HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

Oleh: Iswidhani, Suhaema Fifi Luthfiyah Muhammad Alfin Nusfi Al-Khair. Poltekes Kemenkes Mataram

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

Transkripsi:

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK Gaya hidup dan pola makan masyarakat saat ini dominan mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang merupakan salah satu pencetus terjadinya hipertensi karena kandungan natrium didalamnya yang cukup tinggi. Selain itu pola makan masyarakat yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah juga menjadi salah satu pemicu terjadinya hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pola makan dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 65 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tekanan darah oleh petugas puskesmas dan wawancara menggunakan kuesioner serta diolah menggunakan program komputer. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi (p= 0,043) dan tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi (p=0,078) pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 65 responden didapatkan bahwa penderita hipertensi sebanyak 46,2%, pola makan baik sebanyak 61,5%, dan gaya hidup sehat sebanyak 63,1%. Saran bagi UPK Puskesmas Purnama diharapkan perlu dilakukan penyuluhan mengenai pengaturan pola makan yang baik serta gaya hidup sehat sebagai langkah mencegah terjadinya hipertensi serta perlu dilakukan konseling kepada pasien yang terdiagnosa hipertensi sehingga pasien dapat mengetahui diit yang dapat dijalani. Kata Kunci : Pola Makan, Gaya Hidup, Kejadian Hipertensi PENDAHULUAN Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 MmHg. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmhg. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya di atas normal yaitu tekanan sistolik-nya 140 mmhg atau lebih dan tekanan diastolik-nya 90 mmhg atau lebih. 22

Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1 Oktober 2015 Apriai, E Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur sebesar 26,5%. Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada lakilaki. Prevalensi hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada pedesaan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Saat ini penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas. Data menunjukkan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Namun, para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk dalam faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan pola makan atau konsumsi makanan. Gaya hidup juga dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola makan masyarakat yang sekarang lebih dominan mengkonsumsi makanan fast food atau makanan cepat saji. Makanan cepat saji merupakan salah satu pencetus terjadinya hipertensi karena kandungan natrium didalamnya yang cukup tinggi. Selain itu pola makan masyarakat yang senang mengkonsumsi makanan asin, makanan manis, makanan berlemak dan konsumsi minuman berkafein juga turut memicu terjadinya hipertensi. (Muhammadun, 2010 dalam Ispendy). Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2013 di UPK Puskesmas Purnama, diketahui bahwa jumlah kasus hipertensi di puskesmas tersebut meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi sebanyak 1097 kasus dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 1453 kasus. Pada tahun 2013 penderita hipertensi tertinggi pada kelompok umur 45 54 tahun yaitu sebanyak 39 kasus. Dari data kunjungan pasien pada bulan November 2014 diketahui dari 185 pasien rawat jalan yang memeriksakan diri di poli umum terdapat 54 orang yang mengalami hipertensi. Studi pendahuluan melalui wawancara singkat yang peneliti lakukan di UPK Puskesmas Purnama tanggal 19 November 2014, kepada 3 orang ibu yang datang berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya didapatkan hasil bahwa ketiga ibu ini memiliki kesamaan yakni mereka sama-sama senang mengkonsumsi makanan yang terasa asin, apabila kurang terasa asin maka makanan tersebut terasa hambar dan selera makannya menjadi berkurang. Berdasarkan pengamatan dilapangan didapatkan informasi bahwa letak UPK Puskesmas Purnama ini berdekatan dengan pusat olahraga yaitu Gor Pangsuma dimana lokasi ini sering digunakan untuk sarana olahraga keluarga mulai dari jogging atau sekedar berjalan santai. Seharusnya dengan ketersediaan sarana olahraga yang memadai ini masyarakat lebih memiliki kemauan untuk berolahraga dan bergaya hidup sehat namun kenyataannya mereka lebih memilih untuk bersantai dirumah sambil menikmati makanan ringan didepan tv bersama keluarga dibandingkan berolahraga karena bagi mereka olahraga hanya membuang-buang waktu saja dan membuat tubuh lelah. Berkaitan dengan masalah di atas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Makan dan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di UPK Puskesmas Purnama. 23

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yang mempelajari variabel bebas dan variabel terikat diambil pada satu waktu/tidak melihat hubungan antar variabel berdasarkan perjalanan waktu (Notoatmodjo, 2010) Penelitian ini dilaksanakan di UPK Puskesmas Purnama pada tanggal 15-18 Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di poli umum UPK Puskesmas Purnama bulan November 2014 sebanyak 185 orang. Teknik pengambilan sample menggunakan purposive sampling dengan jumlah 65 orang. Kriteria sample Klien yang datang berobat jalan di poli umum UPK Puskesmas Purnama, Berusia 30 tahun Dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi responden, tidak mendapatkan tindakan darurat di Poli Umum Data penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kejadian hipertensi (tekanan daah), identitas responden, pola makan dan gaya hidup. Data sekunder meliputi gambaran umum Puskesmas. HASIL Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1. Karakteristik responden.variabel n % Jenis Kelamin Laki-laki 20 30,8 Perempuan 45 69,2 Tingkat Pendidikan PT 8 12,3 24 67,9 Tamat SD 9 13,8 Tamat SMP 12 18,5 Tamat SMA 12 18,5 Tidak Tamat SD Total 65 100 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden penelitian berusia 30-54 th yaitu 36 orang (55,3%) dengan tingkat pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah tamat SD yaitu 24 orang (67,9%). Berdasarkan jenis kelamin responden paling banyak yaitu perempuan 45 orang (69,2%). Hasil Analisis Univariat Tabel 2. Distribusi frekuensi menurut variabel variabel n % Kejadian Hipertensi Hipertensi 30 46,2 Tidak hipertensi 35 53,8 Pola makan Baik 44 67,7 Kurang baik 21 32,3 Gaya hidup Gaya hidup sehat 41 63,1 Gaya hidup tidak sehat 24 36,9 Total 65 100 Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari 65 responden terdapat 30 orang (46,2%) menderita hipertensi, 21 orang (32,3%) memiliki pola makan kurang baik dan 24 orang (36,9%) memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Hasil Analisis Bivariat Tabel 3. Distribusi responden menurut kejadian hipertensi dengan variabel yang diteliti pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama Kejadian hipertensi Variabel Hipertensi Tidak Total hipertensi n % n % n % Pola makan Baik 14 35 26 65 40 100 Kurang 16 64 9 36 25 100 Total 30 46,2 35 53,8 65 100 Gaya hidup sehat 15 36,6 26 63,4 41 100 tidak 100 15 62,5 9 37,5 24 sehat Total 30 46,2 35 57 53,8 100 24

Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1 Oktober 2015 Apriai, E Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa proporsi pasien rawat jalan yang tidak mengalami hipertensi lebih besar memiliki pola makan baik yakni sebanyak 26 responden (65,0%), sedangkan pasien rawat jalan yang mengalami hipertensi lebih besar memiliki pola makan yang kurang baik yakni sebanyak 16 responden (64,0%).. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,043 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. Proporsi pasien rawat jalan yang tidak mengalami hipertensi lebih besar memiliki gaya hidup sehat yakni sebanyak 26 responden (63,4%), sedangkan pasien rawat jalan yang mengalami hipertensi lebih besar memiliki gaya hidup tidak sehat yakni sebanyak 15 responden (62,5%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,078 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. PEMBAHASAN Kejadian Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah sistolik dan/atau diastolic. Tekanan darah sistole menunjukkan besarnya tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastole menunjukkan besarnya tekanan pembuluh darah pada saat jantung rileks. Hal yang mempengaruhi tekanan darah seseorang adalah aktivitas keseharian yang dilakukannnya, pola makan, gaya hidup, lingkungan dan faktor psikologis seseorang. Tekanan darah akan mengalami peningkatan saat melakukan aktivitas dan akan menurun saat beristirahat, tekanan darah umunnya akan naik atau tinggi pada pagi hari dan menurun atau rendah pada saat tidur malam hari. Dalam penelitian ini kejadian hipertensi dikelompokkan menjadi dua yaitu responden tidak hipertensi jika tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmhg dan/atau diastolik kurang dari 90 mmhg, sedangkan responden hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmhg dan/atau diastolik 90 mmhg. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin, dimana berdasarkan umur responden paling banyak ditemukan berusia 44-54 tahun dan berdasarkan jenis kelamin responden paling banyak berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan teori dimana hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia diatas 30 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun atau setelah masa menopouse. Laki-laki cenderung terserang hipertensi dibandingkan dengan perempuan penyebabnya adalah dikarenakan laki-laki lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stres, kelelahan dan makan yang tidak terkontrol. Namun pada perempuan biasanya akan mengalami peningkatan resiko terkena hipertensi setelah masa menopouse sekitar 45 tahun (Purwati,2004). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial sebagai bagian yang mempengaruhi kebutuhan makan manusia (Almatsier, 2002). Berdasarkan analisa data mengenai konsumsi sayur dan buah, lebih banyak responden yang telah mengkonsumsi sayur dan buah dengan baik yakni 49 responden (75,4%) dari 65 responden. 25

Menurut asumsi peneliti, sayur dan buah sangat mudah didapat didaerah sekitar tempat tinggal responden sehingga responden tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan sayur dan buah sehari-harinya. Maka dari itu tingkat konsumsi sayur dan buah cukup baik dikalangan responden penelitian. Namun, untuk porsi masih dirasa kurang dikarenakan dari hasil wawancara kepada responden rata-rata responden hanya memakan kurang lebih ½ porsi dari sayur tersebut untuk setiap kali makan. Hal ini berarti dalam sehari untuk 3x makan mereka hanya mengkonsumsi kurang lebih 1½ porsi sayur saja. Padahal menurut WHO, konsumsi sayur dalam sehari minimal 3 porsi. Rutin mengkonsumsi sayur dan buah menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya hipertensi, terutama sayur dan buah yang mengandung kalium, dan serat yang tinggi. Keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler akan mempengaruhi tekanan darah. Maka dari itu sayur dan buah yang tinggi akan kalium dapat mempengaruhi kesimbangan cairan di dalam sel yang berpengaruh pada tekanan darah. Kandungan serat yang tinggi juga dapat menurunkan tekanan darah. Maka dari itu, penderita hipertensi sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin yakni 2-3x dalam sehari untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah. Dari hasil analisa data konsumsi makanan beresiko, lebih banyak responden yang telah mulai membatasi mengkonsumsi makanan beresiko tersebut yakni sebanyak 44 responden (67,7%) dari 65 responden. Makanan beresiko disini terdiri dari makanan asin, makanan manis, makanan berlemak, makanan sumber natrium dan minuman berkafein. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan rata-rata responden sudah berusia lanjut sehingga mereka telah membatasi diri untuk mengkonsumsi makanan beresiko tersebut sehingga timbul rasa takut terhadap penyakit yang akan muncul seperti stroke, asam urat, jantung, dll. Makanan beresiko yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah makanan sumber lemak dan sumber natrium. Responden yang mengalami hipertensi sangat sering mengkonsumsi makanan berlemak dan sumber natrium, rata-rata responden mengkonsumsi makanan berlemak dan sumber natrium hampir setiap hari atau > 1x sehari. Konsumsi makanan yang tinggi akan natrium dapat mengecilkan diameter arteri, menyebabkan jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah melalui ruang yang semakin sempit sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya terjadi hipertensi. Hasil analisa bivariat menggunakan program komputer didapatlah bahwa proporsi pasien rawat jalan yang tidak hipertensi lebih besar memiliki pola makan baik yakni 26 responden (65%) sedangkan pasien rawat jalan yang hipertensi lebih besar memiliki pola makan kurang baik yakni 16 responden (64%). Setelah dilakukan uji statistik chisquare diperoleh nilai p=0,043 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. Menurut asumsi peneliti, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin baik pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya hipertensi semakin rendah begitupun sebaliknya jika semakin kurang pola makan seseorang maka peluang terjadinya hipertensi cukup besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herda Andryani Lidya, 2009 yang berjudul studi prevalensi dan determinan hipertensi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 dimana terdapat 26

Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1 Oktober 2015 Apriai, E hubungan antara diet (pola makan) dengan hipertensi untuk pola konsumsi buah-buahan segar serta sayur-sayuran segar Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktorfaktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu gaya hidup seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika suka merokok dan minum minuman keras, tentu saja bukan pola hidup sehat Proporsi pasien rawat jalan yang tidak hipertensi lebih besar memiliki gaya hidup sehat yakni sebanyak 26 responden (63,4%), sedangkan pasien rawat jalan yang mengalami hipertensi lebih besar memiliki gaya hidup tidak sehat sebanyak 15 responden (62,5%). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,078 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di UPK Puskesmas Purnama. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atikah,S.Si., M.Kes yang berjudul Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada masyarakat usia 40-70 tahun di Dusun Sempol Desa Ardimulyo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang tahun 2009 dimana tidak ada hubungan bermakna antara gaya hidup sehat dengan kejadian hipertensi. Dimana dalam penelitian ini mengatakan bahwa gaya hidup sehat seperti olahraga teratur dapat mengurangi beberapa faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner termasuk hipertensi. KESIMPULAN SAN SARAN Kesimpulan 1. Kejadian hipertensi di UPK Puskesmas Purnama yakni dari 65 responden terdapat 30 orang menderita hipertensi (46,2%) dan 35 orang tidak menderita hipertensi (53,8%). 2. Pola makan mengenai konsumsi sayur dan buah serta makanan beresiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi di UPK Puskesmas Purnama yakni dari 65 responden terdapat 40 orang memiliki pola makan yang baik (61,5%) dan 25 orang diantaranya masih berpola makan kurang baik (38,5%). 3. Gaya hidup dari 65 responden di UPK Puskesmas Purnama yakni 41 orang dengan gaya hidup sehat (63,1%) dan 24 orang masih memiliki gaya hidup tidak sehat (36,9%). Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Saran Perlu dilakukan penyuluhan dan konseling sebagai langkah mencegah terjadinya hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2009). http://doktermedis.blogspot.com : diakses tanggal 24 November 2014 pukul 21.00 Atikah, S.Si.,M.Kes (2009). Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Usia 40-70 Tahun Di Dusun Sempol Desa Ardimulyo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Universitas Airlangga. Dinas Kesehatan Kota Pontianak (2013). Profil UPK Puskesmas Purnama. Pontianak : Dinas Kesehatan Kota Pontianak Kemenkes, RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang Lidya, Herda Andryani. (2009). Studi Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Provinsi Kepulauan 27

Bangka Belitung Tahun 2007. Universitas Indonesia Marsiliana, Ema. (2012). Hubungan Status Gizi, Pengetahuan Gizi dan Perilaku Makan Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. SOEDARSO Pontianak. Poltekkes Kemenkes Pontianak. Pontianak : Poltekkes Kemenkes Pontianak Maryati. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi di Desa Bakarejo Wilayah Kerja Puskesmas Guntur Kabupaten Demak. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Masud, Ibnu. (1996). Dasar-Dasar Fisiologis Kardiovaskuler. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta O Callaghan, Chris. (2007). At e Glance Sistem Ginjal. Edisi kedua. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama Pratiwi, M.Si. (2009). Kesehatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Oryza Purwati, Susi, dkk. (2004). Buku Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT. Penebar Swadaya Supariasa, I Dewa Nyoman. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Tara, E. & Soetrisno, E. (2004). Buku Pintar Terapi Hipertensi. Jakarta : Restu Agung & Taramedia 28

Jurnal Ilmu Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1 Oktober 2015 Syarah, S 29