BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TINGKAT KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA TERHADAP FISIK DAN LINGKUNGAN RUSUNAWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

PENDAHULUAN. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Sikap dan perilaku hidup sehat

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

lib.archiplan.ugm.ac.id

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya proses perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini membawa dampak timbulnya berbagai masalah perkotaan. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi berakibat pada laju pertumbuhan penduduk yang datang dan bermukim (urbanisasi) dengan tujuan mendapatkan pekerjaan. Dan dalam rangka mendapatkan akses yang mudah dan sedekat mungkin ke tempat pekerjaan, maka mereka bermukim di sekitar lingkungan tempat tempat mereka bekerja. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk membawa implikasi pada masalah perumahan kota gejala yang tampak adalah pada wajah kota dengan semakin meluas dan berkembangnya daerah-daerah permukiman diseluruh wilayah kota, meningkatnya harga lahan dan rumah menjadi masalah bagi masyarakat dengan tingkat penghasilan yang rendah sehingga mereka belum bisa memiliki rumah yang memenuhi syarat yang mengakibatkan munculnya lingkungan permukiman yang padat, kumuh dan liar. Perumahan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia. Selain sebagai pelindung terhadap gangguan alam maupun cuaca serta makhluk lainnya, perumahan atau rumah juga memiliki fungsi sosial sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi jati diri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungan permukimannya, maka terlihat bahwa kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan pemukiman, termasuk rumah susun, dimana manusia menempatinya. Melalui Program Penataan Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh, kegiatan pembangunan perumahan ke arah vertikal dalam bentuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan merupakan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan sebagai 1

salah satu strategi dalam penghapusan kawasan kumuh perkotaan, dengan berbagai implikasi positif antara lain membantu mengatasi permasalahan permukiman kumuh perkotaan dengan penerapan konsepsi urban renewal atau peremajaan kota. Pada perancangan suatu bangunan, termasuk rumah susun banyak permasalahan-permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan, faktor kurang dirawatnya bangunan itu sendiri hingga dampak lingkungan yang diakibatkan oleh adanya bangunan rumah susun tersebut. Terdapat dua sisi kepentingan dan permasalahan, yaitu rumah susun sebagai tempat tinggal yang dihuni dan masyarakat sebagai penghuninya. Disatu sisi rumah susun sebagai tempat tinggal memperlihatkan kualitasnya yang semakin menurun, disisi lain penghuni yang mempunyai sifat dinamis dan berkembang menuntut kondisi hunian yang layak dan nyaman untuk tinggal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Blaang, 2009). Berdasarkan konsep perumahan masyarakat umum ( public housing), keberadaan rumah susun yang ditempati oleh golongan masyarakat menengah kebawah yang hidup secara bersama-sama perlu diperhatikan perencanaannya secara utuh, antara lain memperhatikan aspek latar belakang penghuni akan kebutuhan tinggal di dalam lingkungan tersebut, perlu memperhatikan kebutuhan dan kebiasaan fisik, ekonomi serta kebiasaan perilaku penghuninya karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku penghuni dalam menciptakan tingkat kepuasan berhuni (Budihardjo, 2006). Kepuasan p enghuni terhadap lingkungan huniannya merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya ikatan batin terhadap lingkungan tersebut. Kepuasan berhuni muncul karena persepsi positif penghuni terhadap kualitas lingkungan huniannya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian arsitektur di Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan rumah untuk masyarakat kelas bawah di 2

Indonesia kurang memperhatikan kenyamanan sebagai faktor penting aspek manusiawi. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi pasca huni terhadap rusunawa dengan menitikberatkan pada aspek fisik dan non fisik juga perilaku penghuninya. Namun demikian, seberapa jauh tingkat efektivitas dari pembangunan rusunawa tersebut dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh bila dikaitkan dengan tujuan dari pembangunan rumah susun yakni : a. Menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat perkotaan yang layak, sehat dan dekat dengan tempat kerja. b. Pemenuhan kebutuhan rumah susun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di kawasan perkotaan dengan penduduk di atas 1,5 juta jiwa, sehingga dampak yang akan dihasilkan adalah: 1. Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh perkotaan; 2. Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya tampung kota; 3. Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas perkotaaan; 4. Peningkatan produktivitas masyarakat ; 5. Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah; Pemerintah Kota Kendari sendiri memiliki cita-cita untuk menjadikan Kota Kendari sebagai kota layak huni hal ini dibuktikan dengan dibangunnya beberapa rumah susun sebagai upaya mengatasi tumbuhnya permukiman kumuh dan selain itu alasan pembangunan rumah susun di Kota Kendari untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kota Kendari terbilang baru dalam pengadaan rumah susun hal ini dibuktikan dengan baru adanya rumah susun di 2 lokasi yang berbeda, yakni di Kelurahan Tobuha Kecamatan Mandonga, dan Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli. 3

Rumah Susun Pudai merupakan salah satu rumah susun yang terdapat di Kota Kendari. Rumah Susun ini terletak di Kelurahan Lapulu, Kecamatan Abeli. Rumah susun ini dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum. Rumah Susun Pudai didirikan pada tahun 2011 dan mulai dihuni pada tahun 2012. Lokasi rumah susun berada tidak jauh dari pesisir teluk yang berdekatan dengan pemukiman nelayan, pabrik dan juga pelabuhan. Sebelumnya lokasi rumah susun tersebut adalah sebuah lahan kosong yang tidak terlalu luas yang dikelilingi tanaman bakau juga beberapa rumah masyarakat. Jumlah bangunan rumah susun yang ada sebanyak 2 bangunan dengan jumlah lantai sebanyak 5 dan jumlah kamar sekitar 99 kamar perblok bangunan. Dimana lantai pertama memiliki beberapa fungsi mulai dari kamar penghuni, ruang pengelola dan tempat parkir. Kelompok sasaran rusunawa ini adalah terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan sudah berkeluarga, yaitu orang tua dengan kedua anaknya ataupun orang tuan tunggal dengan tiga anak. Unit hunian yang ada di rusunawa ini berukuran 24 m² untuk jumlah penghuni maksimal 4 orang. Namun seiring berjalannya peghunian rumah susun ditemukan berbagai masalah baik dari faktor fisik dan non fisik rumah susun yang menyebabkan penurunan kualitas pada rumah susun pudai. Permasalahan yang ada pada rumah susun mulai dari lingkungan rumah susun yang kotor, penghuni rumah susun yang menjemur pada pagar pembatas koridor, dan juga adanya peralatan kerja penghuni yang disimpan pada bawah tangga rumah susun sewa. Alasan peneliti melakukan evaluasi purna huni karera sejak difungsikannya rumah susun sewa belum pernah dilakukan evaluasi purna huni akibatnya sulit memetakan masalah-masalah yang muncul setelah bangunan dihuni. Ketiadaan informasi hasil evaluasi menyebabkan kesulitan merumuskan strategi untuk menuntaskan permasalahan pada rumah susun sewa yang menghambat performansi rusunawa. Oleh karena itu, rekomendasi evaluasi purna huni sangat dibutuhkan untuk menilai hubungan antar elemen dalam sistem bangunan, sistem lingkungan, sistem kegiatan dan juga terhadap tujuan dan sasaran penggunaan bangunan yang telah ditetapkan guna mengetahui sejauh mana performansi rumah susun 4

(Danisworo, 1989). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendari kepada Pemerintah Daerah dalam hal pembangunan Rusunawa selanjutnya. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitin dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi performansi rumah susun sewa dari segi fisik dan non fisik? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi performansi rumah susun sewa tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi purna huni rumah susun sewa pudai di Kelurahan Lapulu, Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Untuk mencapai tujuan penelitian ini akan ditentukan beberapa sasaran yaitu: 1. Untuk mengetahui kondisi performansi rumah susun sewa dari segi fisik dan non fisik. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi performansi rumah susun sewa pudai. 1.4 Batasan Penelitian Menurut Presier, Rabinowist, dan White (1988:3), Analisis Post Occupancy Evaluation (POE) atau sering disebut Evaluasi Purna Huni adalah suatu proses mengevaluasi bangunan secara sistmatis dan tepat setelah bangunan tersebut dibangun dan ditempati sekian waktu lamanya. Dalam melakukan evaluasi ini peneliti tidak diharuskan untuk meneliti seluruh unsur atau salah satu unsur tersebut secara keseluruhan, peneliti boleh mengangkat beberapa permasalahan tertentu, tergantung keinginan dan kebutuhan peneliti terhadap suatu masalah yang ingin peneliti perdalam. 5

Mengingat luasnya pelaksanaan penelitian ini tentang evaluasi, untuk itu beberapa batasan akan diberikan dalam melakukan penelitian ini, agar penelitian lebih terfokus sehingga hasil penelitian dapat lebih maksimal. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Objek penelitian ini adalah Rumah Susun Sewa yang berada di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari di bawah pengawasan UPT Rusunawa Dinas Tata Kota, Kota Kendari. 2. Evaluasi karakteristik penghuni, kondisi fisik dan non fisik rumah susun yang mengacu pada standar-standar rumah susun. 3. Persepsi penghuni terhadap aspek-aspek atau komponen yang terdapat pada Rusunawa. 4. Subyek penelitian ini adalah pihak penghuni Rususnawa dan pihak pengelola Rusunawa. 1.5 Keaslian Penelitian Topik penelitian ini adalah Evaluasi Purna Huni Rumah Susun Sewa Pudai di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deduktif kuantitatif untuk menguji secara statistik hasil penelitian yang didapatkan di lapangan. Fokus dalam penelitian ini mengevaluasi bangunan Rumah Susun Pudai. Dengan variabel terdiri dari performansi bangunan dan kondisi lingkungan Rumah Susun. Lokus dari penelitian ini berada di kawasan permukiman nelayan pesisir teluk Lapulu kota Kendari. Keaslian penelitian dimaksudkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat pada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Dalam penelitian terdapat tiga pilar utama, yakni fokus yang diteliti, lokasi yang diamati, dan metode yang digunakan. Penelitian-penelitian sebeumnya mngenai ebaluasi purna huni prnah dilakukan dengan metode dan lokasi yang berbeda-beda. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Priyo (2001), jenis penelitian tersebut adalah penelitian studi kasus 6

dangan rancangan kasusu tunggal. Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit sehingga fokus objek yang akan diteliti berbeda dengan penelitian ini. Penelitian terkait dengan Evaluasi Purna Huni pernah dilakukan oleh Abraham (2001), jenis penelitian tersebut menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit sehingga fokus objek yang akan diteliti berbeda dengan penelitian ini Penelitian terkait dengan Evaluasi Purna Huni pernah dilakukan oleh Tanzilul (2007), jenis penelitian terssebut menggunakan metode penelitian studi kasus. Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit sehingga fokus objek yang akan diteliti berbeda dengan penelitian ini. Penelitian yang terkait dengan Evaluasi Purna Huni pernah dilakukan oleh Novri (2008), jenis penelitian tersebut menggunakan metode deduktif dengan pendekatan kuantitatif positifistik. Hal ini tentu berbeda dari fokus penelitian dimana fokus penelitian tersebut adalah lingkungan perumahan sedangakan fokus penelitian ini adalah Rumah Susun. Penelitian yang terkait dengan Evaluasi Rumah Susun juga penah dilakukan oleh Andi (2006), fokus peneitian tersebut lebih kepada sistem evaluasi rumah susun. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian ini yakni Evaluasi Purna Huni yang memfokuskan kepada performansi rumah susun juga lokasi penelitian yang berbeda dimana penelitian ini dilakukan di Kota Kendari sedangkan penelitian tersebut dilakukan di Kota Cirebon. Penelitian yang terkait dengan Evaluasi Rumah Susun juga pernah dilakukan oleh Ade (2011), fokus penelitian tersebut mengetahui gambaran teknis rumah susun untuk dievaluasi sesuai dengan standar teknis bangunan gedung dan sistem pengelolaannya. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian ini yakni mengetahui performansi rumah susun sesuai standar Evaluasi Purna Huni (EPH) dan dampak lingkugan yang ditumbulkan oleh rumah susun tersebut. 7

1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat buat penlitian ini adalah: 1. Bagi Pengguna Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan kepada penguuna rumah susun baik itu penghuni agar mau berkerja sama dengan pihak pengelola rumah susun untuk menjaga kualitas bangunan dan lingkungan rumah susun tetap baik. 2. Kepada Pihak Pengelola Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengelola infrastruktur Rusunawa di Kalurahan Lapulu, dalam hal ini Unit Pelaksana Teknis (UPT), serta pihak lain yang terkait, sehingga di masa mendatang rumah susun dikelola dengan baik serta memiliki sarana fisik yang layak huni dan masa layak bangunan menjadi lebih panjang. Juga menjadi masukan buat pemerintah dalam merencanakan rumah susun kedepannya di Kota Kendari. 1.7 Sistematika Penulisan Hasil penelitian tentang evaluasi purna huni rumah susun sewa ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Pada bab I berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, serta keaslian penelitian yang pernah dilakukan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam Bab II dibahas mengenai kajian pustaka dan proposisi teori terkait dengan evaluasi purna huni. 3. Bab III Metode Penelitian Dalam Bab III dibahas jenis metode yang digunakan dalam penelitian, alasan pemilihan kasus penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis dalam penelitian. 8

4. Bab IV Deskripsi Wilayah Dalam Bab IV dijelaskan gambaran wilayah penelitian, yang terdiri atas gambaran pembagian administratif wilayah, kondisi fisik dasar wilayah, dan kondisi sosial ekonomi wilayah. 5. Bab V Hasil Dan Pembahasan Dalam Bab V dibahas mengenai analisis identifikasi fakta-fakta yang ditemukan dari penelitian. 6. Bab VI Kesimpulan Dan Saran Dalam Bab VI ini ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan. 9