Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN PADA PERAMALAN CURAH HUJAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

EVALUASI MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK PREDIKSI IKLIM EKSTRIM DENGAN KORELASI CURAH HUJAN DAN TINGGI MUKA LAUT DI SEMARANG

3. METODE PENELITIAN

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION


Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PRAKIRAAN CURAH HUJAN BANDARA SYAMSUDIN NOOR DENGAN ALGORITMA NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. datang berdasarkan keadaan masa lalu dan sekarang yang diperlukan untuk

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling parah dan paling lama tingkat pemulihannya akibat krisis keuangan

PREDIKSI KUALITAS AIR BERSIH PDAM KOTA PALU MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang

UNNES Journal of Mathematics

III. METODOLOGI PENELITIAN

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Transkripsi:

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika 1*)email : asriprada@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian dengan metode jaringan syaraf tiruan propagasi balik untuk memprediksi curah hujan di Kota Pontianak dengan menggunakan parameter cuaca yakni suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara dan penguapan sebagai parameter prediktor. Data yang digunakan adalah data pada periode 2005-2012 sebagai data latih dan 2013 2014 sebagai data uji. Keseluruhan proses dilakukan secara terpisah pada tiga bagian untuk skala waktu yang berbeda, yakni skala waktu bulanan, dasarian dan harian. Hasil model menunjukkan bahwa semakin besar skala waktu yang diteliti maka semakin tinggi ketepatan prediksi yang dihasilkan oleh model yang telah dibangun. Terlihat pada skala waktu bulanan, dasarian dan harian nilai koefisien korelasi hasil pengujian model secara berturut-turut adalah 0,93 ; 0,52 ; 0,44. Nilai ketepatan atau akurasi prediksi model secara kualitatif pada skala bulanan 100% dan pada skala harian 52%. Kata Kunci : Prediksi, Curah Hujan, Jaringan Syaraf Tiruan 1. Latar Belakang Cuaca dan iklim merupakan gejala alam yang kompleks dan banyak bergantung dari banyak faktor, baik faktor didalamnya maupun faktor luar seperti topografi suatu wilayah dan posisi lintang dan bujur yang juga ikut andil dalam membentuk iklim suatu wilayah. Pengamatan cuaca yang sudah dilakukan sejak dahulu telah menghasilkan data yang sangat panjang dan merupakan sumber daya yang dapat dianalisa untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk terus mencari model prediksi yang semakin hari dituntut untuk semakin akurat. Ide dasar untuk menggunakan jaringan syaraf sebagai metode peramalan didasari pada adanya kesamaan yang ditemukan antara struktur jaringan syaraf dengan pendekatan umum metode peramalan (Halim dan Wibisono, 2000). Berbeda dengan teknik statistik klasik, kelebihan JST sebagai metode peramalan adalah kemampuannya dalam mengenali pola-pola tertentu dengan menggunakan algoritma pembelajaran dan pelatihan selayaknya otak manusia bekerja (Minarti dan Iman, 2011). Beberapa penelitian yang menggunakan metode JST salah satunya dilakukan oleh Oktaviani dan Afdal (2013) yang mengembangkan JST dengan membandingkan beberapa fungsi pelatihan propagasi balik (backpropagation) dengan memvariasikan jumlah lapisan tersembunyi (hidden layer), jumlah data latih dan jumlah neuron untuk memprediksi curah hujan bulanan di Stasiun Meteorologi Tabing Padang pada jangka waktu 2001-2012. Minarni dan Samiaji (2011) juga mengembangkan JST di Stasiun Meteorologi Bandara Minangkabau dengan skala prediksi yang lebih kecil yakni skala hujan harian dengan memanfaatkan data Total Indeks, air mampu curah dan data konvergensi angin sebagai prediktor. Pada penelitian ini telah dibangun model JST propagasi balik, dengan data masukan adalah data parameter cuaca seperti suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara dan penguapan dan outputnya ada prediksi curah hujan. Model dibangun pada 3 skala waktu yakni skala bulanan, skala dasarian dan skala harian dengan konfigurasi yang berbedabeda pada setiap skala waktu untuk memaksimalkan kemampuan model. Metode ini mengadopsi jaringan syaraf biologis, dimana syaraf menerima impuls dan diproses sedemikian rupa sehingga menghasikan output sebagai hasil dari pemrosesannya. 50

3.Hasil Dan Pembahasan Analisis hasil model dibagi menjadi tiga skala yakni skala bulanan, dasarian dan harian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dari JST propagasi balik yang dibangun pada data yang sama namun memiliki variasi data pada tingkat yang berbeda. Gambar1. Arsitektur JST (Siang, 2004) 2. Metodologi JST adalah sistem pemrosesan informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi. Secara umum arsitektur JST terdiri dari masukan (input layer), lapisan tersembunyi (hidden layer) dan keluaran (output) (Agustin, 2012). JST ditentukan oleh 3 hal : a. Pola hubungan antar neuron (disebut arsitektur jaringan) b. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode training/ learning/ algoritma) c. Fungsi aktivasi. Berikut adalah diagram alir dari seluruh langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian : MULAI Studi Literatur 3.1 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Skala Bulanan Jaringan syaraf yang dibangun terdiri atas 4 lapisan input, dengan 4 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output. Lapisan tersembunyi pertama terdiri dari 30 neuron dengan fungsi aktivasi Hyperbolic Tangen Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-2 terdiri dari 20 neuron dengan fungsi aktivasi Log Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-3 terdiri dari 10 neuron dengan fungsi aktivasi Hyperbolic Tangen Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-4 terdiri dari 1 neuron dengan fungsi aktivasi linier. Dan jenis pelatihan yang digunakan adalah Gradient descent with momentum and adaptive learning rate backpropagation. Kemudian ditentukan nilai error maksimalnya adalah 0,1 dan pada prosesnya diperoleh nilai error 0,09. Pada skala bulanan diperoleh nilai koefisien korelasi tahap pelatihan 0,95; nilai ini menunjukkan bahwa jaringan mampu mengikuti pola data-data masukan yang diberikan dengan baik meskipun tidak sempurna. Pengumpulan Data Cuaca (T, RH, P, E, CH) Penyusunan Konfigurasi Jaringan Propagasi Maju RMSE < Emax YA TIDAK Propagasi Balik Prediksi Analisa Dan Kesimpulan SELESAI Gambar1. Diagram alir penelitian 51

Gambar 2. Sebaran data output dan target pada tahap pelatihan Pengujian Prediksi Periode Verifikasi Gambar 3. Curah hujan bulanan model prediksi dan observasi (Januari 2013-Desember 2015) Pada Gambar 3. digambarkan tiga tahapan, yang pertama ada tahap pengujian, dimana pada periode ini digunakan 24 data yakni data Januari 2013-Desember 2014. Pada tahap pengujian diperoleh nilai koefisien korelasi 0,93 lebih kecil daripada nilai koefisien korelasi pelatihan, tapi masih dalam kategori tinggi. Kemampuan JST di dalam pengujian disajikan pada periode Verifikasi, dimana pada Bulan Januari 2015 Maret 2015 menunjukkan pola yang dihasilkan output jaringan mampu mengikuti pola target yang diberikan. Dari hasil verifikasi curah hujan bulanan tahun 2015, dapat diketahui bahwa pada tiga bulan pertama Januari, Februari dan Maret 2015 menunjukan pola yang sama serta nilai curah hujan prediksi yang mendekati nilai hasil observasi. Verifikasi pada tahap ini baru bisa dilakukan untuk 3 bulan yang telah berlalu, yakni Januari, Februari dan Maret, seperti yang terlihat pada tabel 1 : Tabel 1. Verifikasi prediksi curah hujan model dengan hasil observasi Bulan Ke- Pred. Kategori Obs. Kategori 1 273,8 Menengah 278,4 Menengah 2 193,5 Menengah 228,0 Menengah 3 228,0 Menengah 204,6 Menengah Dari hasil verifikasi diperoleh nilai akurasi kualitatif sebesar 100%. 52

Diprediksi bahwa pada tahun 2015 puncak curah hujan terjadi pada bulan Mei dan bulan Oktober, sedangkan bulan bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan April, Agustus dan Desember. 3.2 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Skala Dasarian Jaringan syaraf yang dibangun terdiri atas 4 data input, dengan 6 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output. Lapisan tersembunyi pertama terdiri dari 25 neuron dengan fungsi aktivasi Hyperbolic Tangen Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-2 terdiri dari 20 neuron dengan fungsi aktivasi Log Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-3 terdiri dari 15 neuron dengan fungsi aktivasi Hyperbolic Tangen Sigmoid. Lapisan tersembunyi keempat terdiri dari 10 neuron dengan fungsi aktivasi Hyperbolic Tangen Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-5 terdiri dari 5 neuron dengan fungsi aktivasi Log Sigmoid. Lapisan tersembunyi ke-6 5 neuron dengan fungsi aktivasi Linier. Jenis pelatihan yang digunakan Gradient descent with momentum and adaptive learning rate backpropagation. Nilai error maksimal yang ditentukan adalah 0,4; dan diperoleh nilai koefisien korelasi tahap pelatihan sebesar 0,77. Gambar 4. Sebaran data output dan target pada tahap pelatihan Verifikasi Pengujian Prediksi Gambar 5. Curah hujan dasarian model prediksi dan observasi (Januari 2013-Juni2015) 53

Pada tahap pengujian digunakan 72 data yakni data dasarian pada Januari 2013- Desember 2014. Pada tahap pengujian diperoleh nilai koefisien korelasi 0,52 atau masih dalam kategori kuat. Pada Gambar 5. tergambar bahwa nilai maksimum dari curah hujan yang dapat diikuti oleh JST pada tahap pengujian hanya 150 mm. Untuk kejadian kejadian hujan yang cukup ekstrim yakni diatas 200 mm belum dapat diikuti dengan baik oleh model. Verifikasi pada tahap ini baru bisa dilakukan untuk 3 bulan yang telah berlalu, yakni Januari, Februari dan Maret, yakni : Tabel 2. Verifikasi prediksi curah hujan model dengan hasil observasi Dasarian Ke- Prediksi Observasi 1 187 91 2 65 104 3 34 84 4 34 143 5 88 62 6 69 24 7 34 37 8 34 33 9 141 137 Karena belum ada standar kategori untuk curah hujan dasarian maka belum dapat diperhitungan akurasi secara kualitatifnya. 3.3 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Skala Harian Jaringan syaraf yang dibangun terdiri atas 4 data masukan, dengan 8 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output. Lapisan tersembunyi pertama terdiri dari 35 neuron dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangen sigmoid, lapisan tersembunyi ke-2 terdiri dari 30 neuron dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangen sigmoid, lapisan tersembunyi ke-3 terdiri dari 25 neuron dengan fungsi aktivasi log sigmoid, lapisan tersembunyi ke-4 terdiri dari 20 neuron dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangen sigmoid, lapisan tersembunyi ke-5 terdiri dari 15 neuron dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangen sigmoid, lapisan tersembunyi ke-6 terdiri dari 10 neuron dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangen sigmoid, lapisan tersembunyi ke-7 terdiri dari 5 neuron dengan fungsi aktivasi log sigmoid, lapisan tersembunyi ke-8 terdiri dari 1 neuron dengan fungsi aktivasi Linier, dan jenis pelatihan yang digunakan adalah gradient descent with momentum and adaptive learning rate backpropagation. Kemudian ditentukan nilai error maksimalnya adalah 0,4. Pada skala harian diperoleh nilai koefisien korelasi tahap pelatihan 0,78. Data pengujian pada skala harian ditampilkakan pada gambar 7. Tahap pengujian data dilakukan untuk menguji apakah jaringan mampu mengenali pola data pelatihan dari input data yang diberikan, jika nilai error maksimal sudah mencapai target maka output yang dihasilkan dapat digunakan sebagai data estimasi. Pada tahap pengujian digunakan 730 data yakni data Januari 2013 - Desember 2014. Pada tahap pengujian hanya diperoleh nilai koefisien korelasi 0.44. Gambar 6. Sebaran data output dan target pada tahap pelatihan 54

Data pengujian pada skala harian ditampilkakan pada gambar 7. Tahap pengujian data dilakukan untuk menguji apakah jaringan mampu mengenali pola data pelatihan dari input data yang diberikan, jika nilai error maksimal sudah mencapai target maka output yang dihasilkan dapat digunakan sebagai data estimasi. Pada tahap pengujian digunakan 730 data yakni data Januari 2013 - Desember 2014. Pada tahap pengujian hanya diperoleh nilai koefisien korelasi 0.44. Berdasarkan verifikasi model prakiraan curah hujan pada skala harian diperoleh nilai akurasi prediksi secara kualitatif sebesar 52 %. Terlihat pada grafik nilai curah hujan yang lebih kecil dari 5 mm masih tidak bisa diprediksi dengan baik, demikian pula dengan kejadian-kejadian hujan sedang masih sulit diprediksi dengan baik oleh model. Untuk verifikasi prakiraan curah hujan pada periode Januari Maret 2015 ditampilkan pada gambar 8. Gambar 7. Data uji model prakiraan curah hujan pada skala harian (Januari 2013 Desember 2014) Gambar 8. Verifikasi model prediksi curah hujan harian dengan observasi (Januari 2015-Maret 2015) 55

3.4 Perbandingan Hasil Pada Skala Waktu Yang Berbeda Sebelum membandingkan hasil dari masing-masing kinerja JST pada penerapannya untuk prediksi curah hujan pada berbagai skala, terlebih dahulu akan dibandingkan desain dari JST yang dibangun pada masing-masing skala, sebagai berikut : Tabel 3. Spesifikasi desain JST pada tiap skala waktu No Spesifikasi Skala Bulanan Skala Dasarian Skala Harian 1. Lapisan tersembunyi 4 lapisan 6 lapisan 8 lapisan 2. Error 0,1 0,4 0,4 Maks. 3. Fungsi Pelatihan fungsi pelatihan yang mengaupdate nilai bobot dan bias sesuai dengan penurunan gradien momentum dan tingkat pelatihan yang adaptif. Desain jaringan yang dibangun memiliki spesifikasi yang berbeda untuk masingmasing skala. Hal ini diperlukan karena adanya tingkat fluktuasi data yang berbedabeda untuk masing-masing skala. Skala yang pertama kali diteliti adalah skala bulanan karena memiliki fluktuasi data yang lebih kecil dibanding skala lainnya maka JST dengan mudah dapat menemukan polanya dengan baik meski ditetapkan nilai error maksimum yang sangat kecil yakni 0,1. Untuk skala dasarian memiliki sifat data yang lebih acak dari pada skala bulanan sehingga jika disamakan desainnya dengan skala bulanan maka hasil koefisien korelasinya akan sangat rendah, sehingga kemudian dilakukan kembali penyesuaian desain JST untuk meningkatkan kinerjanya. Demikian pula dengan data pada skala harian. Data ini memiliki tingkat keacakan yang sangat besar dibanding skala lainnya. Dengan menggunakan 6 lapisan tersembunyi sulit ditemukan nilai koefisien korelasi yang lebih dari 0,2. Penyesuaian dilakukan dengan menambah lapisan tersembunyi menjadi 8 lapisan tersembunyi, meskipun hal ini beresiko memperlambat kinerja desain namun tetap saja sulit untuk memperoleh nilai koefisien korelasi yang tinggi sehingga hanya diperoleh nilai koefisien korelasi uji sebesar 0,44. Pada tabel 4. Disajikan perbandingan dari hasil penilitian yang telah dilakukan pada masing-masing skala waktu : Tabel 4. Perbandingan hasil dari masingmasing skala waktu No Ket. Skala Skala 1. Error yang dicapai 2. Koefisien korelasi pelatihan 3. Koefisien korelasi pengujian 4. Produk prediksi 5. Akurasi kualitatf Skala Bulanan Dasarian Harian 0,09 0,4 0,4 0,95 0,77 0,78 0,93 0,52 0,44 12 bulan 6 bulan 90 hari 100-52% 4. Kesimpulan Metode JST yang telah dibuat untuk memprediksi curah hujan pada skala bulanan,dasarian dan harian memberi hasil yang berbeda untuk masing-masing skala. Skala bulanan dikenali dengan lebih baik oleh JST dibanding skala dasarian dan harian, dengan nilai koefisien koefisien korelasi pelatihan secara berturut-turut adalah 0,95; 0,77 dan 0,78. Dan untuk koefisien korelasi pada proses pengujian pada skala bulanan, dasarian dan harian secara berturut-turut adalah 0,93; 0,52 dan 0,44 dengan nilai error pada masing-masing skala adalah 0,1; 0,4 dan 0,4. Nilai koefisien korelasi tersebut selaras dengan tingkat akurasi prediksi secara kualitatifnya yakni 100% untuk prediksi hujan bulanan dan 52% pada prediksi hujan harian. Daftar Pustaka Agustin, M. 2012. Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Dalam Penerimaan Mahasiswa Baru Pada Jurusan Teknik Komputer Di Politeknik Negeri Sriwijaya.Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Halim, S. dan Wibisono, A.M., 2000, Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Peramalan, Jurnal Teknik Industri, Vo1.2, No.2. Minarni dan Samiaji, B.I., 2011. Prediksi Terjadinya Hujan Harian dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan di Stasiun Meteorologi Bandara Minangkabau. Jurnal Poli Rekayasa Vol.6, No.2, Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Padang: 129:138. 56

Minarti dan Iman, S.B., 2011, Prediksi Terjadinya Hujan Harian dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan di Stasiun Meteorologi Bandara Minangkabau, Jurnal Poli Rekayasa Vol.6, No.2, Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Padang. Oktaviani, C. dan Afdal. 2013. Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Dengan Beberapa Fungsi Pelatihan Backpropagation. Jurnal Fisika Universitas Andalas Vol.2 No.4, Oktober 2013:228 237. Siang, J.J., 2004. Jaringan Syaraf Tiruan Dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab Dan Excel Link. Yogyakarta : Graha Ilmu. 57