BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH DAN IMBUHAN AIRTANAH LOKAL SUB DAS GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI Sri Ningsih

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

NASKAH SEMINAR EVALUASI NILAI INFILTRASI JENIS PENUTUP LAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA INTISARI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Umum

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

Naskah Seminar 1 STUDI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN RAWAN BENCANA DAS KRASAK PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

STUDI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN RAWAN BENCANA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN Ade Prima Rivanto 2

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN RAWAN BENCANA DAS PUTIH PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN DANANG SASONGKO 2 INTISARI

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

STUDI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN RAWAN BENCANA DAS PUTIH PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

Universitas Gadjah Mada

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Jurnal APLIKASI ISSN X

BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakkan pada

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Gambar 3.1 Siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008)

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

ANALISA DAN PEMBAHASAN

PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

Rate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infiltration Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian, air yang infiltrasikan setelah dikurangi sejumlah air untuk mengisi rongga tanah akan mengalami perkolasi. Perkolasi gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh (daerah di bawah permukaan air tanah ). Penelitian tentang studi laju infiltrasi tanah pasca erupsi Merapi 2010 sudah ada yang melakukan namun berbeda lokasi. Adapun penelitiannya sebagai berikut: 1. Kajian laju infiltrasi tanah dan imbuhan airtanah lokal sub DAS Gendol pasca erupsi merapi 2010. Ningsih, Sri dan Ig L. Setyawan Purnama (2012) melakukan penelitian tentang Kajian laju infiltrasi tanah dan imbuhan air tanah lokal sub DAS Gendol pasca erupsi Merapi 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku peresapan air dengan infiltrasi, serta perhitungan terhadap imbuhan air tanah lokal di Sub DAS Gendol. Dalam penelitian ini metode pemilihan sampel dilakukan secara stratified random sampling dengan strata utama adalah pembagian Sub DAS Gendol berdasarkan kemiringan lerengnya. Relief yang terdapat di daerah penelitian adalah landai (3-8 %), miring (8 25%) dan sangat terjal (>40%). Dalam tiap satuan kemiringan lereng tersebut, diambil sampel untuk pengukuran infiltrasi berdasarkan keberadaan dan jenis material piroklastik yang menutupi lahan. Pengukuran infiltrasi dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat double ring infiltrometer Alat tersebut dimasukkan ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman sekitar 10 cm dan kedua ring dalam posisi datar. Pengukuran dilakukan dengan menghitung volume air yang perlu ditambahkan pada ring bagian dalam untuk kembali pada ketinggian air semula setiap periode waktu tertentu. Pengolahan data infiltrasi lapangan 6

menggunakan metode Horton. Perhitungan imbuhan airtanah Sub DAS Gendol dilakukan dengan metode imbangan air. Metode ini mengasumsikan setiap masukan oleh air hujan akan sama dengan keluaran oleh evapotranspirasi, run off dan lengas tanah. Metode pengolahan data menggunakan imbangan air Thornthwaith-Matter, dimana lengas tanah yang dihitung bersiklus tahunan sehingga bernilai nol. Hasil infiltrasi yang didapat sebagai berikut: a. Lahan Tertutup Material Lahar (Pasir dan Kerikil) Uji infiltrasi pada sekitar bagian hulu Sub DAS Gendol dengan material permukaan ukuran pasir hingga kerikil terdapat pada sampel 1, 11 dan 18. Lokasinya tidak jauh dari badan sungai yang merupakan jalur utama aliran piroklastik pada erupsi Merapi 2010. Pengamatan pada tiap lokasi menunjukkan bahwa ukuran tiap material pasir dan kerikil berbeda- beda. Laju infiltrasi pada lahan ini berkisar antara 0,207 0,634 cm/menit. No Sampel Tabel 2.1 Infiltrasi Lahan teutup Lahar Material Piroklastik Tebal (cm) fc (cm/menit) 1 Campuran pasir dan abu 25 0,6337 11 Pasir dan abu 9,2 0,4875 18 Campuran pasir, kerikil dan abu 24 0,207 7 Perbedaan rerata laju infiltrasi lahan ini dipengaruhi oleh tekstur tanah permukaan.sampel 18 memiliki tekstur paling halus,yaitu geluh lempung pasiran,sedangkan sampel 1 dan 11 bertekstur geluh pasiran. Berdasarkan pengamatan, sampel 18 memiliki lapisan piroklastik yang paling kompak dibandingkan lainnya, sehingga rerata laju infiltrasinya yang paling rendah.sampel 1 adalah yang paling gembur, sehingga memiliki rerata infiltrasi tertinggi. b. Lahan Tertutup Material Abu Infiltrasi pada lahan tertutup abu jauh lebih kecil dibandingkan lahan lainnya. Penyebabnya adalah ukuran butir abu yang sangat halus, memiliki gaya kapiler yang tinggi. Juga sifat lapisan abu yang akan cepat

mengeras pada kondisi basah. Lapisan yang keras tersebut disebut crust yang terjadi karena abu memiliki gaya kohesi yang tinggi saat basah. Lapisan ini menjadikan air sulit terinfiltrasi, dan laju infiltrasi menjadi cepat konstan. Lahan terutup material abu adalah pada lokasi sampel 2, 6, 7, 10 dan 17. Tabel 2.2 Infiltrasi Lahan Tertutup Abu No material tebal f c Sampel proklastik (cm) (cm/meni t) 10 Abu 5 0,0845 6 Abu 9 0,0715 2 Abu 14 0,0422 7 Abu 16 0,0312 17 Abu 15 0,0250 8 Terdapat perbedaan pola laju infiltrasi pada sampel 7 dan 17, dimana infiltrasi meningkat hingga mencapai konstan. Faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah tekstur,dimana sampel 10, 6, dan 2 memiliki tekstur geluh pasiran dan sampel 7 dan 17 bertekstur geluh debuan. Sehingga semakin halus tekstur abu, maka infiltrasi makin rendah. c. Lahan Tidak Tertutup Material Piroklastik Beberapa lahan memiliki lapisan abu yang tipis, yaitu kurang dari 3cm. tipisnya lapisan abu tidak begitu mempengaruhi laju infiltrasi seperti pada lahan tertutup abu yang tebal. Hal ini dikarenakan abu yang tipis mudah tererosi saat hujan dan bercampur dengan tanah di bawahnya, sehingga tidak membentuk lapisan kerak. Oleh karena itu, pada lahan abu tipis ini dianalisa bersama dengan lahan tidak tertutup material piroklastik.

9 Tabel 2.3 Infiltrasi Lahan Tidak Tertutup Material Piroklastik No Sampel material proklastik Tebal (cm) f c (cm/menit) 8 Abu 3 0,3250 3 Abu 0,5 0,4387 4 Abu 1 0,5525 5 Abu 0,5 0,3510 9 Tidak ada 0 0,2437 12 Abu 3 0,2600 13 Abu 2,8 0,4550 15 Tidak ada 0 0,0162 16 Tidak ada 0 0,2600 19 Tidak ada 0 0,2925 14 Tidak ada 0 0,9099 Faktor yang mempengaruhi perbedaan laju infiltrasi adalah pada sifat fisik tekstur tanah. Sebagian besar tanah di Sub DAS Gendol bertekstur pasir bergeluh, karena tebentuk dari material hasil erupsi gunungapi. Selain itu penggunaan lahan juga berpengaruh. Pada umumnya urutan laju infiltrasi dari yang terkecil adalah pada sawah irigasi, kebun, tegalan dan lahan kosong. Adapuh hasil perhitungan imbuhan air tanah lokal sebagai berikut: a. Lereng Terjal (>40%) Lereng terjal termasuk dalam puncak Gunung Merapi dan sebagian lereng atas Gunung Merapi. Materialnya tersusun atas endapan hasil erupsi gunung api. Bagian puncak tersusun atas batuan beku lava yang bersifat akuifug karena tidak dapat meloloskan dan menyimpan air. Oleh karena itu dalam perhitungan imbuhan airtanah, bagian lereng terjal dikurangi dengan bagian puncak Gunungapi seluas 1,29 km 2. Maka luasan lereng terjal yang diperhitungkan menjadi 2,55 km 2. b. Lereng Miring (8-25%)

10 Seluruh area dalam bagian lereng miring ini termasuk dalam daerah tangkapan air karena dapat menyimpan dan meloloskan air tanah. Namun akuifer di sini termasuk dalam akuifer yang dalam karena tinggi muka air tanahnya sangat dalam, sehingga tidak memungkinkan bagi warga sekitar untuk mendapatkan air dengan pembuatan sumur. Luas area lereng miring adalah sekitar 9,25 km 2 dengan hujan yang terjadi termasuk dalam daerah pengaruh dari stasiun Deles, Stasiun Bronggang dan Stasiun Stasiun Kemput. c. Lereng Landai (2-8%) Luas bagian lereng landai di Sub DAS Gendol adalah 42,7 km 2. Pada kemiringan ini, lereng terbentuk oleh material piroklastik yang mengendap oleh hasil aktivitas tenaga air hujan di lereng landai menurut Peta Polygon Thiesen termasuk dalam daerah pengaruh stasiun Candisewu, Deles, Kemput, Bronggang, dan Woro. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut: 1. Kajian Nilai Infiltrasi Jenis Penutup Lahan di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan yang diteliti oleh Arwi Imam Pratama, mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2015 melakukan penelitian tentang model infiltrasi menggunakan desain model saluran dengan resapan buatan dalam menurunkan debit limpasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai kapasitas infiltrasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada jenis penutup lahan tanah, mengetahui volume total air infiltrasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk jenis penutup lahan tanah, nilai kepadatan tanah lapangan, dan koefisien permeabilitas (K) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada jenis penutup lahan tanah. Dalam penelitian tersebut alat dan bahan yang digunakan berupa Double ring infiltrometer, pengukur daya resap, alat pengambil sampel tanah, kerucut pasir (sand cone), dan alat uji kadar air. Pelaksanaan pengujian pada penelitian tersebut pertama-tama melakukan

11 pemeriksaan/menentukan kepadatan tanah lapangan dengan metode kerucut pasir, mengukur nilai kapasitas/laju infiltrasi dengan metode doble ring infiltrometer, mengambil sampel tanah basah pada titik/tempat pengukuran nilai kapasitaas/laju infiltrasi untuk mengetahui kadar air bersih, memeriksa daya resap tanah untuk mengetahui koefisien permaebilitas tanah, memeriksa/menentukan kadar air tanah dari sampel tanah yang sudah diambil. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Nilai kapasitas infiltrasi pada lokasi 1 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 1,36 cm/jam, pada lokasi 2 (sisi tengah UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 1,6 cm/jam, pada lokasi 3 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 2,21 cm/jam, pada lokasi 4 (sisi utara UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 1,33 cm/jam, pada lokasi 5 (sisi selatan UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 0,84 cm/jam dan pada lokasi 6 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 1,88 cm/jam. b. Nilai volume air infiltrasi pada lokasi 1 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 0,0333 m 3, pada lokasi 2 (sisi tengah UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 0,0429 m 3, pada lokasi 3 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 0,0505 m 3, pada lokasi 4 (sisi utara UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 0,0269 m 3, pada lokasi 5 (sisi selatan UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 0,0197 m 3 dan pada lokasi 6 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 0,0303 m 3. c. Nilai kepadatan tanah lapangan pada lokasi 1 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 11,87 kn/m 3, pada lokasi 2 (sisi tengah UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 11,74 kn/m 3, pada lokasi 3 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 8,59 kn/m 3, pada lokasi 4 (sisi utara UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 10,16 kn/m 3, pada lokasi 5 (sisi selatan

12 UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 12,54 kn/m 3 danpada lokasi 6 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 10,59 kn/m 3. Sedangkan nilai koefisien permeabilitas (K) pada lokasi 1 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 7,62 10-3 cm/s, pada lokasi 2 (sisi tengah UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 1,50 10-2 cm/s, pada lokasi 3 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan tanah sebesar 3,35 10-3 cm/s, pada lokasi 4 (sisi utara UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 1 10-2 cm/s, pada lokasi 5 (sisi selatan UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 7,42 10-3 cm/sdanpada lokasi 6 (sisi timur UMY) dengan jenis penutup lahan rumput sebesar 8,17 10-3 cm/s.