Bab I. Pendahuluan. Tabel 1. Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia Sumber: BPS -Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

TERMINAL BUS TIPE A DI KABUPATEN DEMAK Dengan penekanan desain Triple Zero, Werner Sobek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, yang disebabkan oleh semakin beranekaragamnya produk

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...

BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN PT. KARYA MUKTI ABADI SEBAGAI SENTRA INDUSTRI KAROSERI DUMP TRUK UNTUK WILAYAH JAWA TENGAH DI UNGARAN Penekanan Desain Hi-Tech

BANGUNAN FASILITAS SIRKUIT BALAP OTOMOTIF ROAD RACE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG EMAS

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

REDESAIN TERMINAL PELABUHAN PENYEBERANGAN BENGKALIS-RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

PUSAT DESAIN SURABAYA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RICHARD MEIER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan & Perancangan Arsitektur Tugas Akhir Periode 135

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau

RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini bidang ekonomi, jasa dan perdagangan di Tangerang Selatan sedang mengalami perkembangan yang memberikan

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

[TUGAS AKHIR 38] CONDOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CIREBON SHOPPING MALL PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SEMARANG CONVENTION CENTER

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

Kantor Produksi Iklan di Badung

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

BAB 1 PAPARAN SINGKAT RANCANGAN...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REDESAIN PASAR INDUK BATANG Penekanan Desain Arsitektur Tropis

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

LP3A TA PERIODE 127/49 TERMINAL BUS TIPE A DI KABUPATEN DEMAK BAB I PENDAHULUAN

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERMINAL PENUNPANG KAPAL LAUT TANJUNG EMAS SEMARANG Dengan Pendekatan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK DI MUARA KALI LAMONG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan turut meningkatkan peranan sektor transportasi dalam menunjang

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

SEMINAR TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia sedang berkembang akhir-akhir ini. Pemerintah terus mendorong pelaku industri agar tumbuhnya kegiatan perindustrian. Hal ini dapat dilihat dari tingginya kegiatan perindustrian dengan ditandainya berdirinya beberapa perusahaan atau pelaku industri kecil, sedang maupun besar. Tabel 1. Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia Sumber: BPS -Indonesia Kegiatan industri merupakan kegiatan yang dapat mendukung perekonomian Indonesia karena mampu menampung banyak pekerja. Kebutuhan industri yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini adalah pembangunan sarana industri berupa pabrik. Pabrik sebagai bangunan industri memiliki kesulitan tersendiri dalam pembangunannya. Dalam setiap jenis pabrik memerlukan kajian, karena bangunan tersebut berkaitan dengan efisiensi dan standar yang berlaku. CV Buana Raya Semarang merupakan salah satu perusahaan yang berdiri pada tahun 2004. Sebagai perusahaan baru yang mengalami peningkatan kegiatan industri

setiap tahunnya, maka CV Buana Raya memperlukan bangunan industri pabrik yang dapat mendukung kegiatan produksi sekaligus sebagai media branding produk yang dihasilkan. Produk yang paling diunggulkan adalah detergen khusus untuk hotel dan rumah sakit dengan spesifikasi tertentu dan ramah lingkungan. 1.1.1 Semarang sebagai Kota Geostrategic dan Kota Metropolitan Kota Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dan sekaligus termasuk ke dalam 5 kota besar di Indonesia setelah Kota Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Semarang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terpadat keempat di Indonesia setelah Kota Jabodetabek (Jakarta), Bandung dan Surabaya. Dengan perkembangan dan populasi masyarakat yang hampir mencapai 8 juta jiwa yang tersebar di kota dan daerah pendukung Kedungsapur ( Kendal, Demak, Ungaran, Kota Salatiga dan Purwodadi ) menyebabkan kebutuhan akan hasil olahan industri menjadi tinggi. S Gambar1.1 Peta Pulau Jawa Sumber : http://harunarcom.blogspot.co.id/2012/12/peta-pulau-jawa.html emarang dilewati oleh Jalur Pantura yang menghubungkan antara Jawa tengah dengan Jawa barat dan Jawa Timur. Didukung dengan keadaan geostrategic yang sangat memadai. Dari sebelah utara Kota Semarang memiliki Pelabuhan Tanjung Mas ( sektor transportasi laut ), selatan menghubungkan dengan kota Yogyakarta, area timur menghubungkan arah Kota Surabaya dan area barat menghubungkan Kota Jakarta.

Keuntungan dari posisi geostrategic ini membuat Semarang menjadi kota yang memungkinkan untuk perkembangan daerah industri karena letaknya yang sentral sehingga memudahkan kegiatan distribusi hasil dan bahan baku produksi. 1.1.2 Kebutuhan akan Desain Pabrik sebagai Media Branding Produk Salah satu strategi marketing yang dipakai belakangan ini adalah metode branding. Metode ini merupakan metode yang menarik, karena dengan penanaman bradning pada suatu produk maka konsumen akan mudah mengingatnya. Saat ini yang menjadi pilihan branding perusahaan adalah ramah lingkungan yang merupakan respon terhadap keadaan alam. Selain itu branding yang cukup populer adalah green building. Cara branding ini sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan besar, seperti Unilever dan Otsuka. Perusahaan unilever melalui bangunannya menerapkan program green building, ramah lingkungan dan zero waste. Namun sayang bangunan pabrik PT unilever yang menerapkan program-program tersebut belum ada di Indonesia dan baru 4 pabrik yang bena-benar berhasil menerapkan program-program tersebut. PT Otsuka merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan dengan produk paling terkenal berupa Pocari sweat. Branding yang dilakukan perusahaan tersebut adalah green building, zero waste dan innovative design. Bentukan tersebut dicerminkan dengan produk yang dihasilkan selalu inovatif. 1.1.3 Kebutuhan akan Industri Manufaktur Detergen di Pulau Jawa Kebutuhan sabun detergen di Indonesia cukuplah tinggi. Dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa, kebutuhan mencuci sangatlah tinggi. Dengan jumlah yang sebanyak itu, sebagian pasaran diambil oleh PT unilever dan PT wings. Dari kedua perusahaan besar tersebut, hanya PT Wing yang memiliki pabrik produksi di Indonesia. Sementara PT unilever hanya memiliki pabrik pengemasan produk. Kedua hasil produksi perusahaan tersebut sama-sama mengincar pasaran konsumen rumah tangga. Dari hal inilah, CV Buana Raya membuat perusahaan detergen dengan pasaran lain yang cukup banyak dibutuhkan di Indonesia khususnya Pulau Jawa, Sumatera dan Bali. Kebutuhan sabun detergen dengan spefisikasi khusus pun dibuat sesuai dengan pasar yang dituju, yaitu rumah sakit, hotel dan industri. CV Buana Raya pun membuat varian khusus untuk rumah tangga dengan sasaran terbatas ( bukan sasaran utama ).

Gambar 1.2 Data Konsumen tahun 2009 Sumber: data CV Buana Raya Semarang Angka permintaan sabun setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jenis usaha yang melibatkan sabun sebagai hal pokok, seperti kegiatan laundry yang sangat umum di kota-kota besar di Indonesia. Belum lagi peningkatan pembangunan city hotel, hotel-hotel besar dan rumah sakit yang memerlukan sabun. Tingginya angka cucian pulalah yang membuat arah pengembangan usaha CV Buana Raya Semarang menuju ke laundry spesialis rumah sakit dan hotel. 1.2. Permasalahan Permasalahan yang diangkat dalam penulisan Pratugas Akhir ini terbagi menjadi permasalahan umum dan khusus. Permasalahan umum terkait dengan lokasi dan jenis produksi pabrik yang akan diangkat yaitu pabrik sabun detergen CV Buana Raya Semarang. Sementara permasalahan khusus adalah fungsi dan standar bangunan industri pabrik sebagai fokus yang lebih sempit. Rincian permasalahan dijelaskan sebagai berikut: 1.2.1 Permasalahan umum ( nonarsitektur ) Kota Semarang sebagai kota strategis untuk kegiatan perindustrian dengan didukung keadaan geografis yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa. Kota Semarang sangat berpotensi sebagai lokasi dari bangunan industri manufaktur produksi detergen sebagai fasilitas pemenuhan komsumtivitas masyarakat.

1.2.2 Permasalahan Khusus ( arsitektur) Permasalahan khusus pada perancangan bangunan industri dengan fungsi pabrik, office dan display di Kota Semarang. Bagaimana sirkulasi pada bangunan industri sabun yang paling efisien Bagaimana pemenuhan terhadap kapasitas produksi pabrik Bagaimana menambahkan poin arsitektur untuk mengangkat ecobranding bangunan industri 1.3.1 Tujuan Tujuan penulisan adalah Mengetahui faktor-faktor yang diperlukan dalam perancangan bangunan industri terkait fungsi, bentuk, konfigurasi program ruang dan elemen di dalamnya. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam perancangan bangunan industri terkait dengan pemenuhan standar bangunan, fungsi dan ekonomis bangunan. 1.3.2 Sasaran Sasaran penulisan adalah menghasilkan sebuah konsep desain bangunan industri yang dapat menjawab permasalahan urban dan mencapai efisiensi perancangan yang sesuai dengan standar yang ingin dicapai. 1.3. Metode Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka, survey, kajian preseden dan wawancara langsung dengan pelaku usaha yang dituju ( wawancara dengan pemilik CV Buana Raya Semarang ). a. Studi Pustaka atau Studi Literatur Studi literatur pustaka terkait dengan bangunan industri secara umum dengan segala aspek yang mungkin berkaitan seperti pengolahan limbah, pencahayaan, penghawaan, fire protection, alur sirkulasi pekerja, alur sirkulasi, bahan baku, hingga office dan tempat parkir. Penjelasan dan penerapan terkait dengan buku-buku penelitian dan literatur lainnya. b. Survey Merupakan kegiatan survey lapangan, melihat langsung ke lapangan dan menghasilkan data berupa foto, gambar dan data skematik untuk mendapatkan penjelasan fungsi pabrik yang akan dirancang. c. Kajian Preseden atau Studi Kasus

Kajian preseden pabrik dengan fungsi serupa atau mirip yang ada di dalam dan di luar negeri sekaligus membandingkannya dengan mengacu pada konsep yang akan di gunakan. d. Wawancara Kegiatan wawancara berguna untuk mengetahui keadaan faktual lapangan dan untuk mengetahui permasalahan inti perancangan dalam sudut pandang pengguna pabrik. 1.4. Keaslian Penulisan Terdapat beberapa penulisan dengan tema yang hampir sama pada Jurusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada namun berbeda dalam hal permasalahan dan jenis industri yang diangkat. Penulisan tersebut antara lain, Kesamaan dengan fungsi sebagai bangunan industri dengan karya milik Yonda Aditya dengan judul Pabrik Penyamakan Kulit di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jutap-FT UGM, Pendekatan Produktivitas Pabrik Penyamakan Kulit dengan Ketentuan Pola Keruanngan sebagai Bagian Vital Proses Produksi. Perbedaan adalah jenis bangunan indutri yang diangkat. Jika dalam penulisan ini bangunan insutri yang akan diangkat adalah bangunan manufaktur dengan hasil produksi detergen atau sabun. Sementara bangunan industri milik Yonda Aditya adalah bangunan kegiatan produksi penyamakan kulit. Perbedaan lain adalah lokasi yang diambil. Kesamaan dengan fungsi sebagai bangunan industri dengan Wiliam Surya Dinata (2014), Pabrik Garmen Jeans di Semarang, Jutap-FT UGM, landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Perbedaannya adalah hasil produksi, penulis mengambil hasil produksi detergen sementara Wiliam Surya Dinata tentang Jeans. Kesamaan teori biomimikri dengan Diva Calista Brahmana (2015), Botanical Tropicarium di Kota Bumi Serpong Damai (BSD City) Tangerang dengan Teori Biomimetik : cocoon Wrap, Jutap-FT UGM. Perbedaannya jenis dan fungsi bangunan yang akan diselesaikan. Penulis mengambil fungsi bangunan industri sementara Diva Calista Brahmana mengambil jenis bangunan botanical tropicarium. Penyelesaian masalah juga

berbeda. Diva Calista Brahmana mengambil penyelesaian menggunakan cocoon wrap, sementara penulis mengambil berbagai skema sistem alam untuk menyelesaikan masalah.

1.5. Kerangka Pemikiran

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Pratugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab yang berisi pendahuluan, tinjauan teori, tinjauan empiris, analisis permasalahan dan analisis konsep yang akan diterapkan dalam mendesain pada tahap transformasi desain. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang pengambilan topik, permasalahan arsitektural dan nonarsitektural, tujuan dan sasaran penulisan Pratugas Akhir ini, keaslian penulisan terhadap beberapa Pratugas Akhir yang memiliki beberapa kesamaan fungsi, konteks dan teori, kerangka pemikirian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori, berisi pembahasan tentang tinjauan fungsi dan jenis-jenis bangunan industri, kajian teori berkaitan penentuan lokasi pabrik dan teori yang digunakan untuk menyelesaikannya. Pembahasan teori biomimikri secara ringkas. Bab III Tinjauan Empiris, menjelaskan dasar pertimbangan pemilihan tapak, analisis tapak terpilih. Serta menganalisis beberapa studi kasus bangunan dengan fungsi, teori, dan konsep yang serupa kembudian dikomparasi untuk diambil pokok permasalahannya dan konsep yang membentuk bangunan. Bab IV Analisis Masalah, berisi kesimpulan dari berbagai permasalahan yang muncul terkait fungsi, teori, dan konteksnya. Fungsi menjelaskan permasalahan spesifik tentang apa saja yang menjadi poin utama permasalahan dalam bangunan industri pabrik sabun. Konteks menjelaskan tentang hasil analisis tapak yang telah dilakukan sehingga mendapat permasalahan utama tapak. Sedangkan analisis teori digunakan untuk menyimpulkan penerapan teori apa saja yang dapat digunakan untuk menjawab pemasalahanpermasalahan yang ada. Kemudian ketiga point ini dianalisis dan disatukan untuk menentukan permasalahan utama pada bangunan. Hal ini digunakan untuk merumuskan masalah dan menemukan konsep yang tepat pada bab lima. Bab V Konsep, yang merupakan bab terakhir. Pada bab ini dijelaskan tentang konsep yang akan digunakan beserta pengaplikasiannya pada desain. Hal ini ditujukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada bab IV.