TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga futsal kini menjadi olahraga permainan yang diminati dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

Gambar 3.1 Desain Penelitian

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

TINGKAT SELF CONFIDENCE DALAM PERTANDINGAN FUTSAL ANTAR KELAS PADA MAHASISWA PJKR FKIP UNISMA BEKASI

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika

EFEKTIVITAS MODEL LATIHAN PASSING CONTROL FEBI FUTSAL GAMES TERHADAP PENINGKATAN HASIL PASSING CONTROL OLAHRAGA FUTSAL UNTUK PEMAIN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. didalam ruangan. Kata ini diperkenalkan oleh FIFA ketika mengambil alih futsal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Rosdiana, 2015 Pengaruh penerapan pelatihan tabata terhadap peningkatan kemampuan aerobik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoansyah, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agung Dwi Juniarsyah, 2013

PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI ATLET DAN NON ATLET TERHADAP KECEPATAN REAKSI PADA KELOMPOK LATIHAN SILAT MERPATI PUTIH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KECEMASAN ATLET BOLA PON ACEH TAHUN 2016 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

Pengembangan Model Permainan Futsal Siswa SMA Se-Kota Metro Lampung Tahun Riyan Jaya Sumantri. Universitas Negeri Semarang.

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TENDANGAN PENALTI DENGAN MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DAN PUNGGUNG TIM SEPAK BOLA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu jenis olahraga permaianan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

I Made Suarsana, Addriana Bulu Baan. Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Ketepatan Smash dalam Permainan Bola Voli Club Sigma Palu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu dari banyak cabang olahraga yang paling

S K R I P S I. Oleh : HARIS KURNIAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

2015 PERBANDINGAN LATIHAN KEKUATAN SISTEM SUPERSET DENGAN SISTEM SET TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN Program Studi Ilmu Keolahragaan Departemen Pendidikan Kesehahatan Dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat Aniraanr20@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan tingkat kecemasan atlet sebelum, pada saat istirahat dan sesudah pertandingan. Sampel pada penelitian ini adalah 40 atlet futsal putri Jawa Barat yang lolos menuju babak nasional futsal Liga mahasiswa tahun 2016 di Yogyakarta dengan menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala level kecemasan SCAT (Sport Competition Anxiety Test). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dengan analisis uji one way anova dari software SPSS versi 22. Hasil analisis data diketahui bahwa hasil uji perbandingan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah yaitu memiliki signifikansi sebesar p =, tingkat kecemasan pada saat istirahat dan sesudah memiliki signifikansi sebesar p =, tingkat kecemasan sebelum dan pada saat istirahat memiliki signifikansi p = 0.371. Hasil keputusan berdasarkan uji hipotesis yang menunjukkan signifikansi (p<0.05), maka H 0 ditolak, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dengan sesudah dan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pada saat istirahat dengan sesudah. Sedangkan hasil keputusan berdasarkan uji hipotesis yang menunjukkan signifikansi (p>0.05), maka H 0 diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dengan sesudah. Kata kunci: Kecemasan,, futsal, Liga Mahasiswa, psikologi. PENDAHULUAN Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2015). Mengenai permainan futsal, (Tenang, 2008, p. 17) menjelaskan bahwa : Futsal adalah suatu jenis olahraga yang memilikki aturan tegas tentang kontak fisik. Sliding tackle (menjegal dari belakang), body charge (benturan badan), dan aspek kekerasan lain seperti dalam permainan sepakbola tidak diizinkan dalam futsal. Futsal merupakan olahraga yang identik dengan cepat dan dinamis. Ini dikarenakan dalam permainan futsal pemain harus cepat mengalirkan bola dari kaki ke kaki dan terus 85

bergerak untuk mencari ruang. Pemain juga dituntut untuk berpikir cepat dalam mengambil keputusan mengenai perubahan situasi dalam pertandingan dengan tepat dan akurat dalam waktu yang singkat. Pada permainan futsal pemain diharapkan memiliki kondisi fisik yang prima. Hal itu dapat terwujud jika terdapat program pelatihan fisik yang tersusun secara sistematis dan dilakukan secara berkelanjutan. Akan tetapi dalam futsal tidak hanya komponen jasmani saja yang berpengaruh tetapi psikis (mental) pemain juga dapat berpengaruh dalam performa pertandingan. Bompa dalam (Satriya, 2014, p. 60) mengatakan bahwa faktor-faktor dasar latihan yaitu meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, dan kejiwaan (psikologi). Kondisi fisik merupakan proses pentahapan latihan, ini berlaku bagi proses latihan yang apabila kondisi fisik belum memenuhi tuntutan cabang olahraganya atau awal tahap latihan, sehingga kondisi fisik sebagai faktor penggerak manusia diutamakan, karena akan mendukung pada proses latihan teknik, taktik (Satriya, 2014, p. 60). Sedangkan mental berperan pada saat tahap akan pertandingan, atlet yang memiliki mental bagus akan mampu menghadapi pertandingan, dan akan mampu menampilkan secara total kemampuannya sehingga porsi yang diberikan pun tidak sebanyak latihan fisik, teknik, dan taktik (Satriya, 2014, p. 61). Kecemasan merupakan salah satu faktor non teknis yang sering kali mengganggu performa atlet futsal pada saat. Kecemasan dapat menyertai di setiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru. Sebenarnya kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Pada taraf sedang, kecemasan justru meningkatkan kewaspadaan pada diri individu. Namun sebaliknya apabila kecemasan pada tingkat berlebihan dapat menghilangkan konsentrasi dan menurunnya koordinasi antara otak dan gerak motorik. Kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan berisi keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 2000, p. 33). Kecemasan dalam permainan futsal dapat diatasi jika pelatih memberikan pembinaan psikologis (psikis) dalam latihan, baik disela-sela latihan teknik maupun fisik. Hal ini diharapkan dapat melatih kesiapan mental atlet sebelum pertandingan agar pencapaian prestasi puncak dapat diraih. Pada kenyataannya, saat ini masih banyak atlet atau tim dengan kualitas fisik, teknik, dan taktik yang bagus, tapi masih belum bisa mengeluarkan kemampuan optimalnya di pertandingan karena tingkat kecemasan yang tinggi pada atlet yang diakibatkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Febiaji (2012, p. 61) yang menyatakan bahwa terdapat 21.94% faktor intrinsik dan 78.06% faktor ekstrinsik. Gejala yang muncul pada gangguan kecemasan antara lain ada ciri fisik seperti sakit kepala, berkeringat banyak, susah bernafas, merasa gugup, gelisah, dan otot menegang (Adisti, 2010, p. 128). Kecemasan biasanya muncul jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru, seperti pertandingan awal dan juga dalam menghadapi pertandingan yang besar seperti Liga Mahasiswa. Dimana dalam Liga tersebut biasanya ditonton oleh banyak orang dan disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Tentu saja ini akan menjadi tekanan tersendiri terhadap pemain. Pemain yang tidak dapat mengatasi hal non-teknis seperti ini tentunya dapat menggagu performa dalam pertandingan. Pemain akan banyak memikirkan hal-hal yang akan diterimanya jika gagal atau mengalami kekalahan. Kecemasan juga muncul akibat memikirkan hal-hal yang tidak dikehendaki akan terjadi, meliputi atlet tampil buruk, lawannya dipandang demikian superior, dan atlet mengalami kekalahan (Setiadarma M. P., 2000, p. 74). Berdasarkan dari latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti tentang Tingkat Kecemasan Atlet Futsal Sebelum, Pada Saat Istirahat, dan Sesudah Pertandingan. 86

METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi-informasi dari kejadian yang sementara berlangsung. Hasan (2002, pp. 126-127) mengatakan analisis komparasi atau perbandingan adalah prosedur statistik guna menguji perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan 3 kelompok sampel yaitu tingkat kecemasan atlet sebelum, pada saat istirahat, dan setelah. Partisipan dalam penelitian ini adalah atlet futsal putri Jawa Barat yang lolos babak nasional Liga Mahasiswa season 4 tahun 2016. Karakteristik partisipan adalah partisipan berada pada rentang usia 18-22 tahun, jenis kelamin perempuan dan bersedia mengisi angket kecemasan yang telah disediakan menggunakan angket Sport Competition Anxiety Test (SCAT). Partisipan yang digunakan berjumlah 40 orang. Partisipan bersal dari 2 universitas yang mewakili Jawa Barat di National Conference Futsal Liga Mahasiswa di Yogyakarta tahun 2016. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Angket adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran seperangkat pernyataan maupun pertanyaan secara tertulis. Angket yang digunakan adalah angket Sport Competition Anxiety Test (SCAT) dari Martens et al. (1990). SCAT adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat kecemasan atlet pada sebuah kompetisi. Terdapat 15 item pertanyaan yang terdapat pada SCAT yang telah valid dengan nilai reabilitas sebesar 0.846. Untuk pertanyaan 1, 3, 5, 7 dan 11 merupakan pertanyaan yang tidak mempengaruhi skor dari tingkat kecemasan oleh karena itu memiliki nilai nol. Pada data sebelum pertandingan diketahui bahwa ada 3 orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah, 26 orang dengan tingkat kecemasan sedang dan 11 orang dengan tingkat kecemasan tinggi. Tingkat kecemasan pada saat istirahat pertandingan diketahui bahwa ada 20 orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah, 17 orang dengan tingkat kecemasan sedang dan 3 orang dengan tingkat kecemasan tinggi. Sedangkan Tingkat kecemasan sesudah pertandingan diketahui bahwa ada 20 orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah, 17 orang dengan tingkat kecemasan sedang dan 3 orang dengan tingkat kecemasan tinggi. Untuk mengetahui apakah terdapat perbandingan tingkat kecemasan atlet sebelum, pada saat istirahat dan sesudah pertandingan menggunakan one way anova. Tabel 1. Hasil Uji One Way Anova Variabel F Sig (p) Ket Penjelasan Kecemasan sebelum, pada saat istirahat dan sesudah 15.959 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai F adalah 15.959 dengan signifikansi sebesar < 0.05 maka H 0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji lanjut yaitu uji post hoc tests. Hasil uji post hoc tests adalah sebagai berikut: H 0 ditolak Terdapat perbedaan yang signifikan anatara tingat kecemasan sebelum, pada saat dan sesudah Tabel 2 Hasil Uji Post Hoc Tests HASIL DAN PEMBAHASAN 87

Kelompok sampel (I) Sebelum Pada Saat Istirahat Sesudah Kelompok Sampel (J) Pada saat istirahat Sesudah Sebelum Sesudah Mean Difference (I-J) 1.200 4.500-1.200 3.300 Sebelum -4.500 Pada Saat Istirahat -3.300 Sig (p) 0.317 0.317 Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa hasil dari post hoc tests adalah sebagai berikut: 1. Sebelum pertandingan dengan pada saat istirahat pertandingan, memiliki nilai signifikansi sebesar 0.317 > 0.05, maka H 0 diterima, sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dengan pada saat istirahat. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum yaitu 21.50 dan rata-rata tingkat kecemasan pada saat istirahat yatiu 20.30. 2. Sebelum pertandingan dengan sesudah pertandingan, memiliki nlai signifikansi sebesar < 0.05, maka H 0 ditolak dengan nilai mean difference sebesar 4.500, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dengan sesudah. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum lebih besar dari pada rata-rata tingkat kecemasan sebelum yaitu 21.50 sedangkan rata-rata tingkat kecemasan sesudah yatiu 17.00. 3. Pada saat istirahat pertandingan dengan sesudah pertandingan, memiliki nilai signifikansi sebesar < 0.05, maka H 0 ditolak dengan nlai mean difference sebesar 3.300, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pada saat istirahat dengan sesudah. Rata-rata tingkat kecemasan pada saat istirahat lebih besar dari pada rata-rata tingkat kecemasan sesudah yaitu 20.30 sedangkan rata-rata tingkat kecemasan sesudah yatiu 17.00. Dari hasil analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada setiap kondisi pertandingan. Tingkat kecemasan paling tinggi dialami oleh atlet pada saat sebelum yaitu 21.50 kemudian pada saat istirahat yaitu 20.30 dan tingkat kecemasan menurun pada saat sesudah yaitu 17.00. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliantine (2011, p. 5) yang mengatakan Anxiety sebelum pertandingan biasanya cukup tinggi, disebabkan karena atlet menganggap bahwa pertandingan yang akan dilakukannya terasa berat, terutama pada pertandingan yang menentukan (semi final atau final). Selain itu kecemasan dapat muncul jika adanya tuntutan yang obyektif dari seorang pelatif, pembina atau manajemen pada saat sebelum pertandingan. Pada saat atlet mempersepsi stimulus tadi sebagai suatu ancaman, sementara "traitanxiety" yang dimilikinya mempengaruhi persepsinya secara emosional, maka akhirnya muncul reaksi kecemasan (state-anxiety) pada penampilan atlet sebagai respon terhadap tuntutan situasi obyektif tadi. Tingkat kecemasan tinggi yang dialami atlet sebelum pertandingan dapat meningkatkan performa saat. Seperti yang dikatakan pada drive theory yaitu semakin tinggi tingkat arousal atau anxiety seorang atlet maka akan semakin baik performa atlet tersebut. Sedangkan pada saat istirahat pertandingan yaitu berakhirnya babak pertama dan akan memulai babak kedua tingkat kecemasan atlet masih dalam kategori tinggi, ini bisa saja terjadi jika pada babak pertama terjadi kejar-kejaran skor 88

atau skor tertinggal. Keadaan seperti ini dapat memicu tingkat kecemasan atlet tetap tinggi dan mencapai level optimum. Pada keadaan seperti ini atlet harus dapat mempertahankan tingkat kecemasan di level optimum untuk tetap menjaga performa dalam pada babak selanjutnya jika level kecemasan berada dibawah atau diatas level optimum, maka performa akan menurun. Seperti yang dijelaskan pada teori hipotesis U terbalik yaitu seorang atlet akan tampil dan mengeksekusi gerakan dengan sangat baik jika berada dilevel optimum kecemasan. Jika kecemasan berada di bawah atau diatas titik optimum tersebut, maka penampilan tidak akan maksimal. Tetapi tidak semua atlet mampu untuk mempertahankan tingkat kecemasan pada level optimum per individu. Ini dikarekan setiap atlet memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda. Teori Zone of optimal functioning menjelaskan bahwa pada masing-masing individu mempunyai zona optimal tersendiri yang menyebabkan masing-masing individu memiliki dampak atas tingkat kecemasan yang berbedabeda. Bahkan pada saat tertentu dalam pertandingan atlet dapat mengalami penurunan performa secara drastis meskipun tingkat kecemasan atau ketegangan masih cukup tinggi. Ini dijelaskan pada catasthrope theory yaitu dalam keadaan tertentu atlet akan mengalami penurunan secara drastis dalam performanya meskipun tingkat ketegangan masih cukup tinggi. Sedangkan pada saat sesudah pertandingan tingkat kecemasan menjadi turun ini dikarenakan sudah tidak ada lagi tekanan dari pelatih, pembina ataupun manajemen terhadap atlet atas hasil yang sudah diperoleh. Menurut Greist dalam (Singgih, 1996, p. 39) kecemasan sebagai suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan, karena senantiasa harus berada dalam keadaan was-was terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas. Pada saat sesudah pertandingan maka atlet akan menjadi lebih tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan atau was-was terhadap apa yang telah dilakukan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dengan sesudah, tingkat kecemasan pada saat istirahat dengan sesudah. Sedangkan tingkat kecemasan sebelum dengan pada saat istirahat tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Tingkat kecemasan sebelum yaitu 21.50, pada saat istirahat yaitu 20.30 dan sesudah yaitu 17.00. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka saran yang diajukan penulis untuk lembaga adalah agar dapat lebih menguatkan kepada mahasiswa dalam mata kuliah psikologi olahraga karena di dalamnya terdapat beberapa hal yang sangat berkesinambung dalam peran mental terhadap prestasi olahraga. Bagi club agar dapat mengetahui bagaimana dampak serta pencegahan kecemasan atle sehingga atlet binaan dapat berprestasi optimal dengan tingkat kecemasan yang sesuai untuk menunjang performa maksimal. Bagi pelatih agar dapat memberikan pelatihan mental disela-sela latihan fisik, teknik dan taktik agar pada saat pertandingan atlet mampu mengatasi berbagai macam tekanan yang ada pada saat, sehingga atlet mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Bagi atlet agar lebih paham bahwa dalam mencapai prestasi maksimal tidak hanya komponen fisik, teknik dan taktik saja yang perlu untuk dilatih tetapi komponen mental termasuk komponen yang penting pada saat pertandingan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi agar dapat ikembangkan dengan variabel serta permasalahan yang lebih luas. 89

DAFTAR PUSTAKA Adisti, P. (2010). Personality Plus for Teen. Yogyakarta: Pustaka Grahatama. Chaplin, J. P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. (K. Kartono, Trans.) Jakarta: PT Raja Grafindo Jaya. Febiaji, F. (2012). Tingkat Kecemasan Atlet POMNAS XII Cabang Olahraga Sepakbola Sebelum Menghadapi Pertandingan. Yogyakarta: UNY. Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia. Juliantine, T. (2011). Profil Tentang Anxiety Pada Atlet Tenis. Google Scholar, 5. Rainer Martens, R. S. (1990). Competitive Anxiety in Sport. Human Kinetic. Satriya, D. Z. (2014). Bahan Ajar Teori Latihan Olahraga. Bandung: tidak diterbitkan. Setiadarma, M. P. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Singgih, G. (1996). Psikologi Olahraga Teori Dan Praktek. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia. Tenang, J. D. (2008). Mahir Bermain Futsal. Bandung: Mizan Media Utama. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (2015, Oktober 31). Wikipedia. Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/futsal 90