengan nilai permeabilitas nyata dan mempunyai nilai error 4,2%. Gambar 5. Perbandingan nilai permeabilitas pada kemiringan 5 o Gambar 6. Perbandingan nilai permeabilitas pada kemiringan 10 o Gambar 7. Perbandingan nilai permeabilitas pada kemiringan 15 o

90 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (83 90) KESIMPULAN Dari penelitian pembuatan pemodelan fisis fluida dan dengan pemodelan automata gas kisi dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Perubahan nilai kecepatan dan permeabilitas berbanding lurus terhadap sudut kemiringan. Semakin besar sudut kemiringan yang digunakan, maka semakin besar pula nilai kecepatan dan permeabilitasnya. Nilai permeabilitas paling tinggi 0,466 x 10-6 m 2 dengan kemiringan 60 o dan paling rendah 0,201 x 10-6 m 2 dengan kemiringan 15 o. Kecepatan yang paling tinggi 0,3765 m/s dengan kemiringan 60 o dan paling rendah 0,0149 m/s dengan kemiringan 15 o. 2. Pada pemodelan fisis nilai permeabilitas yang paling rendah adalah pada pola geometri lurus 60 o dengan nilai 0,201 x 10-6 m 2 dan paling tinggi ada pada pola geometri belok 2 dengan nilai 0,341 x 10-6 m 2. Pada program LGA nilai permeabilitas nyata yang paling rendah ada pada pola lurus 60 o dengan nilai 0,209 x 10-6 m 2 dan yang paling tinggi ada pada pola belok 2 dengan nilai 0,344 x 10-6 m 2. 3. Bentuk grafik yang didapat pada perbandingan nilai permeabilitas hampir sama. Nilai error yang didapat adalah 3,74% untuk kemiringan 5 o, nilai error 0,7% untuk kemiringan 10 o dan untuk kemiringan 15 o nilai errornya 4,2%. DAFTAR PUSTAKA Cosse, R. 1993. Basics of Reservoir Engineering. Editions Technic. Paris Dharmawan. 2000. Simulasi Gas- Kisi untuk Aliran Fluida Dua Demensi. Laporan Giancoli.1998. Fisika Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta Giles, R.V.1984.Mekanika Fluida dan Hidraulik. Erlangga. Jakarta Munson, D.F & Young, T. H.O. 2003. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta Sahimi, M. 1995. Flow and Transport in Porous Media and Fractured Rock. VCH Verlagsgesellschaft mbh. Weinheim