BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB 2 Landasan Teori

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8)

Gambar 2.1 Excavator.

BAHAN AJAR (HAND OUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TUGAS AKHIR MENGHITUNG TEGANGAN THUMB BUCKET PADA EKSKAVATOR HIDROLIK 320D KELAS 20 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

PUNTIRAN. A. pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

GAYA SILINDER STICK DAN SILINDER BUCKET PADA EXCAVATOR 320 CATERPILLAR AKIBAT GAYA POTONG

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI DESAIN DIMENSI SILINDER BUCKET PADA HYDRAULIC EXCAVATOR PC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

PENGARUH PEMBEBANAN OVERLOAD BUCKET TERHADAP KEKUATAN MATERIAL KOMPONEN ARM PADA EXCAVATOR VOLVO EC700B TIPE CRAWLER

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI II DAFTAR GAMBAR III DAFTAR TABEL IV DAFTAR NOTASI... V DAFTAR LAMPIRAN VI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

Gambar 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E.) Sumber: [lit.11, 2015]]

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

RANCANG BANGUN SIMULATOR EXCAVATOR DENGAN SISTEM KENDALI JARAK JAUH (PENGUJIAN)

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

I.1 Latar Belakang I-1

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Gambar 2.1 ladder frame chassis

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

FISIKA XI SMA 3

BAB II LANDASAN TEORI

MODIFIKASI VESSEL NISSAN CWB45-ALDN45 UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS ANGKUT UNIT TRUK

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

PENGANTAR SAP2000. Model Struktur. Menu. Toolbar. Window 2. Window 1. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB I PENDAHULUAN. alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan semacamnya, merupakan contoh dari beberapa struktur pelat. Pelat-pelat tersebut

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

BAB III PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA DAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

BAB II KESETIMBANGAN BENDA TEGAR


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR II.1. Hydraulic Excavator Secara Umum II.1.1. Definisi Hydraulic Excavator Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut (loading and unloading) suatu material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya). Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi dua yaitu: Sistem Tali, pada saat sekarang jarang digunakan karena kurang efisien dalam operasionalnya. Sistem Hidraulik dengan media utama fluida, banyak digunakan dan terus mengalami perkembangan yang disebabkan efisiensi yang lebih baik, operasional yang lebih mudah dan perawatan yang sederhana. 7

Untuk selanjutnya excavator yang dimaksud oleh penulis adalah excavator dengan sistem penggerak hidraulik (hydraulic excavator). II.1.2. Fungsi Hydraulic Excavator Fungsi dari Hydraulic Excavator secara umum adalah: Mengerjakan kegiatan pertambangan. Pembukaan lahan hutan untuk lahan pertanian. Pembuatan jalan perintis. Pembuatan parit dan saluran irigasi. II.1.3. Tenaga Penggerak Pada dasarnya tenaga penggerak Hydraulic Excavator ada dua yaitu: Engine Type (Diesel). Battery Type (Motor Listrik). Secara umum tenaga penggerak utama Hydraulic Excavator adalah mesin diesel yang merubah energi mekanik menjadi energi hidraulik melalui tekanan pompa yang kemudian didistribusikan ke silinder hidraulik untuk menghasilkan gerakan. Sedangkan motor listrik untuk menstarter dan 8

menyuplai energi komponen-komponen elektrik seperti dynamo, lampu, alatalat ukur operator dan sebagainya. II.1.4. Konstruksi Secara umum konstruksi Hydraulic Excavator terdiri dari attachment dan Base Machine yang masing-masing meliputi: Attachment terdiri dari: Boom adalah attachment yang menghubungkan base frame ke arm dengan panjang tertentu untuk menjangkau jarak loading/unloading Arm adalah attachment yang menghubungkan boom ke Bucket Bucket adalah attachment yang berhubungan langsung dengan material pada saat loading. Base Machine terdiri dari: Base Frame adalah bagian yang terdiri dari cabin (untuk pusat operasional operator), mesin, counter weight dan komponen lainnya diatas revo frame. 9

Track Frame adalah komponen yang terdiri dari center frame dan crawler frame yang menjadi tumpuan operasional Hydraulic Excavator. Track Shoe adalah komponen yang berfungsi seperti roda pada kendaraan, untuk menggerakan Hydraulic Excavator. Untuk memperjelas konstruksi Hydraulic Excavator beserta bagianbagiannya dapat dilihat pada (gambar 2.1) berikut: Arm Arm cylinder Bucket cylinder Boom Cabin Boom cylinder Bucket Track Frame Track Shoe Gambar 2.1 bagian-bagian dari hydraulic excavator PC300-8 10

II.1.5. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja pada Hydraulic Excavator yang digerakkan secara hidraulik adalah: Mesin Diesel memutar pompa yang kemudian mengalirkan fluida hidraulik dari tangki ke dalam sistem dan kembali lagi ke tangki. Komponen-komponen yang mendapat distribusi fluida hidraulik dan pompa adalah Bucket Cylinder, Arm Cylinder, Boom Cylinder, Swing Motor dan Travel Motor untuk menghasilkan suatu kondisi kerja tertentu. Kondisi kerja Hydraulic Excavator di bagi menjadi enam (6), yaitu: 1. Swing 2. Traveling Left Shoe 3. Traveling Right Shoe 4. Boom (Raise Down) 5. Arm (In Out) 6. Bucket (Crawl Dump Pergerakan Hydraulic Excavator secara umum adalah sebagai berikut: o Swing Pergerakan pada saat Body dan Attachment Hydraulic Excavator berputar sampai 360 o. Sistem gerakan ini adalah dengan menggerakan lever yang membuka katup pada Control Valves yang berisi fluida hydraulic agar 11

mengalir ke Swing Motor sehingga Hydraulic Excavator akan berputar dengan putaran tertentu. o Traveling Left Shoe Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan maju dan gerakan mundur yang digerakan oleh katup yang ada di Control Valves. Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi energi mekanis melalui Travel Motor. Travel Motor memutar Sprocket selanjutnya menggerakkan Track Shoe sehingga menghasilkan gerakan pada Hydraulic Excavator. Traveling Left Shoe merupakan gerakan track shoe yang sebelah kiri. o Traveling Right Shoe Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan maju dan gerakan mundur yang digerakkan oleh katup yang ada di Control Valves. Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi energi mekanis melalui Travel Motor. Travel Motor memutar Sprocket selanjutnya menggerakan Track Shoe sehingga menghasilkan gerakan pada Hydraulic Excavator. Traveling Right Shoe merupakan gerakan track shoe yang sebelah kanan. o Boom Pergerakan Boom dilakukan oleh Boom Cylinder. Sistem gerakan ini dilakukan dengan menggerakkan lever di ruang operator sehingga katup Boom Raise dan katup Boom Dowm pada Control Valve yang berhubungan dengan Boom Cylinder akan membuka. Boom akan melakukan gerakan mengangkat 12

jika katup Boom Raise terbuka sedangkan katup Boom Down tertutup. Fluida akan mengalir dari katup Boom Raise dan menekan piston dari Cylinder Boom sedangkan untuk gerakan arm. o Arm Pergerakan Arm dilakukan oleh Arm Cylinder. Sistem gerakan ini diatur oleh katup Arm In dan katup Arm Out. Arm akan melakukan gerakan rnengangkat jika katup Arm out terbuka sedangkan katup Arm In tertutup. Fluida akan mengalir dari katup Arm Out dan menekan piston Arm Cylinder. Sedangkan untuk gerakan Arm turun, kondisi katup arm in dan arm out berlaku sebaliknya. o Bucket Pergerakan Bucket dilakukan oleh Bucket Cylinder. Sistem gerakan ini diatur oleh pergerakan katup Bucket Crawl dan katup Bucket Dump. Bucket akan melakukan gerakan mengangkat (dump) jika katup Bucket dump terbuka sedangkan katup Bucket Crawl tertutup. Pada saat itu, fluida akan mengalir dari katup Bucket dump dan menekan piston Bucket Cylinder. Sedangkan gerakan Bucket menekuk (crawl) kondisi katup bucket crawl dan katup bucket dump adalah sebaliknya. Mekanisme dan kondisi kerja Excavator secara Hidraulik dapat dilihat pada (Gambar 2.2): 13

Gambar 2.2 diagram sistim hydrulic excavator Keseluruhan kondisi kerja tersebut merupakan siklus kerja Hydraulic Excavator. Secara operasional siklus kerja akan sangat menentukan besarnya biaya operasi, sehingga diperlukan analisis yang cermat baik dalam desain, produksi maupun pada saat operasi kerja dilapangan. II.2.Bucket II.2.1. Kapasitas Bucket Kapasitas Bucket adalah volume material yang dapat diangkut oleh bucket. Hitungan kapasitas bucket yang sering digunakan adalah menggunakan standard SAE atau CECE. Namun demikian, ada pula yang menggunakan standard lain seperti MS dan PCSA. 14

Adapun istilah yang sering digunakan berkaitan dengan kapasitas bucket adalah: Struck Capasity Struck Capacity adalah struck Bucket pada kondisi rata sampai batas side platenya, seperti terlihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Struck Capacity Heaped Capacity. Heaped Capacity adalah kapasitas volume Bucket ditambah kapasitas tumpukannya. Untuk detailnya Heaped Capacity dapat dilihat pada gambar 2.4. 15

Gambar 2.4 volume kapasitas bucket Keterangan: JIS = Japanese Industrial Standard PCSA = Power Crane and Shovel Association (USA) SAE = Society of Automotive Engineers (USR) CECE = Community of European Construction Equipment II.2.2. Gaya Digging Bucket dan Gaya Crowd Arm (Bucket Digging Force and Arm Crowd Force). Gaya digging adalah gaya yang terjadi pada saat ujung Bucket kontak dengan permukaan tanah. Gaya tersebut terjadi oleh pergerakan Cylinder Bucket atau Cylinder Arm. 16

1. Gaya Digging Bucket (Bucket Digging Force) Pada gambar 2.5 terlihat bahwa Bucket digerakkan oleh Cylinder Bucket untuk melakukan operasi Digging. Gaya Digging Bucket (Fb) terjadi akibat adanya gaya reaksi pada saat kontak antara ujung bucket dengan permukaan tanah. Adapun posisi Bucket saat melakukan Digging adalah sedemikian sehingga rear link dengan sumbu Cylinder Bucket membentuk sudut 90 o. F b Gambar 2.5. Gaya Digging Bucket. 17

2. Gaya crowd Arm (Arm Crowd Force). Pada gambar 2.6 terlihat bahwa Arm digerakkan oleh kombinasi gerakan Cylinder Arm dan Cylinder bucket untuk melakukan operasi digging. Gaya Crowd Arm (Fa) terjadi akibat adanya gaya reaksi pada saat kontak antara ujung bucket dengan permukaan tanah dimana posisi sumbu cylinder arm membentuk sudut 90 o terhadap garis lurus yang dibentuk oleh ujung bucket dan Bushing Arm A. Fa Gambar 2.6. Gaya Crowd Arm. 18

II. 3. Teori Dasar II.3.1 Tegangan Tegangan adalah gaya yang terjadi pada persatuan luas, pada dasarnya dibagi dalam dua macam, yaitu: Tegangan normal, : a) Tegangan normal akibat beban aksial, a b) Tegangan normal akibat momen lentur, b Tegangan Geser, τ : a) Tegangan geser akibat gaya geser, τ s b) Tegangan geser akibat torsi, τ t II.3.1.1 Tegangan Normal Tegangan Normal didefinisikan sebagai gaya yang terjadi tegak lurus terhadap irisan penampang yang dianalisa. Tegangan normal dibagi dua, yaitu: a) Tegangan normal yang terjadi disebabkan oleh gaya aksial (tarik / tekan) dan bekrija tegak lurus terhadap suatu bidang. 19

P P P a Gambar 2.7 Tegangan Normal akibat beban aksial Besarnya tegangan normal akibat gaya aksial adalah: a = P A Dimana: a = Tegangan normal akibat beban aksial (N/m 2 ) A = Luas penampang batang (m 2 ) P = Gaya (N) 20

a. Tegangan normal yang disebabkan oleh momen lentur. P b b Gambar 2.8. Tegangan Normal akibat momen lentur. Besarnya tegangan normal alkibat momen lentur adalah: b = M.y I Dimana: b= Tegangan normal akibat momen lentur (N/m 2 ) M = Momen Lentur (N.m) I = Momen inersia penampang (m 4 ) y = Jarak antara sumbu titik berat dengan kulit terluar yang hendak dihitung momen inersianya pada penarnpang batang (m). 21

II.3.1.2. Tegangan Geser Tegangan geser disebabkan oleh gaya yang bekerja sepanjang atau sejajar dengan luas penahan gaya. Tegangan geser dibagi dua, yaitu: a. Tegangan Geser disebabkan oleh torsi. T t T t Gambar 2.9. Tegangan geser akibat torsi. Besarnya tegangan geser akibat torsi adalah: τ t = T.r J Dimana: τ t = Tegangan geser akibat torsi (N/m 2 ) T = Torsi (N.m) r = Jari-jari (m) 22

J = Momen inersia polar (m 4 ) b. Tegangan geser yang disebabkan oleh gaya geser. V s s Gambar 2.10. Tegangan geser akibat gaya geser. Besarya tegangan geser akibat gaya geser adalah: s = V.Q I.t Dirnana: s = Tegangan geser (N/m 2 ) 23

V = GayaGeser (N) Q = Mornen Statis (m 3 ) I = Momen Inersia (m 4 ) t = Lebar potongan penampang (m) II.3.2. Momen Gaya Terhadap Sumbu Kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar disekitar sumbu diukur oleh rnomen gaya terhadap sumbu itu. Jika mornen F terhadap titik A, didefinisikan sebagai perkalian besar gaya F dengan jarak tegak lurus d dan titik A ke garis F. M A = F. d Dimana: M A = Mornen di titik A ( N.m) F = Gaya (N) d = Jarak tegak lurus dan gaya F terhadap titik A (m) 24

Gambar 2.11 Momen Gaya. II.4. Fenite Element Method (FEM) II.4.1. Terminologi FEM FEM merupakan salah satu perangkat lunak untuk menyelesaikan masalah metode elemen hingga. FEM membuktikan bahwa perangkat lunak ini sangat berguna untuk memberikan informasi perancangan. Dengan menggunakan program elemen hingga (FEM), kita dapat menganalisis berbagai kasus seperti kekuatan struktur, getaran pada suatu benda, perpindahan panas dan sebagainya. FEM merupakan perangkat lunak program computer yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan tehnik dalam skala besar dengan berdasarkan pada perhitungan metode elemen hingga. 25

FEM adalah akronim dari Fenite Elemen Method salah satu program computer elemen hingga yang dikembangkan Pro Enginer Wildfire 4.0 dari PTC. Program FEM mampu melakukan analisis linier maupun non linier yang meliputi : a. Analisis static b. Analisis dinamik c. Analisis frekuensi pribadi d. Analisis tekuk e. Analisis perpindahan panas Dengan kemampuan yang dimiliki FEM telah digunkan secara luas oleh lingkungan industry di bidang rekayasa dan perancangan. Seperti di bidang kapal terbang, otomotiv, sipil, pertambangan, manufacture alat berat, dan perkapalan. II.4.2. Jenis Elemen Salah satu hal yang penting dalam pemodelan suatu struktur adalah pemilihan jenis elemen yang dapat mewakili sifat struktur yang didiskritkan dengan baik. Elemen tersebut dapat berbentuk satu dimensi, dua dimensi dan 26

tiga dimensi. Program FEM secara garis besar menyediakan tiga jenis elemen yang sering digunakan, yaitu elemen garis, elemen bidang, dan elemen solid. Penentuan elemen ini dapat dilakukan secara otomatis atau manual. Pemilihan elemen dari pemodelan disesuaikan dengan kondisi benda yang sebenarnya. II.4.3. Sistim Koordinat Pada bentuk awal untuk membangun suatu model struktur melibatkan tiga koordinat (x, y, z) FEM menyediakan tiga macam koordinat yaitu basic rectangular, cylindrical, dan spherical. Namun yang sering digunakan adalah koordinat basic rectangular, karena merupakan koordinat dasar dan mudah dalam penggunaan. Tampilan FEM dapat dilihat pada gambar (2.12) Gambar 2.12 Tampilan menu pada FEM Pro Enginer 4 27

II.4.4. Pemodelan Struktur pada FEM Pemodelan structur merupakan salah satu data masukan bagi FEM agar dapat melakukan perhitungan kekuatan struktur yang dikehendaki. Dalam membangung suatu bentuk pemodelan yang dapat di buat FEM dengan menggunakan create menu yang sudah disediakan oleh program FEM. Dapat juga mengambil gambar dari program lainya seperti CAD 2 dimensi, yang tentunya cocok dengan program FEM. Pemodelan struktur yang digunakan pada kasus ini semuanya dengan elemen plat, agar mendekati dengan bentuk yang sesungguhnya. Pemodelan ini digunakan untuk mendefinisikan sifat elemen, lokasi dan pembebanan yang berkaitan dengan plat terletak dalam koordinat tiga dimensi (x, y, z). II.4.5. Tumpuan dan Pembebanan Setiap struktur bertumpu pada masing-masing tumpuan, sedangkan pada metode elemen hingga titik nodal yang berkaitan dengan masing-masing tumpuan harus dicantumkan. Karena hal tersebut mempunyai peranan penting dalam menentukan syarat batas bagi model struktur yang dibuat. Tumpuan yang terdapat pada FEM adalah engsel, rol, dan jepit. Masing-masing kondisi 28

tumpuan mempengaruhi jumlah derajat kebebasan tumpuan tersebut dan jumlah persamaan gaya yang dimiliki oleh struktur yang bersangkutan. Untuk memberikan pembebanan pada metode elemen hingga diberikan pada titik nodal sesuai dengan keadaan yang dikehendaki. Ada beberapa macam model pembebanan FEM diantaranya pembebanan searah sumbu x, y, dan z. Dapat juga pada sumbu x, y, dan z. II.4.6. Hasil Eksekusi Bila tidak terdapat kesalahan pada semua data masukan yang diberikan termasuk kondisi batas yang meliputi kondisi pembebanan dan tumpuan yang diterapkan pada model, maka eksekusi program FEM dapat dijalankan. Hasil keluaran pada FEM berupa model geometri yang belum terdeformasi, model geometri yang terdeformasi, nilai dari tegangan pada elemen dan dapat juga dinamis. Untuk menganalisa getaran ataupun frekuensi pribadi hasil keluaran berupa grafik. 29