BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan kualitas pelayanan yang unggul (Djojosugito, 2001). Ketatnya persaingan antar rumah sakit menuntut rumah sakit untuk melakukan perbaikan mutu yang bertujuan agar rumah sakit tidak kehilangan pelanggannya dan memiliki keunikan dalam hal pemberian pelayanan pada pelanggan. Mutu pelayanan dapat diukur dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan oleh konsumen (Kurtin & Stucky, 2013). Selain itu, mutu layanan kesehatan dapat diketahui dari kesesuaian layanan dengan standar pelayanan medis dan pedoman pedoman pelayanan 1

2 yang disepakati oleh sesuai kode etik profesi (Praptiwi, 2009). Filosofi dari manajemen mutu menyebutkan bahwa cara paling efektif dalam meningkatkan mutu adalah dengan mengurangi variasi (Cheach, 2000), namun variasi dalam tindakan medis untuk kondisi klinis yang sama dipengaruhi oleh banyak hal, adanya perubahan kondisi klinis, kompleksitas masalah klinis, perbedaan sumber daya institusi, dan kemampuan pasien merupakan penyebab munculnya variasi medis. Indikator mutu layanan kesehatan antara lain adalah kepuasan pelanggan, keselamatan pasien, indikator lama perawatan, waktu remisi rata-rata, tingkat kekambuhan, dan efektivitas pelayanan (Rogers, 2011). Selain itu, mutu layanan kesehatan dapat diketahui dengan cara mengukur kesesuaian layanan dengan clinical pathway yang sudah disepakati (Depkes, 2005; King, 2004). Clinical pathway dikenal sebagai salah satu upaya atau instrument yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mencegah adanya variasi pelayanan yang tidak perlu,

3 meningkatkan komunikasi antar disiplin ilmu, dan menyediakan standar pelayanan kesehatan yang jelas. Namun demikian pengembangan dan penerapan clinical pathway bukan hal yang mudah dilakukan bahkan meski hanya untuk satu jenis pelayanan saja (Devitra, 2011; Ransom et al, 1998). Di Indonesia penerapan clinical pathway terkait penerapan INA-DRG yang merupakan versi Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk Diagnostic Related Group (DRG s Casemix) yaitu sistem pembiayaan berdasarkan pendekatan sistem casemix, dimana diharapkan akan muncul efisiensi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Adisasmito, 2008). Maka, pada tahun 2010 telah dilakukan pertemuan konsolidasi kelompok kerja clinical pathway dalam pelaksanaan INA-DRG pada 15 rumah sakit vertikal Depkes sebagai Pilot Project di Indonesia (Depkes, 2010). Berdasarkan hasil sejumlah studi terkait manfaat clinical pathway, antara lain seperti konsistensi praktek lebih besar, kontinuitas peningkatan pelayanan, pemantauan

4 standar perawatan, dokumentasi yang baik, pelaksanan evidence-based best practice, meningkatkan kerjasama tim, mengurangi duplikasi, perbaikan manajemen resiko, dan pemberian perawatan berfokus pada pasien (Yasman, 2012). Selain itu, clinical pathway dapat mendukung infrastruktur kesehatan dengan menyediakan informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu yang diperlukan untuk memenuhi pemantauan strategis pelayanan pasien dan outcome (Yasman, 2012). Clinical pathway menjadi perkembangan yang popular saat ini termasuk di Indonesia. Agar clinical pathway yang digunakan efektif maka perlu pengawasan yang ketat dalam perkembangannya. Karenanya ada potensi variabilitas dalam isi dan kualitas clinical pathway yang sedang dikembangkan. Variabilitas tersebut dapat mempengaruhi dampak dan manfaat dari clinical pathway itu sendiri terhadap kualitas pelayanan. Hal tersebut di atas juga didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa clinical pathway memberikan manfaat bermakna mengenai kriteria

5 seragam klinis pengambilan keputusan pada tingkat yang berbeda dari perawatan pasien hipertensi (Marica et al, 2012). Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi penyakit. World Health Organization (WHO, 2015) menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian di dunia. Hipertensi juga merupakan faktor pemicu utama stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal. Menurut Wahdah (2011) dalam laporan American Heart Association (AHA), sebanyak 77% dari penderita stroke, 69% dari penderita serangan jantung, dan 74% dari penderita gagal jantung mengidap hipertensi. Lebih lanjut, AHA menyatakan bahwa hipertensi merupakan penyebab kedua tertinggi terjadinya gagal ginjal (AHA, 2012). Data American Heart Association (2013) menunjukkan sebanyak 77.9 juta atau 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi. Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak

6 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik <140 mmhg dan diastolik <90 mmhg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol. Persentase pria yang menderita hipertensi lebih tinggi dibanding wanita hingga usia 45 tahun dan sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas, persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go et al, 2014). Menurut laporan pertemuan WHO di Jenewa tahun 2011 didapatkan prevalensi penyakit hipertensi 15-37% dari populasi penduduk dewasa di dunia. Setengah dari populasi penduduk dunia yang berusia lebih dari 60 tahun menderita hipertensi. Angka Proportional Mortality Rate akibat hipertensi di seluruh dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian (AHA, 2012). Sesuai dengan data WHO bulan September 2011, disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan

7 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara (WHO, 2012). Selain itu pada tahun 2011, WHO mencatat bahwa dua per tiga dari penduduk dunia yang menderita hipertensi diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang. Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, dan Maldives. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus krisis hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan

8 proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012). Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus krisis hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes RI, 2013). Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka penggunaan obat yang rasional pada pasien hipertensi merupakan salah satu elemen penting dalam tercapainya kualitas kesehatan serta perawatan medis bagi pasien sesuai standar yang diharapkan. Penggunaan obat

9 secara tidak rasional dapat menyebabkan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, memperparah penyakit, hingga kematian. Selain itu biaya yang dikeluarkan menjadi sangat tinggi (WHO, 2004). RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu rumah sakit yang berada dalam wilayah Kabupaten Bantul yang juga merupakan rujukan bagi penduduk setempat dari semua strata, baik dari kalangan bawah maupun kalangan berpunya. Hampir seluruh masalah kesehatan yang di alami masyarakat telah dapat ditangani di rumah sakit ini. Di RS PKU Muhammadiyah Bantul menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah kasus hipertensi pada tahun 2015 dibanding dengan tahun 2014. Pada tahun 2015, hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab rawat inap terbesar di RS PKU Muhammadiyah Bantul dan menempati urutan ketiga penyebab rawat inap pada penyakit tidak menular. Hal ini berbeda dari tahun 2014, dimana hipertensi tidak termasuk dalam 10 penyakit penyebab rawat inap terbesar di rumah sakit tersebut (RS PKU Muhammadiyah

10 Bantul, 2015). Diketahui jumlah kejadian hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 201 kasus dan meningkat menjadi 213 kasus per 1 Desember 2016 (Profil RS PKU Muhammadiyah Bantul, 2016). RS PKU Muhammadiyah Bantul telah menerapkan clinical pathway sejak tahun 2014. Jumlah clinical pathway yang ada yaitu sebanyak 15 daftar penyakit yang salah satunya yaitu krisis hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa clinical pathway yang diterapkan di rumah sakit belum berjalan dengan baik. Padahal diketahui bahwa krisis hipertensi merupakan kasus kegawatdarutan yang membutuhkan penanganan lebih cepat sedangkan angka kejadian dari krisis hipertensi terus meningkat. Dampak yang diharapkan dari clinical pathway ini adalah kontribusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Clinical pathway dirancang untuk diterapkan dalam sistem perawatan kesehatan yang kompleks, di mana dokter yang

11 berbeda dan penyedia layanan kesehatan pada tingkat yang berbeda serta perawatan yang harus berinteraksi terus menerus dan secara terkoordinasi untuk memberikan perawatan kepada semua pasien hipertensi. Meskipun clinical pathway dikembangkan menggunakan kriteria berbasis bukti, mereka bisa memerlukan evaluasi yang cermat dan renovasi sesuai dengan tuntutan masing-masing sistem. Selain itu, clinical pathway perlu diuji dalam skala, study multi-level untuk benar-benar memeriksa dan mengevaluasi efikasi dan efektivitas mereka. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah, Bagaimana implementasi clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul?

12 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujun untuk mengevaluasi pelaksanaan clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mengevaluasi aspek input yang meliputi format clinical pathway, peran dari rumah sakit dalam pelaksanaan clinical pathway, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang terkait dalam pelaksanaan clinical pathway di instalasi rawat inap bagian penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Bantul. b. Mengevaluai aspek proses yang meliputi dokumentasi, pengembangan, penerapan dan maintenance clinical pathway pada kasus krisi hipertensi di instalasi rawat inap bagian penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Bantul.

13 c. Mngevaluasi aspek output yang meliputi kepatuhan implementasi clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di instalasi rawat inap bagian penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Bantul. d. Mengetahui masalah dan hambatan implementasi clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di RS PKU Muhammadiyah Bantul. e. Menyusun rekomendasi guna peningkatan atau perbaikan implementasi clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di RS PKU Muhammadiyah Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang upaya kendali mutu dan kendali biaya melalui implementasi clinical pathway. b. Menambah referensi terkait evaluasi dan upaya peningkatan implementasi clinical pathway di rumah sakit.

14 2. Aspek Praktis a. Manfaat bagi Magister Manajemen Rumah Sakit Univeristas Muhammadiyah Bantul Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang clinical pathway khususnya terkait implementasi clinical pathway. b. Manfaat bagi RS PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan serta evaluasi tim multidisiplin clinical pathway di RS PKU Muhammadiyah Bantul. c. Manfaat bagi para staf RS PKU Muhammadiyah Bantul Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi para staf baik tenaga medis maupun non medis untuk upaya peningkatan mutu di RS PKU Muhammadiyah Bantul. d. Manfaat bagi peneliti. Menambah pengetahuan mengenai implementasi clinical pathway pada kasus krisis hipertensi di RS PKU Muhammadiyah Bantul dan peneliti dapat

15 menerapkan ilmu ataupun teori pada waktu masa perkuliahan yang digunakan untuk penelitian ini. e. Manfaat bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi guna pengembangan penelitian sejenis secara berkelanjutan tentang implementasi clinical pathway di RS PKU Muhammadiyah Bantul..