LEMBAGA KEUANGAN MIKRO STUDI TENTANG KREDIT MACET DI PD. BPR BKK PLUPUH SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KREDIT TANPA JAMINAN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM MENGATASI KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

ADIKA SETIOKO B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

KENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

25 TAHUN. Memperoleh. Oleh : C

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN. (Studi Pada Kantor Notaris Sri Hartini, SH di Surakarta)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERBEDAAN PEGADAIAN DAN BPR DALAM MEMBERIKAN KREDIT KEPADA MASYARAKAT S K R I P S I YUANITA KURNIASARI SUKAMTO C

BAB I PENDAHULUAN. landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang integral dalam upaya deregulasi pemerintah. Tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa keuangan yang utama. Bank menerima simpanan dana. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman pada

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam penambahan modal ini adalah bank. Bank sebagai sebuah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pada penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat. Dimana fungsi dan peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan. menengah yaitu memberikan bantuan kredit. Oleh sebab itu, sangat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang akan dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian.

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari lalu lintas

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat. Saat ini perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KREDIT PD. BPR BKK MOJOLABAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA PEDAGANG KECIL DI PASAR BEKONANG TAHUN 2007

Transkripsi:

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO STUDI TENTANG KREDIT MACET DI PD. BPR BKK PLUPUH SRAGEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Jurusan Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: ENI RETNO RIMADHONI C 100 050 092 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Pemerintah Indonesia dibidang Otonomi Daerah, telah berpengaruh secara nyata terhadap sistem pemerintahan dan keuangan. Dari sentralisasi kepada desentralisasi. Hal tersebut sesuai dengan UU Nomor 22 tahun 1999, dimana pemberian kewenangan otonomi daerah tersebut adalah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, termasuk dalam hal ini terutama adalah kewenangan dalam desentralisasi fiskal sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 tahun 1999. Penerapan kebijakan desentralisasi fiskal mengandung suatu implikasi bahwa transfer dana ke daerah melalui dana perimbangan menunjukkan jumlah yang semakin besar, sehingga kemampuan keuangan daerah meningkat disertai dengan peningkatan kewenangan dalam pengelolaannya. Dampak dari kebijakan otonomi daerah telah menimbulkan peluang peningkatan kegiatan perekonomian daerah. Kegiatan bisnis daerah yang semakin berkembang tersebut pada gilirannya akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah, termasuk dalam hal ini adalah lembaga keuangan mikro dan perbankan. Kehadiran mereka diharapkan akan semakin meningkatkan bisnis daerah yang bersangkutan, melalui berbagai produk yang ditawarkannya. Lembaga keuangan mikro merupakan penyediaan layanan keuangan untuk masyarakat berpendapatan rendah termasuk pedagang kecil, pedagang kaki lima, petani kecil, penjual jasa (penata rambut, penarik becak), tukan dan produsen kecil. Klien-klien ini sering dikelompokkan sebagai usaha mikro dan kecil (UMK). 1. Dengan peran yang sangat strategis tersebut, maka sangat disayangkan jika sektor ini tidak diberdayakan secara optimal oleh pemerintah. Pemberdayaan yang dilakukan sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, di antaranya adalah dengan mengidentifikasikan masalah yang ada di sektor UMKM ini. Masalah yang sering muncul adalah keterbatasan usaha mikro dalam mengakses modal usaha. 1 Lincolin Arsyad, 2008, Lembaga Keuangan Mikro Institusi, Kinerja dan Sustanabilitas, Yogyakarta : Andi, hal 9

Lincolin mengatakan UMKM, merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional pada umumnya dan tujuan Pembangunan Ekonomi pada khususnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi 2. Salah satu lapangan usaha dari Lembaga Keuangan Mikro adalah upaya penyediaan jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial, karena sebagian besar konsumen dari Lembaga Keuangan Mikro berada di pedesaan. Kenyataan menunjukkan bahwa Lembaga Keuangan Mikro masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan Lembaga Keuangan Mikro masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang berisfat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya 3. Lebih lanjut dikatakan, secara spesifik setidaknya terdapat tiga permasalahan internal yang dihadapi Lembaga Keuangan Mikro yaitu: (1) terbatasnya penguasaan dan pemilikan asset produksi terutama permodalan; (2) rendahnya kemampuan SDM dan (3) kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi rakyat. Sedangkan permasalahan eksternal terdapat 7 (tujuh) permasalahan yaitu: (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan UMKM; (2) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih sangat timpang, baik antar golongan, antar wilayah dan antar desa-kota; (3) sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri sebagai produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek; (4) rendahnya nilai komoditi yang dihasilkan; (5) terbatasnya akses pasar; (6) 2 Ibid, hal 16 3 Akyuwen, Roberto. 2005. Efeketivitas Kelembagaan Keuangan Dalam Penyaluran Kredit Mikro: kajian Pendekatan Ekonomi Kelembagaan Baru. Semarang: FE Undip, hal 5

terdapatnya pungutan-pungutan siluman yang tidak proporsional; (7) munculnya krisis ekonomi dengan berbagai implikasinya. 4 Lembaga Keuangan Mikro saat ini mendapat perhatian yang cukup serius dari pemain sektor keuangan seperti bank komersial, BPR dan kredit yang diberikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyediakan berbagai produk dan layanan keuangan mikro yang memfasilitasi pengumpulan tabungan kemudian mengalokasikannya secara efisien kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang potensial. Alasan utama sektor keuangan mengalokasikan secara efisien kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah tingginya resiko pinjaman. Beberapa kelemahan yang biasanya dilekatkan pada UMKM adalah dalam hal manajemen keuangan, agunan tidak cukup, kurang pengalaman kredit, teknologi produksi yang masih tradisional, kurang disiplin, kurang ahli dalam mengembangkan pasar, dan suka mengambil resiko tanpa analisis penilaian risiko yang benar. Sebagai salah satu lembaga penyedia jasa keuangan, maka Lembaga Keuangan Mikro tidak terlepas dari risiko di dalam pemberian kredit.. Resiko itu munculnya kredit bermasalah (non performing loan) sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur dalam pelunasan kredit tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam penyaluran kreditnya, maka Lembaga Keuangan Mikro kurang atau mungkin tidak didasarkan pada study kelayakan (feasibility study) dalam menilai calon debiturnya, dasamping faktor-faktor lainya yang dapat menyebabkan munculnya kredit bermasalah. Kredit macet pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah bisa disebabkan oleh faktor intern dan faktor ekstern. Bilamana sektor keuangan telah sepenuhnya memperhatikan kelancaran kredit dan mengikuti perkembangan si penerima kredit secara seksama, maka bila terjadi kemacetan yang berakibat fatal, sedikit banyak terkait pula kesalahan-kesalahan pihak sektor keuangan yang melakukan pengawasan pembinaan. Dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei Thn 1993 (PAK MEI 1993), di Indonesia dikenal dua golongan kredit bank yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Dimana kredit bermasalah digolongkan menjadi 3 yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dann kredit 4 Ibid, hal 6

macet sedang pada tahun 1998 bank Indonesia menetapkan kredit berdasarkan kualitas atau kolektibilitasnya menjadi 5 macam yaitu kredit lancar (L), kredit dalam perhatian khusus (DPK), kredit kurang lancar (KL), kredit diragukan (D), dan kredit macet (M). Penetapan kredit tersebut didasarkan pada faktor atau kinerja penilaian atas prospek usaha, kinerja (performance) debitur, dan kemampuan membayar debitur.kriteria yang mendefinisikan secara jelas pengertian kredit tersebut yaitu pada kriteria kemampuan membayar debitur yang terdapat pada lampiran surat edaran bank Indonesia No 7/3 DPNP tgl 31 Januari 2005 yang menyebutkan : 5 - Kredit lancar adalah kredit yang pembayaranya tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. - Kredit dalam perhatian khusus adalah kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampe 90 hari. - Kredit kurang lancer adalah kredit yang terdapat tunggakan penbayaran pokok dan atan bunga yang telah melampaui 90 hari sampe dengan 180 hari. - Kredit diragukan yaitu kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampe dengan 180 hari. - Kredit macet adalah kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari. Dalam prakteknya, yang dapat digolongkan kredit bermasalah (non performing loan) adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Lembaga Keuangan Mikro, karena akan mengganggu kondisi keuangan dari Lembaga Keuangan Mikro, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usahanya. Selama ini, keberadaan LKM ini memang telah menjadi bagian hidup masyarakat sebagai sumber pembiayaan. Dengan proses cepat dan tidak berbelit-belit menjadi daya tarik pengusaha mikro untuk mendapatkan dana segar. Arifin menyebutkan tingkat kredit macet untuk skala mikro dan kecil telah menembuskan angka 10%, bahkan apabila tidak dilakukan restrukturisasi 5 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 7/3 31 Januari 2005.

dan write off, angka non performing loan (NPL) dapat mencapai 15 % atau lebih. 6 Oleh karena itu Lembaga Keuangan Mikro perlu lebih meningkatkan pengawasan terhadap pemberian kreditnya kepada masyarakat pedesaan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kredit macet.. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul Lembaga Keuangan Mikro Studi tentang Kredit acet di PD. BPR BKK Plupuh Sragen. B. Pembatasan Masalah Agar rencana dalam penulisan skripsi ini tidak melebar terlalu jauh dari penelitian, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu faktor-faktor penyebab kredit macet dan upaya penyelesaian kredit macet di PD.BPR-BKK plupuh di Sragen C. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik berapa permasalahan yang perlu dikemukakan, adapun perumusan masalah yang hendak dikemukakan penulis antara lain: 1. Bagaimana prosedur di dalam perjanjian kredit pada PD. BPR Plupuh Sragen? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet PD.BPR BKK plupuh Sragen? 3. Apa problem dan langkah penyelesaian pihak BPR-BKK plupuh Sragen dalam rangka penyelesaian terjadinya kredit macet? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui pelaksanaan perjanjian pengambilan kredit pada PD. BPR BKK Plupuh Sragen? 6 Bustanul Arifin. 2005. Pendekatan Baru Pengembangan Pasar Keuangan Pedesaan : Bukan Sekedar Basis Komersial, Tetapi Penguatan Modal, Jakarta : INDEF, hal 5

b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet PD.BPR BKK plupuh Sragen c. Mengetahui problem dan langkah penyelesaian yang ditempuh pihak BPR-BKK plupuh Sragen dalam rangka penyelesaian terjadinya kredit macet 2. Tujuan Subyektif a. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Menambah pengetahuan dan wawasan yang suatu saat bermanfaat di kemudian hari. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mengetahui faktor-faktor penyebab kredit macet di BPR-BKK plupuh, Sragen b. Mengetahui upaya penyelesaian kredit macet di BPR-BKK plupuh Sragen. 2. Manfaat Praktis a. Memperoleh data mengenai masalah faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet dan upaya penyelesaianya,di plupuh Sragen selaku kreditur dalam menghadapi kreditur yang wanprestasi. b. Hasil penelitian diharapkan berguna untuk bahan masukan untuk aparat penegak hukum dalam menentukan kebijaksanaan di bidang hukum perdata. F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis karena masalah yang akan diteliti berkaitan antara faktor yuridis terhadap faktor sosiologis. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yuridis sosiologis yang bertujuan melakukan pambahasan tentang faktor-faktor penyebab dan upaya penyelesaian kredit macet di BPR- BKK Plupuh Sragen

3. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis ajukan dan supaya terfokus pada ruang lingkup penelitian, sehingga lebih terarah maka untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada maka penulis mengambil lokasi penelitian di BPR-BKK Plupuh Sragen 4. Jenis Data Penyusun menggunakan jenis data sebagai berikut : a. Jenis data primer Sumber data yang diperoleh secara langsung di BPR-BKK Plupuh Sragen yang meliputi keterangan atau data yang diberikan oleh para karyawan. b. Jenis data sekunder Yaitu data-data atau fakta yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh dari berbagai literature, dokumen atau arsip, dan catatan yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. 5. Tehnik pengumpulan data Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan penyusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi dokumen Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis. 2. Metode sampling Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil sampel dari permasalahan yang diteliti. 3. Quistioner Yaitu suatu tehnik pengumpulan data dimana peneliti membuat serangkaiyan pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden dalam hal ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun serta berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. 4. Wawancara

Yaitu mengadakan wawancara bebas terpimpin terhadap responden untuk mendapatkan keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini untuk mengetahui penyelesaian terjadinya kredit macet. 6. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data merupakan bagian yang penting, maka data-data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder dan data tersebut akan diolah untuk disusun secara kualitatif, disajikan setelah melalui proses yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan selanjutnya untuk dianalisa. Teknik analisis data di dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode kualitatif di sini adalah sebagai berikut : Suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata yang diteliti dan di pelajari sebagai suatu yang utuh. 7 Data yang terkumpul akan diklasifikasikan dan diketahui gejala-gejalanya kemudian dihubungkan dengan teori yang ada dan dianalisa secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang studi kasus penyelesaian dan hambatan kredit macet di PD.BPR.BKK Plupuh Sragen. G. Sistematika Untuk mempermudah dan memberikan gambaran secara menyeluruh dalam penulisan hukum ini, maka penulis membagi empat bab, adapun susunannya adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan terdiri dari : A. Latar Belakang Masalah 7 Soerjono Soekanto. 1986, Pengantar Penelitian Hukum. Cetakan ke 3, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Pers)

B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari : A. Tinjauan Tentang Perbankan 1. Pengertian Bank 2. Jenis-Jenis Bank B. Tinjauan Tentang Lembaga Keuangan Mikro 1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro 2. Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro 3. Peran Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Lembaga Perantara Keuangan C. Tinjauan Umum Kredit Macet 1. Pengertian Kredit 2. Jenis- jenis Kredit 3. Dasar Hukum Perkreditan di indonesia 4. Pengertian Perjanjian Kredit 5. Kredit Macet 6. Unsur-Unsur Kredit Macet D. Penyelesaian Kredit Macet 1. Tanda-tanda Kredit Bermasalah 2. Credit Review 3. Langkah Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan perjanjian pengambilan kredit pada PD. BPR BKK Plupuh Sragen B. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet PD.BPR BKK plupuh Sragen C. Problem dan langkah penyelesaian yang ditempuh pihak BPR-BKK plupuh Sragen dalam rangka penyelesaian terjadinya kredit macet BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN