ARTICLE REVIEW. Penulis buku/artikel : Safrizal. : Jurnal Ilmiah Islam Futura. A. Isi Buku / Artikel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. fenomena ketidak percayaan di antara manusia, khususnya di zaman sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB II LANDASAN TEORI

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN


BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kegiatan ekonomi saat ini, kebutuhan akan pendanaan pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

HILMAN FAJRI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB IV ANALISIS SADD AL-DHARI AH TERHADAP DAMPAK GADAI EMAS TANPA SURAT/NOTA PEMBELIAN DI UNIT PEGADAIAN SYARIAH KOMPLEKS PASAR PAKIS SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

PERJANJIAN UTANG-PIUTANG EMAS DALAM HUKUM ISLAM (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MILA KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH) CUT DINDA MUSTIKA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Keabadian Islam dan kekuatan Islam tersebut telah terbukti sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB V PENUTUP. Dengan memperhatikan uraian bab pertama sampai bab keempat, maka. 1. Dalam pembiayaan al qardh selain ada perjanjian akad al qardh ada

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

Transkripsi:

ARTICLE REVIEW PRAKTEK GALA UMONG (GADAI SAWAH ) DALAM PERSPEKTIF SYARI AH STUDI KASUS DI DESA GAMPOENG DAYAH SYARIF KECAMATAN MUTIARA KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH Penulis buku/artikel : Safrizal Reviewer Penerbit Jumlah halaman : Meutia Safrida : Jurnal Ilmiah Islam Futura : 20 halaman A. Isi Buku / Artikel Jurnal yang berjudul Praktek Gala Umong (Gadai sawah) Dalam Perspektif Syari ah ( Studi Kasus di Desa Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh ini berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai tradisi gala umong (gadai sawah ) yang masih sering terjadi dalam masyarakat Aceh. Penulis artikel mengangkat judul praktek gala umong dalam Perspektif Syari ah, untuk diteliti guna melihat apakah dalam praktek gala umong yang terjadi dalam masyarakat Desa Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh sudah sesuai dengan konsep syari ah atau ada konsep baru yang dapat dimunculkan untuk mengakomodasi praktek tersebut agar dapat dilakukan oleh masyarakat. Pada bab pendahuluan penulis lebih dahulu menjelasakan rumusan permasalahan yaitu pengertian gala umong ( gadai sawah ), sebab-sebab pemicu terjadinya praktek gadai sawah dikalangan masyarakat, baik itu masyarakat yang tinggal di daerah perkampungan maupun masyarakat perkotaan, dan apa saja dampak sosial yang ditimbulkan dari praktek gala umong tersebut bagi masyarakat, khususnya bagi pihakpihak yang terlibat langsung dalam praktek gala umong ini. Gala umong ( gadai sawah ) adalah salah satu praktek muamalah yang sudah lama dipraktekkan oleh masyarakat Aceh. Baik itu dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkampungan maupun masyarakat perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan mengkaji lebih jauh apakah dalam praktik gala umong yang selama ini dijalankan oleh masyarakat Aceh sudah sejalan dengan syari at Islam

atan tidak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam praktik gala umong ( gadai sawah ) yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh belum memenuhi rukun dan syarat-sayat dari sebuah akad yang disebut gadai ( syarat_syarat Rahn ). Diantara rukun yang belum terpenuhi itu adalah pada akad gadai belum jelas tertera batas waktu pengembalian hutang yang harus dilakukan oleh Rahin ( penggadai ) kepada Murtahin ( penerima hutang ), hal ini bisa menimbulkan kesalahpahaman antara kedua belah pihak ( rahin dan murtahin ) di kemudian hari yang kemudian bisa memunculkan perkelahiaan antar masyarakat. Selain itu ada juga hal lain pada akad gala umong yang belum sejalan dengan kaidah akad Rahn, seperti pemanfaatan hasil marhun ( barang gadai atau barang jaminan ). Dalam hal ini berupa tanah sawah produktif yang dimanfaatkan oleh penerima gadai( Murtahin ). Ini memberi peluang kepada orang orang kaya untuk mencari kesempatan memanfaatkan kekayaannya untuk mendapatkan jaminan gadai dari orang miskin untuk investasi mereka yang terus berkembang. Secara konseptual praktik gala umong hampir menyerupai konsep Rahn yang ada didalam fiqih mu amalah, Rahn adalah menahan sesuatu disebabkan adanya hak yang memungkin hak itu bisa dipenuhi dari sesuatu tersebut. Rahn jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah gadai. Konsep gadai menurut Imam Sudiat adalah penyerahan tanah untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan : sipenjual tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali. Rahn pada dasarnya sebuah akad yang tujuan utamanya adalah untuk membantu dan menolong kesulitan orang lain. Namun yang terjadi adalah ada oknum-oknum yang sengaja memanfaatkan praktek gadai ini untuk kepentingan profit mereka. Inilah yang terjadi di Desa Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh, praktek gadai yang terjadi di desa ini adalah praktek gadai sawah yang barang jaminan nya (marhun )dimanfaatkan oleh penerima gadai secara mutlak. Biasanya, sawah yang dijadikan barang jaminan gadai (marhun) lansung dikelola oleh penerima gadai dan hasilnya pun sepenuhnya dimanfaatkan oleh penerima gadai. pada dasarnya, pemilik barang dapat mengambil manfaat dari barang yang digadaikan, kendati dalam beberapa

hal pemilik barang boleh memanfaatkan hasilnya, akan tetapi dalam beberapa hal dia tidak boleh menjual, mewakafkan, atau menyewakan barang jaminan tersebut, sebelum ada persetujuan dari penerima gadai. Salah satu pemicu terjadinya praktek gala umong di masyarakat Aceh pada umumnya dan pada masyarakat Gampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh adalah karena adanya tuntutan kebutuhan ekonomi yang mendesak, sehingga mayoritas orang yang melakukan gadai tanah atau sawah didesa tersebut adalah orang-orang yang ekonominya rendah ( tergolong miskin) sementara yang menerima gadai adalah rata-rata dari orang kaya. Yang terjadi didalam praktek ini adalah orang kaya mengambil keuntungan diatas keterdesakan orang miskin, sehingga orang mskin bisa saja karena terpaksa akan merelakan akan merelakan terhadap barang jaminannya berupa sawah untuk dikelola oleh orang kaya yang menerima gadai tersebut. Tentunya ini sangat merugikan orang miskin,hal ini sangat jauh melenceng dari tujuan utama akad rahn yaitu untuk saling tolong menolong dan bukan akad untuk mencari keuntungan Pada bab pembahasan penulis juga menjelaskan secara rinci pengertian gala umong (gadai sawah) secara istilah bahasa ataupun menurut definisi beberapa Ulama. Gadai dalam istilah bahasa Arab disebut Rahn. Rahn artinya ats- Tsubut dan Ad_ Dawaam (tetap), ataupun dapat diartikan juga al Habsu (menahan ) sedangkan menurut definisi beberapa ulama mempunyai makna yang berbeda-beda denagn kandungan makna yang sama. Rahn yaitu menjadikan barang yang boleh dijulasebagai kepercayaan hutang yang digunakan untuk membayar hutang jika terpaksa tidak bisa melunasi hutang tersebut. Selain itu ada juga definisi gadai menurut KHU perdata... Dalam konteks memanfaatkan marhun (barang jaminan ) oleh rahin atau Murtahin, terdapat beberapa ketentuan : 1. Pemanfaatan marhun oleh rahin : ada dua pendapat ulama : yang pertama jumhur ulama berpendapat tidak boleh bagi rahin memanfaatkan marhun. Pendapat kedua yaitu Syafi iyyah yang mengatakan bahwa boleh bagi rahin memanfaatkan marhun selama itu tidak merugikan pihak murtahin.

2. Pemanfaatan marhun oleh murtahin : Jumhur selain ulama an bilah berpendapat bahwa murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun. Dalam melakukan penelitian praktek gala umong yang terjadi di masyarakat AGampong Dayah Syarif Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Provinsi Aceh, Penulis melakukan wawancara yang melibatkan narasumber dari pihak rahin maupun Murtahin. dari hasil wawancara penulis dengan murtahin dan rahin tersebut, bisa disimpulkan bahwa praktik gala umong yang umum terjadi dalam masyarakat disana adalah gala umong dalam meuh ( gadai sawah dilakukan dalam bentuk emas ) dimana setiap satu naleh sawah dihargai dengan 30 mayam emas, dengan syarat saat akad gadai disaksikan oleh dua orang dan di tandatangani oleh Kepala Desa dan sawah menjadi hak milik murtahin selama gala umong jeut hak milek tanyoe nye gala kata seorang narasumber di gampong Dayah tersebut. Pada akhir tulisan, penulisan memaparkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan yang berlaku dalam proses transaksi akad gadai sawah ini, dimana ada beberapa syaratsyarat perjanjian akad gala umong ini tidak terpenuhi, contoh tidak adanya batas waktu yang jelas berakhirnya akad gala umong ini. Penulis menyarankan adanya pembenahan yang didakwahkan oleh ulama di daerah tersebut agar masyarakat dapat menjalankan praktek gala umong ( gadai sawah) dengan benar dan sesuai kaidah syari at. Hal lain yang tidak sesuai dengan kaidah akad rahn adalah pemanfaatan hasil dari marhun ( barang jaminan) dalam hal ini sawah produktif yang dimanfaatkan oleh penerima gadai. (murtahin), akibat dari kejadian ini adalah menyebabkan si miskin akan semakin miskin dan yang kaya akan semakin kaya karena mendapatkan hasil yang berlimpah dari pemanfaatan ini. B. Pembahasan dan Analisis Menurut analisa sederhana saya, topik gala umong yang diangkat oleh penulis dalam artikel ini adalah sangat menarik. Selain topik ini luput dari perhatian masyarakat bahkan ulama setempat, persoalan tentang hukum akad gala umomg ini menarik untuk dikaji.

Akad gala umong (gadai sawah) pada dasarnya adalah akad transaksi utang putang yang melibatkan dua pihak yaitu rahin dan murtahin. Dikarenakan ada nya kebutuhan ekonomi yang mendesak, pihak rahin (penggadai ) menggadaikan sawahnya ( marhun ) kepada murtahin ( penerima gadai ) sampai rahin mampu menebusnya kembali. Sebenarnya akad gala atau gadai ini bertujuan baik yaitu untuk saling menolong antara sesama manusia yang saling membutuhkan. Namun dalam prakteknya, akad gala umong ini adalah menjadijalan Karena pada hakikatnya, sudah hukum alam dan takdir manusia sebagai makhluk sosial, didunia ini terdapat sebagian dari mereka ditakdirkan menjadi kaya, dan sebagian yang lain hidup miskin. Sikap saling membutuhkan diantara mereka adalah fitrah. Namun yang terjadi dalam prakteknya, akad gala umong ini keluar dari tujuan semula yang baik, dimana pemberian piutang kepada yg membutuhkan adalah untuk meringankan kebutuhan si rahin, yang terjadi adalah ada pihak pihak tertentu yang menganggap ini sebagai sebuah peluang untuk mencari keuntungan. 1 Walaupun ditinjau dari pengertiannya, gala dan rahn adalah sama, yaitu gadai. Namun dalam prakteknya dilapangan, gala umong tidak sesuai dengan Rahn yang disyari atkan dalam agama. pada praktek gala umong ada syarat-syarat yang tidak terpenuhi seperti halnya pada syarat sahnya Rahn. Diantaranya tidak ada nya batas waktu ( tempo) yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara pihak rahin dan murtahin, dan juga keuntungan yang diperoleh oleh murtahin dalam akad gala umong ini sungguh banyak dan berlipat-lipat, keadaan rahin yang hanya bisa pasrah merelakan harta mereka yang menjadi jaminan gadai untuk menjadi milik murtahin karena ketidak mampuan melunasi hutang-hutang mereka adalah satu bentuk ketidak adilan. Ada sebuah kaidah : semua bentuk utang yang menghasilkan keuntungan adalah riba.dalam praktek gala umong ini kita dapati bahwa kesengajaan sebagian pihak untuk mencari keuntungan diatas kesulitan pihak lain adalah jelas tampak, dan ini merupakan salah satu dari bentuk riba yang dilarang Allah. Seperti yang dipaparkan penulis berdasarkan wawancara beliau dengan seorang narasumber didesa setempat, biasanya dalam praktik akad gala umong sinaleh sawah dihargai 30 mayam emas, dan setelah 1 Muhammad Maulana, JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (ANALISIS JAMINAN PEMBIAYAAN MUSYĀRAKAH DAN MUḌĀRABAH, Jurnal Ilmiah Islam Futura 14, no. 1 (2014): 72 93.

transaksi gala maka otomatis sawah akan menjadi milik si murtahin ( penerima gadai). Jika dalam perhitungan matematika, satu petak sawah dihargai Rp 50 juta dan jumlah utang 30 mayam emas. Harga satu mayam emas Rp 1,5 juta jadi total hutang Rp 45 juta. Jika penerima gadai menggarap sawah dan mendapatkan hasil Rp 14 juta per tahun dengan asumsi dua kali garap setahun, jika akad rahid baru dilunasi pada tahun kelima maka murtahin telah mendapatkan keuntungan dari hasil garap sawah sebesar rp 14 juta dikali 5 tahun sama dengan Rp 70 juta.harga tersebut telah melewati harga sawah ( marhun ) dan jumlah utang (marhun bih) itu sendiri. Hal ini sudah termasuk memakan riba seperti firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130 hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta riba secara berlipat ganda dan takutlah kepada Allah mudah-mudahan kamu menang ( QS Ali Imran ayat 130) Mengambil keuntungan yang berlipat ganda disini termasuk hal yang sangat dilarang dalam syari at islam, apalagi yang menjadi korban disini adalah orang-orang miskin yang tidak mempunyai penghasilan atau solusi lain untuk keluar dari kemelut masalah ekonomi yang sedang mereka hadapi selain dari menggadaikan harta yang mereka punya. 2 Disamping itu hutang yang dipraktikkan dalam masyarakat Gampong Dayah Syarif adalah berupa utang emas, ada hal yang dikhawatirkan disini, jika penebusan hutang dilakukan dengan uang tetapi harus sesuai dengan kurs emas. maka hal ini akan sungguh memberatkan pihak rahin (penggadai ), karena nilai dan harga emas akan berubah seiring bertambahnya tahun. Dan Rahin akan semakin kesulitan untuk menebus sawah mereka. Ini sudah termsuk riba fadl, yaitu berlebih salah satu dari dua pertukaran. Dalam Alqur an Allah berfirman maka yang bagimu adalah sebanyak pokokmu yang semula, kamu tak boleh menganiaya dan dianiaya (Qs al Baqarah :279) ini adalah dalil tegas yang mengaharamkan mengambil riba dalam bentuk transaksi apapun termasuk dalam persoalan utang piutang atau akad gadai. 2 M. Hasbi Amiruddin, PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER DALAM BENTURAN BUDAYA, Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no. 2 (2014): 201 12.

Maka dapat dilihat bahwa dalam akad gala umong yang terjadi di Gampong Dayah Syarif tersebut belum sesuai dengan kaidah akad gadai berdasarkan syaria at Islam. C. Simpulan Kelebihan dari artikel ini : 1. Topik permasalahan yang diangkat oleh penulis artikel ini sungguh menarik, tulisan ini bisa menginspirasi para penulis lain agar bisa mengangkat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, bukan hanya pada permasalahan umum seperti hukum jual beli atau tentang bunga bank yang artikel atau buku buku yang mengupas hal tersebut sudah cukup banyak dijumpai. 2. Penulisan bahasa aceh yang disalin sebagai hasil wawancara dengan narasumber dalam artikel ini sangat baik dan ditulis dengan sangat teliti. Ini menggambarkan bahwa penulis adalah seorang putra Aceh yang sangat fasih berbahasa Aceh. 3. Artikel ini menginformasikan bahwa masih banyak masyarakat dikampungkampung maupun masyarakat perkotaan di daerah Aceh ini yang masih sangat kurang pemahaman mereka tentang ilmu agama serta bagaimana pelaksanaan akad dan muamalah muamalah yang sesuai dengan kaidah syari at Islam. 4. Kesan saya setelah membaca artikel ini sangat bermanfaat, isi tulisan ini sangat informatif, sangat baik dibaca oleh semua kalangan, terlebih bagi tokoh-tokoh kampung dan ulama ulama di Aceh. Kekurangan 1. Sayangnya penulis hanya sedikit saja memberi masukan bagaimana sebaiknya praktek akad gala umong yang sering terjadi di Gampong Dayah Syarif ini disikapi.

2. Penulis juga kurang menginformasikan kepada pembaca, apa pernah terjadi kasus dimana pihak rahin tidak sanggup lagi melunasi sawah mereka,dana apa yang kemudian terjadi? DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, M. Hasbi. PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER DALAM BENTURAN BUDAYA. Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no. 2 (2014): 201 12. Al Fauzan, Saleh.2005.Fiqih sehari-hari( judul asli : Al- Mulakhkhasul Fiqhi, Saudi Arabia, Daar Ibnu Jauzi ). Jakarta: Gema Insani. Hasan, M. Ali.2003.Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Maulana, Muhammad. JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (ANALISIS JAMINAN PEMBIAYAAN MUSYĀRAKAH DAN MUḌĀRABAH. Jurnal Ilmiah Islam Futura 14, no. 1 (2014): 72 93. Suhendi, Hendi.2002. Fiqih Muamalah. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.