JURNAL REHABILITASI SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNA NARKOTIKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

KEBIJAKAN SANKSI PIDANA DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA)

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

Penerapan Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di Polda Jateng)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

JURNAL ILMIAH KOORDINASI ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI) DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DALAM MENCEGAH

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

Oleh : I Gede Kusuma Jayantara NPM : Pembimbing I : A.A Sagung Laksmi Dewi,SH.,MH. Pembimbing II : Luh Putu Suryani,SH.,MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENYULUHAN HUKUM BAHAYA NARKOTIKA BAGI MASYARAKAT PADANG BATUNG KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

PERAN DINAS SOSIAL DALAM REHABILITASI SOSIAL PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DI PROVINSI LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

TESIS PUTUSAN REHABILITASI DALAM KONSEP PEMIDANAAN DI INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister (Strata Dua) Program Magister Ilmu Hukum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

JURNAL TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia sekarang ini melaksanakan pembaharuan hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan penyalahgunaan narkotika saat ini sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

Kementerian Sosial RI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

JURNAL SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PASAL 56 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA DI YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan dapat menangkal. tersebut. Kejahatan narkotika (the drug trafficking

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemidanaan terhadap Pecandu Narkotika merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PEMBIARAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Oleh :

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BNN DAN REHABILITASI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DAN PENANGGULANGANNYA

GAMBARAN PENGGUNAAN NARKOBA PADA PRIA YANG DIREHABILITASI DI YAYASAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTER TAHUN 2010 S K R I P S I OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA

TINJAUAN HUKUM TERHADAP REHABILITASI SEBAGAI SANKSI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

TESIS PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIK TERHADAP PELAKUPENYALAHGUNANARKOBA

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

JURNAL PERTIMBANGAN HUKUM OLEH HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PIDANA REHABILITASI SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBAHARUAN PIDANA BAGI PENGGUNA NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Transkripsi:

JURNAL REHABILITASI SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNA NARKOTIKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan oleh: Deonesia Endri Septa NPM : 110510714 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan Pidana FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA 2016 HALAMAN PERSETUJUAN

REHABILITASI SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNA NARKOTIKA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Deonesia Endri Septa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT Social rehabilitation is a process of recovery activities in an integrated manner, both physically, mentally and socially, so that former drug addicts can re-implement social function in social life. The writing process is created because the rampant drug abuse to the society, especially in Daerah Istimewa Yogyakarta. Basically, the abuse occurred because of a lack of education in the community related to narcotics, psychotropic and other addictive substances. This paper refers to Law No. 35 of 2009 on Narcotics Article 54 are addicts and victims of drug abuse are required to undergo rehabilitation and social rehabilitation. Regulation of the Minister of Social Number 26 Year 2012 regarding the standard of social rehabilitation of victims of abuse of narcotics, psychotropic and other addictive substances. The conclusion is the authority for social rehabilitation is divided for two reasoning :The central government is rehabilitating the former victims of drug abuse, while the Regional province and the district / municipality has the authority to conduct social rehabilitation not / does not include former victims of drug abuse, and the implementation of social rehabilitation does not refer to Regulation No. 26 in 2012 and there are still problems in implementation Keywords : Social Rehabilitation, Narcotics, Victims Of Drug Abus 1. PENDAHULUAN Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang atau yang kemudian di tetapkan sebagaimana keputusan Menteri Kesehatan. Pada saat ini di Indonesia banyak pengguna dan korban penyalahgunaan yang di penjarakan, padahal dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 54 tentang Narkotika yaitu Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dan Pasal 55 ayat (1) menentukan bahwa Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Pasal 1 nomor 10 yaitu Lembaga Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, adalah lembaga yang melaksanakan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA baik milik Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 2. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum Normatif, yaitu jenis penelitian berfokus pada data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer yang meliputi norma hukum atau peraturan perundangundangan yang berlaku dan bahan hukum sekunder yang meliputi pendapat hukum baik secara lisan maupun tulisan dari ahli atau pihak yang berwenang. Sumber data penelitian ini ada 2 jenis, yakni data primer dan sekunder, data primer Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, sedangkan data sekunder, dengan cara mempelajari buku-buku, website-website dari internet dan mengenai para pendapat hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, dan mengadakan wawancara secara langsung kepada dr. Iswandari sebagai kepala bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Yogyakarta. Tinjauan Pustaka: 1. Rehabiltasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi sosial bekas pecandu dapat dilakukan di Rumah Sakit yang telah ditunjuk oleh Menteri Kesehatan, dan dengan adanya pembinaan dan pengobatan dari Rumah sakit tersebut, diharapkan korban dapat diterima kembali oleh masyarakat dan dapat berprilaku lebih baik dari pada sebelumnya. 2. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut dr. Iswandari sebagai Kepala Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Yogyakarta menyebutkan bahwa yang berwenang

melakukan Rehabilitasi Sosial adalah Dinas Sosial. Sedangkan menurut Ir. Baried Wibawa, sebagai Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban NAPZA, Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, bahwa yang berwenang melakukan rehabilitasi sosial adalah Pemerintah Pusat yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pelaksanaan Rehabilitasi sosial sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya, Pasal 1 ayat 10 mengenai Lembaga Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya, adalah lembaga yang melaksanakan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza baik milik pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, tetapi para penggunaan narkotika yang menggunakan kembali narkotika biasanya terjadi karena beberapa faktor yaitu keluarga tidak mendukung korban untuk sembuh secara penuh, kebanyakan keluarga malu dengan apa yang telah diperbuat oleh korban dan membiarkannya saja tanpa memperhatikannya kembali, tidak hanya itu faktor lingkungan juga terkadang tidak dapat menerima korban kembali ke dalam masyarakat karena pengguna narkotika mempunyai stigma buruk, padahal dalam pengertian rehabilitasi sosial adalah agar dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya di dalam kehidupan masyarakat. 4. KESIMPULAN 1. BerdasarkanUndang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial menurut ketentuan menjadi dua kewenangan yang berbeda, yaitu Pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk melakukan rehabilitasi sosial bekas korban penyalahgunaan napza, Daerah Provinsi mempunyai kewenangan untuk melakukan rehabilitasi sosial bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan napza, dan Daerah Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan untuk melakukan rehabilitasi sosial bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan napza. 2. Berdasarkan hasil penulisan bahwa pelaksanaan rehabilitasi yang dilakukan tidak sesuai dengan mengacu pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Standar Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika, dan zat Adiktif lainnya, yang dalam Pasal 1 nomor 10 menyatakan lembaga yang melaksanakan Rehabilitasi Sosial korban penyalahgunaan Napza baik milik Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih belum efektif, karena masih terdapat korban yang setelah direhabilitasi kembali menggunakan narkotika karena pengaruh lingkungan dan keluarga yang tidak mendukung kesembuhan korban penyalahguna. 5. REFERENSI DAFTAR PUSTAKA

Buku Eunike Sri Tyas Suci, Asmin Fransiska, Lamtiur Hasiana Tampubolon, 2015, long and winding road jalan panjang pemulihan pecandu narkotika, PT kompas Media Nusantara, Jakarta. Hadiman, 2005, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, Bersama, Jakarta. Haris Sasangka, 2003, narkotika dan psikotropika dalam hukum pidana untuk mahasiswa dan praktisi serta penyuluh masalah narkoba, cetakan 1, Mandar Maju, Bandung. dan-layanan/8004/syarat-syarat- permohonan-rehabilitasi http://www.kompasiana.com/phadli/ju mlah-pengguna-narkoba-diindonesia_553ded8d6ea834b92b Perundang Undangan : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. Website http://dedihumas.bnn.go.id/read/sectio n/artikel/2014/03/20/957/dampaklangsung-dan-tidak-langsungpenyalahgunaan-narkoba http://megapolitan.kompas.com/read/2 015/05/07/0356029/Fariz.RM.Curhat. Setelah.Divonis https://m.tempo.co/read/news/2010/07 /15/064263745/sammy-kerispatihcuma-divonis-setahun-penjara http://suarapemred.co.id/polrestapontianak-razia-kampung-beting/ http://www.bnn.go.id/portal/index.php /konten/detail/upt-tr-lido/persyaratan-