TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM. Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH HAK ANAK. Oleh: Mohammad Farid

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)


MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengatur tetntang pengertian anak berdasarkan umur. Batasan umur seseorang

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Mengakomodir Hak Anak Dalam KUHP. Oleh : Apong Herlina Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Anak (LAPA)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ifdhal Kasim. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

INSTRUMEN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

MAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA. 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional hak-hak asasi manusia;

PERLINDUNGAN ANAK-ANAK MENURUT KONVENSI HAK-HAK ANAK I. PENDAHULUAN

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN TENTANG LARANGAN EKSPLOITASI SEKSUAL PADA PERNIKAHAN ANAK USIA DINI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

MAKALAH. Kebutuhan Pendampingan Hukum Penyandang Disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

Pentingnya Keterlibatan Komnas Perempuan dalam Judicial Review UU Penodaan Agama

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

HAM dan Hukum Ekonomi Internasional

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERKAITAN DENGAN HAK PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TINGKAT INTERNASIONAL. Triyanto. Dosen Prodi PPKn FKIP UNS Surakarta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Transkripsi:

TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH HAK ANAK Oleh: Mohammad Farid

HAK ANAK Mohammad Farid

Hak Anak dlm Hukum Internasional 1. Hukum Perburuhan 2. Hukum Humaniter 3. Hukum Pengungsi 4. Pencegahan Kejahatan (crime prevention) 5. Pidana Internasional 6. Hukum HAM

1. Hukum Perburuhan: Konvensi- Konvensi ILO Melindungi anak di bawah umur tertentu dari eksploitasi ekonomi: dengan penetapan batas umur di bawah mana anak tidak boleh dilibatkan bekerja. Melindungi pekerja dalam kategori umur tertentu (disebut orang muda ) dari dampak buruk pekerjaan thd kesehatan, keselamatan, perkembangan, moral: dengan menetapkan kondisi/syarat yang harus dipenuhi jika anak dilibatkan bekerja, misalnya: Larangan pelibatan anak dalam pekerjaan yang berbahaya, mengancam kesehatan, perkembangan & moral. Pembatasan jam kerja, larangan lembur.

Konvensi ILO pertama ttg batas umur minimum keterlibatan bekerja diadopsi pada tahun 1919, bersamaan dengan tahun pendirian ILO. Sejak 1919-1999, tercatat ada 9 konvensi ILO ttg batas umur. Dua yang terpenting: 1973: Konvensi no.138 (semua sektor) mengintegrasikan konvensi-konvensi batas usia minimum sebelumnya. 1999: Konvensi no.182 ttg bentuk-bentuk terburuk pekerja anak (worst forms of child labour).

2. Hukum Humaniter Hukum humaniter mengatur tata cara perang. Dalam hubungannya dengan anak, ketentuan paling relevan terdapat dalam Konvensi Jenewa 1949, khususnya Konvensi IV, berikut Protokol Tambahan-nya (1977). Dalam konteks hak anak, hukum humaniter memberikan perlindungan: Anak tidak boleh menjadi sasaran sengketa. Anak-anak yang terdampak perang berhak atas bantuan kemanusiaan. Anak (<15 tahun) tidak boleh dilibatkan dalam sengketa bersenjata.

3. Hukum Pengungsi Dalam konteks hak anak, hukum pengungsi (1951) mengatur: Prinsip keutuhan keluarga: bagi pengungsi anak-anak yg tidak bersama keluarga, perlindungan khusus sehubungan perwalian & adopsi. Hak pengungsi atas kekebasan pendidikan agama bagi anak-anak mereka. Hak anak utk mendapatkan dokumen perjalanan (bersama orang dewasa).

4. Pencegahan Kejahatan Rezim pencegahan kejahatan (crime prevention) mewajibkan negara untuk mencegah dan mempidanakan, dalam yurisdiksi nasional masing-masing, kejahatan-kejahatan yang pada umumnya dilakukan secara lintas-batas negara. Hukum internasional yang termasuk dalam kategori ini: Slavery Convention (1926) Supplementary Convention on the Abolition of Slavery, the Slave Trade, and Institutions and Practices Similar to Slavery (1956) Convention for the Suppression of the Traffic in Persons and of the Exploitation of the Prostitution of Others (1949) UN Convention against Transnational Organized Crime dan Protokol Palermo (2000). Anak (<18 tahun) dilindungi secara khusus oleh Protokol Palermo: dengan tidak memberlakukan ketiadaan consent sebagai elemen perdagangan orang.

5. Pidana Internasional Hukum pidana internasional sebagaimana diatur dalam Statuta Roma (1998) melindungi anak-anak dengan: Memasukkan pemindahan paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lain sebagai salah satu elemen genosida. Perdagangan anak sebagai salah satu elemen dari kejahatan terhadap kemanusiaan. Melibatkan anak (<15 tahun) melalui conscription maupun enlistment dalam sengketa bersenjata, internasional maupun non-internasional, sebagai bagian dari kejahatan perang.

Catatan Mengenai korelasi antara hukum perburuhan & hukum HAM lihat panduan penggunaan instrumen pemantauan atas 5 isu dalam hak anak (hal.18-20). Mengenai korelasi antara hukum humaniter, pidana internasional & hukum HAM lihat hukum hak asasi manusia (hal.321-361). Mengenai korelasi antara rezim pencegahan kejahatan, pidana internasional & hukum HAM lihat panduan penggunaan instrumen pemantauan atas 5 isu dalam hak anak (hal.20-21).

6. Hak Anak dalam Hukum Internasional HAM

Lokasi Konvensi Hak Anak dalam peta Hukum Int l HAM 1948 UDHR 1966 ICCPR OP1 1989 ICCPR OP2 1966 ICCPR 1966 ICESCR 2008 ICESCR OP 1965 ICERD 1979 CEDAW 1984 CAT 1989 CRC 1990 ICRMW 2006 CRPD 2006 ICPPED 1999 OP CEDAW 2002 OP CAT 2000 OP CRC AC OP CRC SC 2006 OP CRPD

Catatan UDHR = Universal Declaration of Human Right (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) ICCPR = International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik ) ICCPR-OP1 = Protokol Opsional Pertama pada ICCPR (pengaduan individual) ICCPR-OP2 = Protokol Opsional Kedua pada ICCPR (penghapusan hukuman mati) ICESCR = International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) ICESCR-OP = Protokol Opsional pada ICESCR (pengaduan individual) ICERD = International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial) CEDAW = Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) OP-CEDAW = Protokol Opsional pada CEDAW (pengaduan individual) CAT = Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Keji, Tidak Manusiawi atau Merendahkan lainnya) Protokol Opsional pada CAT (pembentukan Sub-komite Pencegahan) CRC = Convention on the Rights of the Child (Konvensi Hak-hak Anak) OP-CRC-AC atau OPAC = Protokol Opsional pada CRC tentang pelarangan pelibatan anak dalam konflik bersenjata OP-CRC-SC atau OPSC = Protokol Opsional pada CRC tentang penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak. ICRMW = International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families (Konvensi Internasional untuk Melindungi Hak-hak Buruh Migran serta Anggota Keluarga Mereka) CRPD = Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat) OP-CRPD = Protokol Opsional pada CRPD (pengaduan individual). ICPPED = International Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance (Konvensi Internasional untuk Melindungi Semua Orang dari Penghilangan Paksa)

Anak dalam Hukum HAM Sebelum CRC, konseptualisasi tentang hak anak mengalami evolusi yang lamban. Dari UDHR (1948) hingga CAT (1984), konsep tentang hak anak dikonstruksikan sebagai berikut: Anak merupakan bagian dari keluarga/orangtua, dianggap sebagai subyek dependen dan posisi ini digunakan untuk mengafirmasi hak asasi orang dewasa (UDHR, ICCPR, ICESCR, CEDAW). Diakui bahwa anak berhak atas perawatan & bantuan khusus, bercorak kemanusiaan. Hak anak atas perlindungan (oleh otoritas publik) diintroduksikan secara generik. Secara spesifik, perlindungan dari eksploitasi ekonomi ditegaskan dalam ICESCR, dan perlindungan dari perkawinan usia dini diakui dalam CEDAW. Beberapa substansi hak anak diakui secara eksplisit (ICCPR, ICESCR). Perspektif kepentingan anak diintroduksikan dalam ICCPR (peradilan pidana) dan CEDAW (pengasuhan). ICERD dan CAT tidak memiliki ketentuan yg secara eksplisit menyebut anak.

CRC (1989): Mengafirmasi pemberlakuan HAM secara ekstensif kepada anak, menempatkan anak sebagai subyek hukum HAM internasional. Meningkatkan standar perlindungan HAM (misalnya di bidang peradilan pidana & pendidikan). Mengintroduksikan hak-hak legal yang baru (sejauh mungkin mengetahui dan diasuh oleh orangtua biologis), sekaligus menanggalkan beberapa HAM yang hanya berlaku bagi orang dewasa (misalnya hak untuk menikah, hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan di negaranya). Mengklarifikasi kedudukan anak sebagai subyek hak yang independen, peran orangtua/keluarga dalam konteks ini, serta peran Negara. menegaskan prinsip HAM yang spesifik untuk anak: kepentingan terbaik untuk anak dan penghargaan terhadap opini anak.

Setelah CRC, hak-hak anak selalu ditegaskan secara lebih rinci dalam hukum HAM selanjutnya: ICRMW (1990). CRPD (2006). ICPPED (2006). CRC berikut dua protokol opsional-nya juga membawa pengaruh pada perkembangan rezim perburuhan (Konvensi ILO 182 tahun 1999), rezim pencegahan kejahatan (Protokol Palermo, 2000) dan hukum pidana internasional (Statuta Roma, 1998).

Menelusuri akar Hak Anak Dalam sejarah, anak ditempatkan dalam posisi dependen terhadap orang dewasa khususnya orangtua. Hukum menyangkut anak (adat dan positif) sangat ekstensif di wilayah perdata, khususnya di wilayah hukum keluarga (family law). Hak dan perlindungan anak dikonstruksikan berdasarkan doktrin ini. Pada perkembangan awal, hukum pidana menyangkut anak sangat dipengaruh oleh corak perdata dan kurang memperhitungkan karakter dan kebutuhan khusus anak selaku individu mandiri. Misalnya: Pencurian yang berubah menjadi delik aduan ketika pelaku dan korban memiliki hubungan perwalian (KUHP) Keringanan ancaman hukuman bagi orangtua atau pengasuh yang melakukan kekerasan pada anak atau anak asuhnya (KUHP). Hingga 1945, seorang ayah di Perancis bisa meminta penetapan pengadilan untuk memenjarakan anaknya (di Indonesia masih berlaku hingga saat ini). Di wilayah tata negara, Revolusi Industri di Inggris membuka jalan bagi pengambilalihan pendidikan anak oleh otoritas publik, dan Revolusi Perancis meretas jalan bagi perlindungan anak oleh Negara melalui pengambil-alihan urusan pencatatan sipil dari Gereja.

Sentimen kemanusiaan akibat 2 Perang Dunia mendorong perumusan HAM & hak anak 1924: Deklarasi Hak Anak I (Liga Bangsa Bangsa). 1948: UDHR. 1959: Deklarasi Hak Anak II (PBB). 1989: Konvensi Hak Anak.

Fakta menyangkut CRC Diratifikasi oleh semua negara di dunia kecuali Somalia & USA. Indonesia meratifikasi dengan Kepres 36/1990 tanggal 25 Agustus 1990, CRC mengikat Indonesia sejak 5 Okt.1990 Saat ratifikasi Indonesia melakukan reservasi (disebut deklarasi oleh pemerintah). Teks ratifikasi terdiri atas 3 alinea. Pada 2007 (?) pemerintah RI melakukan komunikasi kepada SekJen PBB mengenai keputusan menarik reservasi (tapi yang ditarik hanya paragraf 3 dari teks reservasi). Indonesia telah menyerahkan laporan perdana ttg pelaksanaan CRC pada 1994 (overdue) dan laporan periodik pertama pada 2002 (juga overdue). Saat ini (Juli 2010) laporan periodik berikutnya sedang dalam tahap finalisasi. Laporan-laporan yang sudah diserahkan serta tanggapan Komite Hak Anak thd laporan Indonesia dapat diperoleh melalui link: http://tb.ohchr.org/default.aspx atau ditelusuri melalui http://www.ohchr.org/en/hrbodies/pages/humanrightsbodies.aspx Mengiringi laporan periodik pertama, kalangan NGO mengirimkan laporan alternatif kepada Komite Hak Anak. Laporan alternatif bisa diunduh melalui link: http://www.crin.org/resources/find_altrep.asp

Struktur CRC Mukadimah (Preamble). Bagian I (ps.1-41): ketentuan substantif hak. Bagian II (ps.42-45): mekanisme pelaksanaan & pemantauan konvensi. Bagian III (ps.46-54): ketentuan pemberlakuan CRC.

Ketentuan substantif hak anak dlm CRC 1. Langkah-langkah implementasi umum (ps 4, 42, 44 ayat 6) 2. Definisi anak (ps 1) 3. Prinsip-prinsip umum (ps 2, 3, 6, 12) 4. Hak sipil & kebebasan (ps 7-8, 13-17, 37[a]) 5. Lingkungan keluarga & pengasuhan pengganti (ps 5, 18 ayat 1-2, 9-11, 19-21, 25, 27 ayat 4, 39) 6. Kesehatan & kesejahteraan dasar (ps 6, 18 ayat 3, 23, 24, 26, 27 ayat 1-3) 7. Pendidikan, waktu luang & kegiatan budaya (ps 28, 29, 31) 8. Perlindungan khusus (ps 22, 38, 39, 40, 37[b]-[d], 32-36, 30)

Perlindungan khusus: a. Perlindungan dlm situasi emergency. Pengungsi anak Situasi konflik bersenjata b. Anak yg berkonflik dgn hukum. c. Perlindungan dari eksploitasi. Eksploitasi ekonomi. Penyalah gunaan narkoba Eksploitasi & kekerasan seksual Penculikan, penjualan & perdagangan anak Eksploitasi dlm bentuk lainnya d. Perlindungan bagi anak-anak dr kelompok minoritas atau indigenous groups.

Sekilas Ketentuan ketentuan Hak Anak di Indonesia Wilayah tata-negara: UUD 45 Perubahan UU 12/2006 (Kewarganegaraan) Dll. Wilayah perdata: KUH Perdata, UU 23/2002 (Perlindungan Anak) UU 23/2006 (Administrasi Kependudukan) Dsb. Wilayah pidana: KUHP, UU 23/2002 UU 3/1997 (Pengadilan Anak) UU 21/2007 (Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang) Dll.

Sekilas Ketentuan ketentuan Perlindungan Anak di Indonesia UU Perlindungan Anak Pasal 81: (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

UU Perlindungan Anak Pasal 82: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

KUHP Pasal 287: (1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

UU 39/1999 ttg HAM, Pasal 18: 1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. 2) Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali berdasarkan suatu peraturan perundang undangan yang sudah ada sebelum tindak pidana itu dilakukannya. 3) Setiap ada perubahan dalam peraturan perundang undangan, maka berlaku ketentuan yang paling menguntungkan bagi tersangka. 4) Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 5) Setiap orang tidakdapatdituntutuntuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas suatu perbuatan yang telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.