TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN WISATA AGRO PERKEBUNAN TEH DI JAMUS NGAWI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian terfokus

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Slamet Heri Winarno

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Tawangmangu merupakan daerah wisata yang berpotensi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Lingkungan untuk Manajemen. Pernerbit PT. Gramedia Pustaka Jakarta Utama, 2006

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Didasari keinginan yang kuat bagi terciptanya kemakmuran masyarakat luas, maka

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

LAKE RESORT HOTEL DI KAWASAN WADUK DARMA Penekanan Desain Neo Vernacular

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

Curug Sewu Hotel and Resort Kabupaten Kendal BAB I PENDAHULUAN

HOTEL RESORT DI KAWASAN BUKIT SEMARANG BARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

HOTEL RESORT DI KAWASAN RAWAPENING (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik)

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN WISATA AGRO PERKEBUNAN TEH DI JAMUS NGAWI Diajukan sebagai pelengkap dan syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : WAHYUDI EKA PURWANTO D 300 040 001 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL PENGEMBANGAN WISATA AGRO PEKEBUNAN TEH DI JAMUS NGAWI Pengembangan : Proses, cara, pembuatan (mengembangkan, menjadi besar,menjadi maju, menjadi berubah sempurna) 1 Wisata : Bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb) 2 Agro : Usaha yang berhubungan dengan (tanah) pertanian 3 Perkebunan : Perusahaan yang mengusahakan kebun secara baik, sungguh-sungguh, dan terencana untuk memperoleh hasil komoditas yang sebaikbaiknya 4 Teh : Pohon kecil, tunbuh di alam bebas, daunnya berbentuk jorong atau bulat telur, pucuknya dilayukan dan dikeringkan untuk dibuat minuman (di pabrik dsb); Camellia sinensis; 5 Di : Kata depan untuk menandakan tempat 6 Jamus : Sebuah tempat yang terletak di desa Girikerto, Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi Ngawi : Nama sebuah Kabupaten di Jawa Timur 7 1 Tim penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia, Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta,1991 2 Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia PN Balai Pustaka 3 Ibid 4 Ibid 5 Ibid 6 Ibid 7 Ibid 1

Pengertan Judul secara keseluruhan adalah: Usaha merancang kembali sebuah tempat wisata perkebunan teh Jamus yang terletak di desa Giri Kerto Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi, sebagai bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang perkebunan yaitu teh. 1.2. LATAR BELAKANG 1.2.1. Umum Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai Wisata Agro. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya permintaan akan Wisata Agro dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. 2

Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha dibidang masing-masing sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam. 8 1.2.2. Khusus Kecenderungan wisata untuk kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang berbasiskan alam menjadi potensial, tak terkecuali wisata yang berbasiskan alam pertanian (wisata agro). Obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam teh, acara panen teh, pembuatan teh, serta cara-cara penciptaan varietas baru teh merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan yang dapat dijual kepada wisatawan disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi. Dengan datangnya masyarakat mendatangi obyek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dari obyek wisata agro yang bersangkutan, namun pasar dari segala kebutuhan masyarakat.dengan demikian melalui wisata agro bukan semata merupakan usaha/bisnis dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka Wisata Agro dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional. 8 Direktori Wisata Agro Indonesia(www.google.com) 3

Potensi wisata agro yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantaban pengelolaan obyek wisata agro diera globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek wisata agro dibutuhkan kerjasama sinergis diantara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan wisata agro, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. 1.3. JAMUS SEBAGAI WISATA AGRO Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha perkebunan (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang perkebunan. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Tabel 1.1 Jamus sebagai lokasi Wisata Agro Syarat Ketentuan Data Lokasi 1 2 3 Lokasi - Pengembangan komoditas - Jamus merupakan daerah dataran tropis berupa perkebunan pada ketinggian antara nol sampai tinggi yang berada di lereng gunung Lawu sisi utara dengan ribuan meter di atas ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. permukaan laut. Kawasan - Tidak berada dilintasan gempa - Di daerah Jamus merupakan - Keadaan tanah relatif stabil daerah hutan, dan perkebunan. dengan sifat fisik baik - Kawasannya berupa lembah dan - Permeabilitas sedang (tidak perbukitan. 4

Suhu ada bermasalah dengan getaran) - Tidak berada di daerah pantai. Perbedaan selisih suhu antar siang dan malam maksimal 12 o C. - Jenis tanah berupa tanah Andosol coklat yang berasal dari bahan induk alur (pasir dan tup vulkanik). Jamus memiliki suhu rata-rata pada siang hari 17 24 C, dengan kelembaban udara 60%. 1.4. TINJUAN UMUM KABUPATEN NGAWI 1.4.1. Kondisi Kepariwisataan Kabupaten Ngawi 9 Kabupaten Ngawi merupakan salah satu Kabupaten di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Tengah. Ibu Kota Kabupaten Ngawi dilalui oleh jalan negara, sehingga dapat dicapai langsung oleh moda transportasi antar propinsi. Pencapaian utama ke wilayah tersebut dapat dilalui dari berbagai kota, dari barat seperti; Solo, Sragen, dari timur seperti; Madiun, Magetan, Caruban, Nganjuk. Dari utara seperti; Cepu, Blora, Bojonegoro dan beberapa daerah lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam (gambar 1.1). Kondisi ini menjadikan Kabupaten Ngawi cukup dikenal oleh kalangan luas, secara tidak langsung kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kegiatan kepariwisataan. Oleh karenanya pengembangan pariwisata mempunyai peranan yang penting dalam memberikan dan pemerataan kesempatan berusaha, lapangan kerja untuk mendorong pembangunan daerah serta meningkatkan penghasilan masyarakat. Kabupaten Ngawi memiliki beberapa potensi obyek wisata, antara lain: 1. Potensi obyek wisata alam seperti obyek wisata Waduk Pondok, air terjun Srambang, dan Perkebunan teh Jamus. 9 Kabupaten Ngawi Dalam Angka 2005/2006 5

2. Potensi obyek wisata buatan, antara lain: Pemandian Tawun, Pesanggrahan Srigati, Museum Purbakala di Trinil, dan Monumen Suryo.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam (gambar 1.2). Tingginya potensi kepariwisataan tersebut harus diiringi dengan upaya pengembangan dan pengelolaan yang optimal. Dibutuhkan penanganan yang lebih tematis dan terprogram untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber Penerimaan Pendapatan Daerah. 6

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Ngawi Sumber: Bappeda Kabupaten Ngawi, 2008 7

8

1.4.2. Kondisi Perkebunan teh Jamus 10 Secara administrasi, perkebunan teh Jamus terletak di Desa Giri Kerto Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Dari Kota Ngawi, kira-kira 42 kilometer di sebelah barat daya. Dari Kota Ngawi bisa ditempuh menggunakan minibus jurusan Ngawi - Sine. Namun, sebelum sampai di ibukota Kecamatan Sine, anda turun di Ngrambe, sebuah kota kecil ibukota Kecamatan Ngrambe. Jarak Ngawi - Ngrambe sekitar 34 kilometer. Jalan menuju ke sana beraspal mulus, tetap cukup berkelok-kelok dan turun- naik. Sesekali melewati tanjakan, lalu sedikit menurun dan tiba-tiba masuk tikungan tajam. Setelah tiba di Ngrambe, pengunjung melanjutkan perjalanan ke Desa Giri Kerto, sebuh desa wilayah Kecamatan Sine yang berbatasan dengan Kecamatan Ngrambe. Giri Kerto merupakan desa paling tinggi di kawasan lereng tersebut. Perjalanan dari kota Ngrambe ke kebun teh Jamus ditempuh kira-kira 7 kilometer. Dari kota kecil itu, hanya sesekali ada angkutan perdesaan. Yang paling cepat, menggunakan jasa angkutan ojek. Jalan dari Ngrambe sampai ke lokasi sedikit demi sedikit terasa menaik tetapi tidak tidak begitu berat. Tantangan baru terasa, setelah melewati Desa Giri Kerto, memasuki kawasan kebun. Di situlah, kondisi jalan mulai terjal dan berkelok-kelok. Namun, di balik tantangan itu, pengunjung akan mendapat sesuatu yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Memasuki kawasan perkebunan, terdapat pos penjagaan. Pada hari-hari biasa, pengunjung dikenakan karcis Rp1.000,- per orang. Tetapi, pada saat liburan hari raya, karcis masuk Rp2.000,-. Mengunjungi kebun teh di Jamus terasa seperti menyusuri perkebunan di kawasan Puncak Bogor. Boleh dikatakan, iklim di kedua tempat ini memiliki kemiripan, sehingga sama-sama bisa tumbuh tanaman teh. Kebun teh Jamus sebenarnya bukan kawasan yang dikembangkan untuk daerah wisata. Tak ada cottage, losmen atau penginapan. Apalagi hotel berbintang. Begitu juga dengan 10 www.kompascybermedia.com (minggu, 4 desember 2008) 9

fasilitas pariwisata lainnya. Namun, Jamus tetaplah kawasan yang menarik dikunjungi. Keberadaan kebun teh dan panorama alam di tempat itu menjadikan tempat itu nyaman dikunjungi. Jamus menjanjikan nuansa alami pegunungan, sehingga cocok untuk berpetualang. Kawasan ini pada umumnya banyak dikunjungi kalangan remaja. Terutama pada hari Minggu atau saat liburan. Saat raya lebaran beberapa waktu lalu, Jamus menjadi pilihan ribuan pengunjung dari kota yang kebetulan pulang kampung. Daya tarik Jamus adalah keberadaan perkebunan teh. Perkebunan ini tepat terhampar di lereng utara Gunung Lawu. Dari kejauhan, perkebunan teh tampak hijau menyebar di beberapa bukit yang subur. Tanaman teh tumbuh di lereng bukit membentuk lingkaran-lingkaran dari bawah ke atas. Susunan itu, sepintas, mirip candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Diantara bukit terdapat jalan berbatu-batu yang menghubungkan bukit satu dengan lainnya. Jalan ini digunakan para pekerja untuk mengangkut hasil kebun. Di tengah kebun berdiri pabrik teh telah ada sejak jaman kolonial Belanda. Pabrik ini tidak terlalu besar dan terkesan sudah tua. Di sekitar pabrik berdiri rumah-rumah yang dihuni para pekerja. Sedang di dekat pabrik, terdapat dataran dengan sebuah tanaman bunga kanthil cukup besar. Diameter tanaman ini mencapai 90 centimeter. Kehadirannya tak hanya memberi keteduhan, tetapi juga aroma bunga kenanga yang harum. Di tempat itu biasa digunakan para pecinta alam dan pelajar untuk berkemah. Sekitar 300 meter dari pabrik terdapat air terjun. Menuju tempat ini, pengunjung harus berjalan kaki. Jalannya berbatu dan sedikit menanjak. Setelah itu menuruni tebing sedalam 30 meter. Memang, tebing ini tidak terlalu dalam, tetapi naik turun tangga cukup melelahkan betis. Tidak jauh dari air terjun, pengunjung bisa melakukan joging, ataupun mandi di sungai dengan air dingin dan bersih dari air terjun. Setelah menyusuri tebing, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan ke kolam renang. Kolam ini masih berada di sebuah dataran dibawah bukit. Dari air terjun sekitar 300 meter, melalui jalan tanah yang datar. Jalan ini membentang diantara bukit-bukit subur yang ditumbuhi tanaman teh. 10

Setelah berjalan beberapa saat, Anda akan menemukan sebuah kolam renang. Kolam ini tidak terlalu mewah dan tidak terlalu besar. Keberadaan kolam ada di alam terbuka. Kebanyakan hanya diramaikan oleh anak-anak. Kolam renang disuplai dengan air gunung yang mengalir sepanjang tahun. Tetapi, tak banyak yang berani masuk kolam ini. Baru menyelupkan tangan saja, banyak yang tak sanggup. karena, airnya dingin sekali. Tidak jauh dari kolam renang, terdapat bukit dengan puluhan anak tangga. Sebagian pengunjung tak menyai-nyiakan keberadaan bukit itu. Di atas bukit itu tumbuh tanaman teh setinggi badan orang dewasa. Bukit ini letaknya cukup tinggi di kawasan perkebunan teh Jamus. Meski bukan yang tertinggi, Anda bisa melihat pemandangan secara bebas. Dengan menaiki bukit itu, pengunjung bisa melihat pemandangan menakjubkan. Di sebelah utara, terdapat pemadangan berupa lereng gunung. Sesekali terlihat pula puncak bukit yang berada lebih rendah dari kawasan ini. Lebih jauh lagi, pengunjung bisa menyaksikan lembah subur yang terhampar puluhan kilometer di sebelah utara Gunung Lawu. Dari atas bukit ini pula, pengunjung bisa menikmati pemandangan ke arah selatan, berupa lereng puncak Gunung Lawu yang ditumbuhi hutan pinus. Lereng itu kadang diselimuti kabut tipis. Karena itu, tidak mudah Anda bisa menyaksikan puncak Lawu dengan mata telanjang. Lebih-lebih lagi jika Anda berkunjung pada musim penghujan seperti sekarang. Namun, jika cuaca kebetulan cerah, puncak Lawu bisa terlihat dari kawasan ini. Puncak gunung setinggi lebih dari 3.200 meter itu seperti ada di depan mata. Padahal, jarak perkebunan teh Jamus ke puncak Lawu sebenarnya masih beberapa kilometer. Kawasan Jamus sendiri berada pada ketinggian antara 700-1500 meter diatas permukaan laut. Lantaran itu, suhu udara di kawasan ini selalu sejuk. Angin segar sepoi-sepoi selalu berhembus di sana. Sebagian kebun teh di kawasan ini kadang diselimuti kabut. 11

1.5. RUMUSAN PERMASALAHAN Secara makro permasalahan yang dihadapi adalah : a. Belum teridentifikasinya sejauh mana potensi obyek wisata, maupun fasilitas penunjang wisata yang dapat dikembangkan. b. Belum maksimalnya pengelolaan terhadap potensi-potensi wisata yang telah ada. a. Masih kurangnya pengadaan rangkaian kegiatan yang bertujuan umtuk meningkatkan usaha dan jasa kepariwisataan. 1.6. PERMASALAHAN Bertolak dari pentingnya Redesain, maka timbul permasalahan yang berhubungan dengan obyek wisata Jamus, yaitu : Bagaimana meredisain sebuah Obyek Wisata Agro perkebunan teh di Jamus dengan konsep: - Rekreasi; bermain, melepas penat, berakhir pekan, relaksasi mencoba atraksi baru. - Pendidikan; mempelajari cara pembuatan teh, pengolahan teh, dsb. - Pelestarian lingkungan alam; dan - Atraksi buatan; menciptakan atraksi-atraksi baru berdasarkan potensi obyek wisata. 1.7. TUJUAN Adanya potensi Pengembangan Obyek Wisata Agro perkebunan teh di Jamus ini bertujuan untuk mengembangkan sektor kepariwisataan yang diarahkan pada diversifikasi produk pariwisata dalam bentuk Wisata Agro. Dengan konsep rangkaian kegiatan misalnya: 12

1) Membuat organisasi ruang sedemikian rupa sehingga semua atraksi dapat dikunjungi dalam waktu satu hari, atau tinggal di tempat tersebut (menginap) dsb. 2) Bagaimana mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di perkebunan teh Jamus menjadi satu rangkaian obyek wisata agro dengan membentuk: a. Organisasi ruang yang masing-masing memiliki atraksi yang menarik. b. Merevitalisasi bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial seperti pabrik teh, dan menambah bangunan sebagai fasilitas pendukung lainya. Dengan demikian maka akan menambah pengetahuan bagi wisatawan tentang hasil komoditas utama di perkebunan tersebut yaitu teh, baik dari penanaman, pengolahan (proses produksi) hingga pemasaran. Hal ini cenderung akan menarik para wisatawan untuk datang ke Obyek Wisata Agro Perkebunan Teh tersebut. 1.8. SASARAN Mewujudkan Obyek Wisata Perkebunan Teh di Jamus yang dinilai memiliki potensi bagi kemungkinan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk Wisata baru serta memberikan gambaran tentang diversifikasi Produk Wisata yang dapat dikembangkan di lokasi tersebut, dengan konsep (rekreasi, pendidikan, pelestarian lingkungan alam dan buatan) sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah dan cepat bagi kepentingan perencanaan dan pengembangan di masa yang akan datang. 1.9. MANFAAT Manfaat dari adanya potensi pengembangan obyek wisata agro perkebunan teh Jamus ini diharapkan menjadi masukan dalam Rumusan Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Ngawi di masa yang akan datang. Dengan demikian dalam jangka panjang dapat memacu dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah serta mendorong perkembangan kebudayaan daerah 13

yang senantiasa melalui pendekatan pembangunan berwawasan lingkungan. Dengan cara memanfaatkan dan mengelola lingkungan alam perkebunan di obyek wisata Jamus secara arif dan bijaksana sehingga terwujud unsur-unsur alam yang alami untuk dikembangkan. 1.10. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN a) Batasan - Perencanaan dan perancangan obyek wisata perkebunan teh di Jamus diorientasikan pada konsep utama yaitu wisata agro dan adanya penambahan atraksi-atraksi yang memanfaatkan lingkungan alamiah kawasan tersebut. - Perencanaan dan perancangan bangunan yang sesuai dengan aspek disain arsitektur, landscape. b) Lingkup Pembahasan Pembahasan yang dilakukan diutamakan pada permasalahan disiplin ilmu arsitekur terhadap pengembangan obyek wisata agro perkebunan teh di Jamus. 1.11. METODOLOGI PEMBAHASAN 1.11.1. Pengumpulan Data A. Observasi Tahap Pengumpulan data - Survey lapangan untuk mengumpulkan data dasar potensi wisata di Perkebunan Teh Jamus. - Kegiatan survey ke instansi-instansi terkait, baik lingkungan pmerintahan maupun swasta,untuk memeroleh data yang terkkait dengan kepariwisataan di Kabupaten Ngawi. Data visual 14

- Data ini didapat dari pengamatan dan peninjauan lansung pada obyek penelitian dan merekam gejalagejala yang terkait dengan pokok permasalahan dengan foto-foto. B. Dokumentasi Pengumpulan data dengan meminta data yang dimiliki pengelola dan data visual. 1.11.2. Studi literatur Studi Literatur digunakan oleh penulis dengan tujuan untuk memperkuat data-data yang ada dalam proses penyusunan proposal tugas akhir ini. 1.12. SISTEMATIKA PENULISAN TAHAP I Pendahuluan Pada tahap ini diuraikan: Pengertian judul Latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan lingkup pembahasan. TAHAP II Tinjauan Pustaka Dalam tahap ini diuraikan secara singkat mengenai teoriteori yang mendasari rumusan permasalahan. TAHAP III Diskripsi Tentang Kabupaten Ngawi dan Jamus sebagai lokasi agro wisata yang direncanakan Meninjau kondisi dan potensi Jamus sebagai pengembangan Wisata agro yang akan direncanakan. TAHAP IV Analisa dan Konsep Perencanaan dan Perancangan Wisata Agro Perkebunan Teh Jamus Berisi tentang konsep dasar perencanaan dan perancangan dasar wisata agro, yang digunakan sebagai acuan untuk transformasi perencanaan dan perancangan fisik bangunan. 15