BAB 4 ANALISA PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO


BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT SUSTAINABLE ARCHITECTURE. Disusun Oleh : Nama : Neti Nim :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Transkripsi:

BAB 4 ANALISA PERANCANGAN 4.1 Aspek Manusia 4.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan & Aktivitas Pelaku kegiatan yang berada di area tapak terbagi menjadi dua terkait dengan fungsi bangunan yang berbeda. Pelaku kegiatan di area rusun antara lain: Penghuni masyarakat menengah bawah khususnya para pedagang yang berjualan di pasar setempat ataupun masyarakat di lingkungan sekitar baik yang belum ataupun sudah berkeluarga. Pengelola pihak yang mengurus kegiatan administrasi, pengelolaan rumah susun, tata tertib, dan hal-hal yang berhubungan dengan fisik dan lingkungan rumah susun. Pengunjung tamu yang datang berkunjung baik kepada pihak penghuni ataupun pihak pengelola. Pelaku kegiatan di area pasar antara lain: Pedagang mereka yang berasal dari pasar setempat, sebisa mungkin merupakan penghuni rumah susun, serta tergolong masyarakat menengah bawah. Tugas Akhir 53

Pembeli meliputi sesama penghuni rumah susun itu sendiri, pengelola, serta pembeli dari luar yakni masyarakat sekitar yang memenuhi kebutuhan hariannya dengan berbelanja di pasar. Pengelola pihak yang sama dengan pengelola rusun, namun dalam hal ini secara khusus mengelola kegiatan dan tata tertib di dalam pasar. Mengingat konsep bangunan yang multi fungsi (Rusun dan Pasar), maka aktivitas pemakaiannya pun berbeda satu dengan yang lain. Berikut ini Tabel Aktivitas Pemakaian Bangunan untuk Rusun. Tabel 5. Analisa kegiatan pemakai bangunan rusun Pelaku Jenis Kegiatan Aktivitas Kebutuhan Ruang Bercengkrama R. Tamu / Keluarga Bersantai (nonton TV, R. Keluarga membaca buku, dll) Utama Makan R. Makan Memasak Dapur / R. Makan Mencuci-jemur R. Cuci-Jemur Penghuni Mandi-Buang air WC (Toilet) Tidur R. Tidur Menerima tamu R. Tamu / Teras Bersosialisasi R. Komunal Penunjang Bermain R. Bermain Berolahraga Lapangan, Aula Ibadah Mesjid, Gereja Pusat informasi Hall / Lobby Pengelola Utama Mengelola rusun R. Pengelola Mengelola administrasi R. Administrasi Mengelola keamanan Pos Jaga / Security Tugas Akhir 54

Pengelola - Penghuni Penunjang Service Menerima tamu Makan Sanitasi Rapat Berolahraga Ibadah Penyediaan air bersih Pengelolaan air Pengelolaan listrik Pembuangan sampah R. Tamu Pantry / R. Makan WC (Toilet) R. Rapat Lapangan, Aula Mushola, Gereja Reservoir, R. Pompa Penampungan Air R. Panel, R. Genset Penampungan Sampah Berikut ini Tabel Aktivitas Pemakaian Bangunan untuk Pasar (Tabel 6.) Pelaku Jenis Kegiatan Aktivitas Kebutuhan Ruang Display Barang Kios / Lapak Pedagang Utama Stock Barang Gudang (Basah- Kering), Freezer Terima Barang Loading Dock Pembeli Utama Transaksi Jual-Beli Kios / Lapak Pedagang- Pembeli Pengelola Pengelola Penunjang Kegiatan Sanitasi WC (Toilet) Utama Penunjang Servis Pusat informasi Mengelola pasar Mengelola administrasi Mengelola keamanan Mengelola kebersihan Menerima tamu Makan Sanitasi Ibadah Penyediaan air bersih Pengelolaan air Pengelolaan listrik Pembuangan sampah Hall / Lobby R. Pengelola R. Administrasi Pos Jaga / Security R. Janitor R. Tamu Pantry / R, Makan WC (Toilet) Mushola, Gereja Reservoir, R. Pompa Penampungan Air R. Panel, R. Genset Penampungan Sampah Tugas Akhir 55

4.1.2 Analisa Daya Tampung Berdasarkan ketentuan dari proyek setempat, direncanakan dibangun rusun dengan jumlah unit hunian minimal 225 unit yang diharapkan dapat menampung masyarakat golongan menengah ke bawah baik yang telah berkeluarga maupun belum. Berikut adalah persentase jumlah unit berdasarkan studi banding dari rusun yang ada : Rumah Susun Jenis unit Jumlah Lapis Kapasitas Jumlah Unit Tanah Abang Family (36 m²) 4 Lt. 4 orang 512 Kemayoran 5 Lt. Family (42 m²) (Conver 1+2) (4 Lt. Hunian) 4 orang 256 Studio (21 m²) 2 orang 368 Kebon Kacang Family (36 m² ) 4 orang 14 4 Lt. Family (42 m²) 4 orang 152 Family (51 m²) 6 orang 66 Benhil Single (21 m²) 10 Lt. 2 orang 614 Tabel 4. Jumlah unit rumah susun 700 600 500 400 300 200 100 0 Tanah Abang Kemayoran Kbn. Kacang Benhill 2 type 21 type 36 type 42 type 51 Gambar 18. Diagram persentase tipe rusun Tugas Akhir 56

Berdasarkan perbandingan pada 4 rusun yang di survey maka dapat disimpulkan bahwa unit hunian yang paling banyak diminati adalah hunian dengan tipe 21 dan 36. Hal ini tampak dalam persentase hunian pada masing-masing rumah susun. Untuk itu direncanakan bahwa tipe hunian yang akan digunakan untuk rusun dibagi menjadi dua unit yaitu tipe Studio dan Family. Karena rusun sebagian besar diperuntukkan bagi pemilik pasar dan golongan menengah bawah, maka persentase perbandingan unit adalah: Tipe Studio (1-2 orang) = 30% = 30/100 x 240 unit = 72 unit Tipe Family (3-4 orang) = 70% = 70/100 x 240 unit = 168 unit Perkiraan ini dibuat dengan pertimbangan kelas sosial masyarakat menengah bawah, yang umumnya berkeluarga di usia muda. Adapun para pemilik lapak umumnya sudah berkeluarga. Mereka yang belum berkeluarga, umumnya lebih memilih untuk tinggal bersama saudara atau teman, untuk menekan biaya sewa. Karena itu, tipe rusun yang dapat menampung banyak orang dinilai lebih efektif. Selain itu dari hasil survey juga didapati bahwa mayoritas jenis rusun yang ada, terdiri atas rusun tipe Family. Tugas Akhir 57

Adapun rusun diperuntukkan bagi pengguna pasar maupun orang luar. Berdasarkan hal tersebut diperkirakan : Jumlah unit pasar : Lapak = 350 unit : Kios = 350 Unit Jumlah unit rusun : Single = 72 unit : Family = 168 unit Diasumsikan bahwa 60% dari jumlah unit rusun akan diperuntukkan bagi penjual pasar (kios atau lapak) sehingga: 60/100 x 240 unit = 144 unit 240 unit 144 unit = 96 unit. Maka, penghuni rusun dari kalangan luar mencapai 96 unit, dengan total daya tampung sebesar: (72 x 2 orang) + (168 x 4 orang) = 816 orang 4.1.3 Analisa Penerapan Tema Keberhasilan penerapan konsep hemat energi dalam perancangan rumah susun dan pasar bergantung pada manusia sebagai pengguna bangunan. Untuk itu dibutuhkan suatu penerapan yang sifatnya familiar bagi penghuni, dengan mempertimbangkan kelas sosial (menegah-bawah) serta tingkat edukasi mereka dalam hal kesiapan mereka menggunakan teknologi. Tugas Akhir 58

Alternatif perancangan hemat energi yang bisa diterapkan adalah perancangan pasif dan perancangan aktif. Bertolak dari hasil survey sosialmanusia (Bab 2), maka penghematan energi sebaiknya diarahkan pada usaha yang sifatnya yang mudah dalam pembuatan dan perawatannya (Low Cost Maintenance) serta mudah dioperasikan (Easy to Use). Untuk itu perancangan pasif bisa dijadikan pilihan, yakni dengan memaksimalkan fungsi ruang, pemanfaatan tenaga alami untuk pencahayaan dan pengudaraan, serta penggunaan teknologi yang sifatnya pasif (penghuni hanya sebagai pengguna, namun pengoperasiannya serta perawatan ditangani oleh pengelola). 4.2 Aspek Tapak dan Lingkungan 4.2.1 Analisa Kegiatan Lingkungan Lingkungan sekitar tapak dapat mempengaruhi tapak dalam hal: Karakter masyarakat di sekitar tapak Berhubungan dengan tipe masyarakat yang berdiam di sekitar tapak, apakah perumah-tangga, pekerja kantoran, buruh, dsbnya. Karakter masyarakat berpengaruh terhadap potensi penggunaan tapak. Karakter bangunan di sekitar tapak Berhubungan dengan bentuk dan peruntukan massa yang ada di sekitar lingkungan tapak. Bentuk-bentuk ini akan mempengaruhi Tugas Akhir 59

bentuk massa yang ada di tapak, apakah ingin ditonjolkan atau disejajarkan. Fungsi bangunan juga akan memberi karakter sendiri pada façade bangunan, misalnya bangunan kantor atau ruko akan berbeda dengan bangunan toko atau rumah tinggal. Gambar 19. Lokasi tapak dan area sekitar Dari hasil analisa di lapangan, didapati bahwa karakter masyarakat yang ada di sekitar tapak adalah masyarakat pemukiman (rumah tangga) dan pekerja (buruh, pekerja kantoran). Tapak yang difungsikan sebagai pasar tentunya sangat menunjang karakter masyarakat perumah tangga dimana mereka bisa berbelanja kebutuhan pokok harian mereka, sedangkan pekerja bisa memanfaatkan pasar untuk kegiatan kuliner. Dengan konsep pasar modern yang diusung diharapkan mampu menarik kelompok pekerja untuk datang. Karakter bangunan yang didapati di sekitar tapak adalah bangunan pemukiman dan perkantoran, yakni rumah tinggal, rumah-toko, serta ruko bertingkat. Oleh karena itu bangunan yang paling tinggi umumnya terdiri Tugas Akhir 60

atas 3-4 lapis. Dengan demikian, apabila bangunan yang akan berdiri di tapak jumlah lapisnya melebihi 3-4 lapis, bangunan akan tampak menonjol. Foto 23-24: Suasana di sekitar tapak Foto 25-28: Karakter bangunan di sekitar tapak Selain itu dalam radius jarak 1 km dari tapak juga terdapat sarana ibadah seperti masjid, gereja, dan sarana pendukung lainnya seperti sekolah, apotik, dll. Dengan demikian ada kemungkinan di dalam tapak tidak perlu lagi disediakan sarana tersebut, karena sudah tersedia di sekitar tapak. Tugas Akhir 61

Jatuhnya bayangan sebagai elemn peneduh, disiasati dengan pengaturan tinggi floor to floor. Rusun 8 Lt. 4 Lt. Kantor Sekolah Mesjid Pasar Rumah Gambar 20. Tinggi bangunan dan jatuhnya bayangan di sekitar tapak Bangunan rusun yang tinggi menarik perhatian, menguntungkan keberadaan pasar Gambar 21. Perbandingan ketinggian terhadap bangunan di sekitar Bangunan rusun yang direncanakan setinggi 8-10 lantai, tampak mencolok dibandingkan bangunan di sekitarnya yang memiliki ketinggian maksimal 4 lantai (kantor). Hal ini dapat menjadi elemen peneduh bagi bangunan di sekitarnya, dan menarik perhatian demi keuntungan pasar. 4.2.2 Analisa Pencapaian Tapak Untuk menganalisa pencapaian ke tapak, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: Keadaan lalu lintas di sekitar tapak Frekuensi pengunjung menuju tapak Karakter (siapa saja) pengunjung yang menuju tapak Efesiensi dan keamanan pencapaian Tugas Akhir 62

Gambar 21. Jalur kendaraan di lokasi tapak Tapak dikelilingi oleh 3 jalur kendaraan, yang terdiri atas 2 jalan kecil (pemukiman) dan 1 jalan besar (jalur umum). Jalan Tj. Duren 6 hanya memiliki satu lajur dengan 2 arah, Tj. Duren 5 memiliki satu lajur dengan 1 arah, sedangkan Tj. Duren Raya terdiri atas 2 lajur dengan 1 arah. Kondisi lalu lintas di jalan Tj. Duren 6 tergolong sepi, karena hanya digunakan untuk lalu lintas pemukiman dan kendaraan umum (ojek dan bajaj). Jalan ini buntu di ujungnya sehingga frekuensi kendaraan tergolong kecil. Jalan Tj. Duren 5 juga tergolong sepi, namun pada jam-jam tertentu menjadi padat karena kondisi jalan yang dilalui oleh warga yang ingin keluar, serta kendaraan umum yang melayani pengunjung pasar. Jalan ini hanya memiliki satu arah (kendaraan dari jalan Tj. Duren Raya tidak boleh memasuki jalan ini) sehingga kepadatan masih bisa teratasi. Pada jalan Tj. Duren Raya yang merupakan jalan besar, keadaan lalu lintasnya tampak lancar. Pada jam-jam tertentu yang tinggi frekuensi Tugas Akhir 63

kendaraannya (jam sekolah, kerja, pulang kantor), kepadatan kendaraan ditampung oleh 2 lajur jalan yang hanya memiliki satu arah. Dari pengamatan tersebut, maka kepadatan jalan diurut dari yang terpadat sampai terendah yaitu jalan Tj. Duren Raya, jalan Tj. Duren 5, kemudian jalan Tj. Duren 6. Alternatif 1: Mengacu pada peruntukan lahan sebagai pasar, entrance dibuat tepat di jalan utama untuk memudahkan pengguna pasar. Untuk mengatasi kepadatan yang berlebihan, dibuat pula entrance alternatif untuk pasar di sisi jalan Tj. Duren 5 dan 6 yang dekat dengan jalan raya. Jalur masuk penghuni rusun dipisahkan di sisi belakang tapak, agar lebih terkesan privat. IN IN IN OUT OUT OUT Gambar 22. Pencapaian tapak alternatif 1 Tugas Akhir 64

Alternatif 2: Mengacu pada peruntukan lahan yakni sebagai rusun dan pasar, maka pencapaian ke tapak sebaiknya tidak dibuat di jalan Tj. Duren Raya karena merupakan akses jalan utama sehingga rawan kemacetan. Namun karena adanya pasar, maka sebisa mungkin pintu masuk utama diletakkan di jalan Tj. Duren 5 dan Tj. Duren 6 yang relatif sepi, namun dengan posisi yang tidak jauh dari jalan utama. Pencapaian semacam ini sudah digunakan di lokasi, dan terbukti tidak terjadi kemacetan khususnya di jalan Tj. Duren Raya. Karena tidak ada entrance, maka tidak terdapat antrian kendaraan di sepanjang bahu jalan. IN OUT OUT IN Gambar 23. Pencapaian tapak alternative 2 Dengan hasil yang diapat dari analisa di atas, ingin dicapai suatu bentuk pencapaian ke tapak yang tidak mengganggu keadaan lalu lintas di sekitar tapak, sekaligus memberikan kemudahan dalam pencapaian ke tapak. Tugas Akhir 65

4.2.3 Analisa Sirkulasi dalam Tapak Terkait dengan analisa sirkulasi di dalam tapak, berdasarkan survey di lokasi existing, ada beberapa poin yang ingin dicapai yakni: Pemisahan sirkulasi antara kendaraan bermotor dengan manusia Sirkulasi yang bercampur akan membingungkan pejalan kaki, karena lahan mereka digunakan untuk perlintasan kendaraan. Terutama di rumah susun, hal ini mengganggu kenyamanan serta keamanan pejalan kaki khususnya anak-anak. Sistem parkir yang terpisah antara area rusun dengan pasar Mengingat fungsi dan kepentingan yang berbeda, maka area parkir antara rusun dengan pasar juga perlu dipisahkan untuk memudahkan pengaturan parkir. Untuk mencapai hal tersebut maka analisa yang didapat untuk sirkulasi dalam tapak adalah: Alternatif 1 Menggunakan pola sirkulasi mengelilingi bangunan. Kelebihan pola ini adalah lebih aman berdasarkan faktor penanganan terhadap kebakaran karena hampir semua bangunan dapat dicapai kendaraan. Jalur sirkulasi semacam ini juga dapat digunakan untuk memisahkan area rusun dengan pasar. Tugas Akhir 66

Gambar 24. Alternatif sirkulasi tapak 1 Kekurangan pola ini adalah tingginya polusi dari kendaraan seiring dengan meningkatnya laju sirkulasi kendaraan di sekeliling tapak. Namun hal ini dapat diatasi dengan mengatur peletakan jalur hijau, yang akan dibahas dalam Analisa Ruang Luar. Alternatif 2: Gambar 25. Alternatif sirkulasi tapak 2 Jalur sirkulasi kendaraan mengelilingi tapak, yang dapat diakses oleh penghuni pasar ataupun rusun. Namun untuk masuk ke wilayah rusun atau Tugas Akhir 67

pasar, harus menggunakan jalur sirkulasi manusia yang ada di dalam. Dengan demikian jalur sirkulasi manusia tidak dipisahkan antara rusun dengan pasar, hanya diberi pembatas berupa ruang luar atau plaza sehingga persentase pedestrian dan jalur hijau bisa lebih dimaksimalkan demi kenyamanan penghuni. Sehubungan dengan sistem parkir yang digunakan, alternatif yang digunakan adalah parkir dengan sistem pool (terpusat pada sebuah atau beberapa area). Dengan sistem pool, sirkulasi menjadi lebih efisien, sirkulasi pejalan kaki dapat dipisah dari sirkulasi kendaraan, parkir tidak mengganggu kegiatan bangunan, dan bisa mengurangi kebisingan kendaraan di sekitar bangunan. Gambar 26. Sistem parkir pool Adapun peletakan pool parkir nantinya akan dibedakan antara penghuni rusun dengan pasar. Pertimbangan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesemrawutan terkait dengan fungsi bangunan (Rusun-Pasar) yang dapat menganggu kenyamanan penghuni maupun pengunjung pasar. Tugas Akhir 68

Pertimbangan lainnya adalah jumlah parkir yang dibutuhkan oleh pennghuni sifatnya tetap (bisa di-data kepemilikan kendaraan bermotornya). Karena berasal dari golongan menengah bawah, dapat dipastikan pemakaian lahan parkir sebagian besar digunakan untuk sepeda motor. Hal ini akan memaksimalkan perencanaan parkir, sehingga lebih efisien dibandingkan dengan menggabungkan parkir. 4.2.4 Zoning Dalam Tapak Analisa yang digunakan untuk menentukan penzoningan di dalam tapak dilakukan dengan mempertimbangkan hal berikut: Pencapaian ke dalam tapak Menggunakan hasil analisa pencapaian ke tapak, dapat ditentukan titik keluar masuk kendaraan dan manusia sehingga dapat diputuskan penentuan zoning dalam tapak. Sirkulasi di dalam tapak Pola sirkulasi di dalam tapak berpengaruh terhadap efektivitas zoning, terkait dengan hubungan ruang yang ada dalam zoning area. Aktivitas lingkungan sekitar tapak Kegiatan di luar tapak akan berpengaruh terhadap aktivitas di dalam tapak, antara lain: tingkat kebisingan, polusi udara, lalu-lintas kendaraan, kehidupan sosial di sekitar tapak, dll. Tugas Akhir 69

Karakter dalam tapak terkait dengan fungsi bangunan Tapak yang digunakan untuk bangunan multi-fungsi, otomatis memiliki karakter zoning yang berbeda. Selain itu perlu pertimbangan untuk menentukan penzoningan terkait dengan aktifitas yang bisa digabung dan yang harus dipisahkan di dalam tapak. Berikut ini adalah hasil analisa yang dilakukan untuk menentukan zoning tapak berdasarkan data-data yang diambil dari lokasi tapak: Alternatif 1 Public: berada pada area yang cukup bising pada jam tertentu Bising + Polusi Pemukiman Semi Private: derajad kebisingan sudah berkurang, melindungi zona private. Pemukiman 6 Mesjid + Sekolah Public Semi Private Private Pemukiman 9 Perkantoran Servis Pemukiman + Toko 6 Servis: berhubungan dengan ketiga area, dapat diakses langsung oleh kendaraan Private: area yang tenang, aktivitas penghuni tidak terganggu Gambar 27. Alternatif 1 penzoningan tapak Tugas Akhir 70

Kelebihan: Area private berada pada area yang jauh dari kebisingan sehingga tidak mengganggu kegiatan yang terjadi di dalamnya. Servis terhubung langsung dengan area publik, semi publik dan private sehingga efisien. Area publik dan private dihubungkan oleh area semi publik sehingga masing-masing kegiatan tidak terganggu. Kekurangan: Area servis terhubung langsung dengan area private dikhawatirkan dapat mengganggu kegiatan pada area private Alternatif 2 Servis: berhubungan dengan area semi private dan public saja Pemukiman Semi Private: berhubungan dengan ketiga area, melindungi zona private dari public Pemukiman Bising + Polusi Mesjid + Sekolah Servis Semi Private Private Pemukiman Public Perkantoran Public: tidak terlalu bising, terhubung dengan servis dan semi private Pemukiman + Toko Private: area yang tenang, aktivitas penghuni tidak terganggu Tugas Akhir 71

Kelebihan: Area servis pada area bising sehingga tidak mengganggu. Private terpisah dari area luar sehingga lebih terlindung dari bising. Kekurangan: Area servis kurang efektif karena tidak terhubung langsung dengan area private. Area private terlalu dekat dengan area public. 4.2.5 Tata Ruang Publik Ruang publik atau ruang komunal memiliki fungsi penting dalam rumah susun, karena memegang peranan sebagai pusat ineraksi sosial. Khususnya pada rusun yang diperuntukkan bagi pedagang pasar dan golongan menengah bawah, kecenderungan mereka untuk bersosialisasi lebih tinggi. Alih-alih mengurung diri di dalam unit rusun yang tidak seberapa luas, mereka lebih memilih untuk bercengkrama atau berolahraga di luar ruangan, untuk menghabiskan waktu sekaligus sebagai sarana hiburan.bisa didapat dari penataan ruang luar di luar bangunan, maupun dengan penataan ruang di dalam bangunan. Ruang publik dapat berfungsi sebagai pengikat antar kelompok unit hunian, sekaligus memudahkan proses adaptasi penghuni yang terbiasa Tugas Akhir 72

dengan gaya hidup hunian horizontal ke arah hunian vertikal. Adapun alternatif yang bisa dilakukan: Alternatif 1: Memberikan ruang-ruang khusus atau menggunakan ruang imajiner, sebagai tempat untuk berkumpul antar penghuni dalam satu blok atau satu lantai. Dengan demikian, penghuni tidak selalu harus turun ke lantai dasar untuk sekedar bersosialisasi mengingat tinggi bangunan yang mencapai 8-10 lantai. Lebar koridor dan tangga juga dapat diperluas, agar leluasa bagi penghuni untuk mendapatkan ruang komunal. Ruang inajiner sebagai ruang komunal pada koridor Gambar 28. Ruang publik dalam bangunan Alternatif 2: Menggunakan ruang luar sebagai ruang publik. Dari hasil analisa bisa disimpulkan bahwa ada dua jenis elemen ruang luar yang bisa digunakan: Elemen lunak: jalur hijau, pepohonan, dan tanaman Berfungsi sebagai buffer, pengarah pejalan kaki dan kendaraan, sebagai pembatas fisik antar ruang kegiatan yang berlangsung di luar bangunan. Tugas Akhir 73

Elemen keras: jalan (side-walk), area parkir, dan plaza Berfungsi sebagai perkerasan jalan untuk jalur kendaraan, pedestrian, serta lahan parkir. Gambar 29. Ruang publik luar ruangan Mempertimbangkan fungsi dari kedua elemen di-atas, maka dalam perancangan kiranya bisa digabungkan kedua eleman tersebut untuk mendapatkan tata ruang publik yang tidak hanya fungsional, namun juga selaras sehingga memberikan kenyamanan bagi penghuni dalam tapak. 4.2.6 Orientasi Massa Dalam menentukan orientasi massa, analisa akan dikaitkan dengan orientasi matahari, arah angin, potensi view, serta polusi dan kebisingan. Orientasi Matahari Barat Timur Gambar 30. Orientasi matahari pada tapak Tugas Akhir 74

Bentuk tapak memanjang dari arah Barat ke Timur, sehingga arah pergerakan matahari tegak lurus terhadap bangunan. Karena itu orientasi massa bisa disiasati dengan peletakan massa atau dengan buffer. Peletakan Massa 1: Bentuk massa memanjang berorientasi U-S untuk menghindari panas matahari. Sisi bangunan bagian Barat kemudian disiasati dengan buffer untuk meredam panas. U U Gambar 31. Pergerakan matahari pukul 7 pagi dan 12 siang U Gambar 32. Pergerakan matahari pukul 5 sore Dengan peletakan semacam ini, pada pagi hari bangunan mendapatkan secara maksimal cahaya alami yang dibutuhkan, sedangkan ketika sore hari bangunan juga mendapatkan cahaya. Panas yang mengenai bangunan di bagian Barat disiasati dengan penggunaan buffer. Tugas Akhir 75

Peletakan Massa 2: Bentuk massa memanjang berorientasi Timur Laut-Barat Daya. Sinar matahari jatuhnya tidak tegak lurus terhadap bangunan. Bagian Barat dapat disiasati dengan peletakan ruang service. U U Gambar 33. Pergerakan matahari pukul 7 pagi dan 12 siang Gambar 34. Pergerakan matahari pukul 5 sore Dengan peletakan semacam ini, bangunan mendapatkan cahaya pagi yang dibutuhkan. Namun bangunan di sisi Timur kurang mendapat cahaya, sehingga baik digunakan untuk area non-hunian. Peletakan semacam ini juga memakan lahan yang besar, agar tidak tercipta lorong diantara dua bangunan tinggi. Tugas Akhir 76

Arah Angin Alternatif 1: Berdasarkan lokasi tapak, peletakan bangunan semacam ini agak kurang menguntungkan walaupun udara masih dapat mengalir, namun ada sebagian area yang terhalang oleh bangunan. Pemukima Pemukima Mesjid + P e m u k i m a n Perkantora Pemukiman + Toko Gambar 35. Pergerakan angin dari Timur-Barat (musim kemarau) Alternatif 2: Berdasarkan lokasi tapak, peletakan bangunan semacam ini menguntungkan karena udara dapat mengalir sehingga memungkinkan pergerakan udara alami. U Pemukiman Pemukiman Mesjid + Sekolah P e m u k i m a n Perkantoran Pemukiman + Toko Gambar 36. Alternatif orientasi massa terhadap angin Tugas Akhir 77

Polusi dan Kebisingan Kebisingan di daerah ini terjadi pada jam-jam sibuk, mengingat lokasi tapak yang dilalui oleh jalan besar. Adapun lokasi tapak dekat dengan pemukiman penduduk, universitas, pertokoan dan perkantoran, juga menjadi rute kendaraan umum seperti Bus Kopaja dan Mikrolet. Dengan kondisi semacam itu, maka potensi polusi dan kebisingan menjadi besar, khususnya pada jam-jam tertentu: Pagi Hari: waktu berangkat sekolah dan kerja (Pk. 08.00 Pk 10.00) Sore Hari: waktu pulang kantor (Pk. 16.00 Pk 18.00) Di luar jam tersebut, kondisi jalan tergolong lenggang sehingga bisa Jalan Pemukiman dilalui dengan mudah sehingga area tersebut cocok digunakan sebagai area servis, misalnya untuk lokasi pasar. Dengan begitu keberadaan pasar juga akan segera disadari oleh warga sekitar, sehingga bisa menarik pengunjung. Pemukiman Pemukiman Akses utama kendaraan Mesjid + Sekolah Jalan Raya Ramai pada jam tertentu Perkantoran Massa dengan fungsi servis atau publik Massa dengan sisi tanpa bukaan Buffer Pemukiman + Toko P e m u k i m a n Jalan Pemukiman (Jalan raya Altenatif) Gambar 37. Analisa polusi dan kebisingan Tugas Akhir 78

Potensi View Daerah di sekitar tapak merupakan daerah pemukiman dan pertokoan, sehingga view yang ada adalah deretan rumah penduduk ataupun ruko. Di lahan eksisting memang terdapat pohon-pohon yang ditanam di badan jalan, namun hal itu lebih mengarah pada potensi buffer dibandingkan view. Oleh karena itu, dalam perancangan ini kiranya perlu dibuat suatu potensi view yang mampu mengarahkan sekaligus menjadi daya tarik bagi penghuni rusun maupun pengunjung pasar. Penambahan plaza maupun area hijau terbuka bisa menjadi alternatif. -Potensi View- Orientasi ke Dalam Gambar 38. Analisa potensi view pada tapak 4.2.7 Gubahan Massa Pemilihan massa bangunan dapat dibedakan menjadi dua alternatif, yaitu Massa Tunggal dan Massa Majemuk. Berikut ini adalah analisis mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif tersebut. Tugas Akhir 79

Massa Tunggal Bangunan terdiri atas satu massa tunggal yang menampung seluruh kegiatan di dalamnya. Sebuah massa mewakili bermacam kelompok kegiatan. Kelebihan: Kompak secara keseluruhan. Mudah pengawasan dari segi keamanan. Kebutuhan luas tanah kecil. Pencapaian menjadi lebih mudah dan dinamis. Sifat bangunan terpusat, orientasi bangunan cenderung kedalam. Kekurangan: Sirkulasi yang dihasilkan kurang dinamis. Kadang muncul masalah dalam perancangan bentuk bangunan Untuk bangunan multi fungsi perlu dipikirkan masalah struktur Massa Majemuk Terdiri atas beberapa massa, sehingga terjadi pemisahan kegiatan di dalamnya. Setiap massa mewakili kelompok kegiatan tertentu. Kelebihan: Mudah untuk dikembangkan. Sirkulasi yang dihasilkan dinamis. Sifat bangunan menyebar dan terpusat pada satu titik aktivitas, orientasi bangunan cenderung kedalam. Tugas Akhir 80

Terjadi pemisahan ruang sehingga kelompok ruang yang mengganggu dan ruang private tidak berada dalam 1 massa. Kekurangan: Luas lahan yang digunakan dalam tapak relatif besar. Relatif lebih sulit dalam pengawasan karena luasan serta keragamannya. Komposisi massa kadang kurang kompak. Berdasarkan pertimbangan di atas, tampaknya dalam perancangan kali ini akan diutamakan bentuk gubahan massa yang mengarah pada massa majemuk. Hal ini dikarenakan fungsi bangunan yang multi-fungsi, juga mempertimbangkan adanya pengelompokan aktivitas di dalam tapak, sehingga bentuk massa akan lebih mudah dikembangkan. Namun mengingat lahan yang terbatas, maka perlu dipertimbangkan penggunaan massa tunggal agar bangunan dapat menampung luasan kebutuhan. 4.3 Aspek Bangunan 4.3.1 Pencapaian ke Bangunan Sistem pencapaian ke bangunan, yakni pencapaian yang dilakukan oleh manusia menuju suatu bangunan, alternatif yang dapat digunakan: Pencapaian langsung Tugas Akhir 81

Pencapaian semacam ini mengarah langsung pada entrance bangunan. Pengunjung diarahkan pada entrance utama. Tujuan pencapaian jelas yaitu mengarah pada keseluruhan tapak bangunan atau entrance utama bangunan. Pencapaian tidak langsung Pencapaian semacam ini tidak mengarah langsung pada entrance bangunan, melainkan membimbing pengunjung untuk melihat perspektif bangunan. Hal ini dapat menambah efek perspektif pada tampak muka bangunan dan bentuk bangunan. Pencapaian tidak langsung cocok untuk bangunan yang bersifat estetik, sedangkan pencapaian langsung cocok untuk bangunan yang bersifat fungsional. 4.3.2 Sirkulasi dalam Bangunan Sirkulasi di dalam bangunan dapat terbagi menjadi sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Penghubung horizontal berupa koridor, terbagi menjadi dua jenis yakni: Tipe singe-loaded MASSA 1 MASSA 2 Tugas Akhir 82

Keuntungan: Karakteristik bangunan menjadi langsing, sehingga mudah dikembangkan. Cocok digunakan pada tapak karena kondisi tapak yang tidak terlalu luas, namun menggunakan banyak massa. Memaksimalkan cross ventilation dan pemanfaatan cahaya Tipe double loaded Lebih banyak unit PASAR RUSUN Sisa space lebih besar Keuntungan: Memuat banyak unit sedangkan space yang digunakan lebih sedikit sehingga lahan dapat digunakan secara optimal Efektif dalam pencapaian Sedangkan untuk sirkulasi vertikal alternatifnya dapat menggunakan tangga, eskalator, lift, dan ramp. Apabila bangunan mencapai ketingian 8 lantai lebih, maka dibutuhkan lift atau eskalator sebagai alat sirkulasi vertical. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing: Tugas Akhir 83

Tabel 7. Analisa sirkulasi vertical pada bangunan Vertikal Kelebihan Kekurangan Tangga Eskalator Lift Ramp Hemat energi karena tidak membutuhkan alat penggerak. Nyaman dalam penggunaan dan dapat dipakai siapa saja (termasuk orang cacat). Nyaman dan cepat serta mampu mengangkut sekaligus dalam jumlah banyak. Dapat digunakan oleh orang cacat. Tidak terlalu nyaman karena menimbulkan keletihan pada pengguna. Tidak dapat digunakan oleh orang cacat. Memerlukan energi dalam pengoperasiannya. Waktu tempuh relatif lebih lama dibandingkan dengan lift. Membutuhkan energi yang besar dalam pengoperasian serta perawatan. Kurang nyaman karena dapat Hemat energi dan dapat menimbulkan keletihan dalam digunakan siapa saja. penggunaannya. Merujuk pada konsep proyek, alat sirkulasi berupa tangga dan ramp dapat menjadi pilihan utama, sedangkan lift digunakan sebagai transportasi alternative (pendukung) mengingat tinggi bangunan yang lebih dari 8 lantai. 4.3.3 Zoning dalam Bangunan Penentuan zoning dalam tapak dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi. Tugas Akhir 84

Berdasarkan hal diatas maka zoning dalam bangunan dapat dibagi: Fungsi Bangunan Rusun Pasar Zoning Jenis Ruang Publik Kantor pengelola (hall penerima, ruang administrasi, ruang tunggu) Semi Publik Ruang serbaguna Private Unit hunian Service Pantry, ruang cuci+jemur, toilet umum, janitor, gudang Publik Kios, kantor pengelola, hall penerima Semi Publik Ruang rapat, ruang administrasi, ruang pemasaran Private Ruang pimpinan Service Pantry, gudang, toilet umum Tabel 8. Pembagian zoning pada bangunan Adapun alternatif yang muncul dari penzoningan di atas, antara lain: Service Private Service Semi Public Public Gambar 41-42: Pola penzoningan horizontal dan vertical pada Rusun Pasar: Alternatif 1: Kios Kering Basah Lt. 3 efektif kah? Peminatnya kurang Menampung lebih banyak unit Tugas Akhir 85

Alternatif 2: Basah Kios Kering Skylight Bentang lebar, menguntungkan dari segi struktur Unit lebih sedikit Penzoningan horizontal: Service Public Semi Public Private 4.3.4 Program Ruang Kebutuhan ruang serta luasan ruang termasuk dalam analisa program ruang, yang dapat dianalisa berdasarkan kegiatan dari pelaku. Kebutuhan ruang didasarkan pada kelas penghuni (status sosial dan ekonomi), yakni pedagang pasar dan masyarakat menengah bawah (berpenghasilan antara Rp. 3.500.000 Rp 4.500.000/bulan). Rusun ini diharapkan memiliki setidaknya 225 unit hunian, dengan asumsi penghuni berasal dari pedagang pasar dan sebagian lainya dari pendatang luar (bukan pedagang pasar). Berikut ini adalah tabel perkiraan kebutuhan dan besaran ruang (Tabel 9.), yang dirangkum dari hasil studi banding maupun standarisasi (Time Saver) Tugas Akhir 86

Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas R U S U N Unit Single 21 m² 23 unit 23 x 21 m² 552 m² Unit Family 36 m² 227 unit 227 x 36 m² 7172 m² Kantor Pengelola: Hall Penerima 0,65 m²/org 6 org 6 x 0,65 m² 4 m² R. Tunggu 2-3 m²/org 4 org 4 x 2 m² 8 m² R. Administrasi 6-8 m²/org 3 org 3 x 8 m² 24 m² R. Istirahat 4 m²/org 1 org 1 x 4 m² 4 m² Pantry 4 m² - 2 m x 2 m 4 m² Kamar Mandi 3,2 m² - 2,2 m x 1,5 m 3 m² Ruang Peralatan 16 m² 4 unit 4 x 16 m² 64 m² Service Janitor 9 m² 2 unit 2 x 9 m² 18 m² Ruang ME 18 m² 4 unit 4 x 18 m² 72 m² Toilet 5 m² 4 org 4 x 5 m² 20 m² Gudang 12 m² - 4 m x 3 m 12 m² Sirkulasi 20 % 2.067 m² Total Luas Rusun 16. 395 m² P A S A R Kios 9 m² 350 unit 350 x 9 m² 3.150 m² Lapak 4 m² 350 unit 350 x 4 m² 1.400 m² Ruang Pengelola : Ruang Pimpinan 6-8 m²/org 1 org 8 m² x 1 8 m² Tugas Akhir 87

Ruang wakil 6-8 m²/org 2 org 8 m² x 2 16 m² Ruang rapat 2-3m²/org 6 org 2 m² x 6 12 m² R. Administrasi 6-8 m²/org 3 org 8 m² x 3 24 m² Ruang pemasaran 6-8 m²/org 1 org 8 m² x 1 8 m² Ruang tunggu 2-3 m²/org 4 org 3 m² x 4 12 m² Pantry 4 m² - 2 m x 2m 4 m² Gudang 4 m² - 2 m x 2 m 4 m² Toilet pria 2.5 m²/org 1 org 2.5 m x 1 2.5 m Toilet wanita 2.5 m²/org 1 org 2.5 m x 1 2.5 m Hall Penerima 0,65 m² 20 org 20 x 0,65 m² 13 m² Toilet Pria 2,5 m² 8 org 8 x 2,5 m² 20 m² Toilet Wanita 2,5 m² 8 org 8 x 2,5 m² 20 m² Sirkulasi 20 % 871 m² Total Luas Pasar 8.473 m² FASILITAS PENUNJANG Ruang Serbaguna 0,8 m²/org 250 org 250 x 0.8 m² 200 m² Ruang ATM 1 m²/org 10 10 x 1 m² 10 m² Telp Umum 0,6 m² 8 unit 8 x 0, 6 m² 5 m² Total Luas Fasilitas Penunjang 215 m² SERVICE Pos Jaga 6 m²/2 org 5 unit 5 x 12 m² 60 m² Ruang Pompa Air 15 m² 4 unit 4 x 15 m² 60 m² Ruang Bongkar Muat 20,64 m² 8 mobil 8x(8,6 x 2,4) 160 m² Tugas Akhir 88

Ruang Genset 20 m² 4 unit 4 x 20 m² 80 m² Ruang Panel 10 m² 4 unit 4 m x 10 m 40 m² Ruang Sampah 15 m² 4 unit 4 x 15 m² 60 m² Ruang Reservoir 20 m² 8 unit 8 x (4 x 5 m) 160 m² Gudang 6 m² 4 unit 2 m x 3 m 24 m² Total Luas Service 728 m² Sirkulasi 20 % 25.807 5.161 m² Total Luas Bangunan 30.968 m² Dengan KDB yang ditentukan sebesar 80% dari 8900 m² maka luas lahan yang dapat digunakan sebesar 7120 m², sehingga bangunan harus dibuat bertingkat agar sesuai dengan peraturan KDB. Kebutuhan Luas Parkir rusun : Ketentuan parkir : 1 mobil = 10 unit kamar : 5 motor = 10 unit kamar (Sumber : Pergub No. 27/2009 tentang pembangunan rusun sederhana) Jumlah parkir untuk penghuni 240/10 x 1 mobil =24 mobil 240/10 x 5 motor =120 motor Luasan yang dibutuhkan + sirkulasi : 24 mobil x 25 m² = 600 m² 120 motor x 3 m² = 360 m² + 960 m² Tugas Akhir 89

Kebutuhan Luas Parkir pasar : Ketentuan parkir Mobil = 1/100 x total luas bangunan = 1/100 x 5.147 m² = 50 mobil Motor = 1 mobil : 5 motor = 50 x 5 = 250 motor Luasan yang dibutuhkan : 50 mobil x 25 m² = 1.250 m² 250 motor x 3 m² = 750 m² + 2.000 m² Total luas parkiran = (960 m² + 2000 m²) + sirkulasi 20% = 2.960 m² + 592 m² = 3.552 m² 4.3.5 Organisasi Ruang Hubungan antar ruang dapat dianalisa melalui program ruang bentuk bubble diagram. Adapun diagram ini hanya menggambarkan pola hubungan antar ruangan, bukan mewakili bentuk denah yang akan muncul nantinya. Adapun program ruang yang didapat antara lain program ruang makro (keseluruhan), semi-mikro (rusun, pasar), dan mikro (unit hunian, serbaguna, pengelola). Tugas Akhir 90

Program ruang makro Skema 3. Program ruang makro Program ruang rusun Skema 4. Program ruang rusun Program ruang pasar Skema 5. Program ruang pasar Tugas Akhir 91

Program ruang unit hunian Skema 6. Program ruang hunian Program ruang serbaguna Skema 7. Program ruang serbaguna Program ruang pengelola Skema 8. Program ruang pengelola Tugas Akhir 92

4.3.6 Struktur Bangunan Sistem struktur bangunan terbagi menjadi: Sub-Structure: Struktur bagian bawah bangunan yang berfungsi untuk menerima dan menyalurkan beban dari atas ke bawah. Upper Structure : Terdiri dari kolom dan plat lantai yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari bangunan ke pondasi. Pondasi yang akan digunakan untuk sub-structure adalah pondasi tiang pancang dengan pertimbangan bangunan merupakan bangunan bertingkat menengah ( 10 lantai). Untuk struktur dapat digunakan struktur rangka dengan pertimbangan fleksibilitas dalam penataan ruang. Untuk rusun dan pasar perlu dipertimbangkan alternatif struktur rangka yang digunakan, yaitu: Alternatif 1: Menggunakan kolom dan balok dalam struktur rangka. Pada langit terdapat plafon, sistem ini menguntungkan untuk bangunan dengan utilitas tinggi dan rumit karena memudahkan pemindahan dan perbaikan. Tugas Akhir 93

Alternatif 2: Menggunakan slap sebagai pengganti balok, tidak terdapat plafon sehingga ketinggian lantai ke lantai (floor to floor) dapat ditekan. 4.3.7 Utilitas Bangunan Perancangan sistem utilitas bangunan terkait dengan usaha penghematan energy sesuai dengan penerapan konsep dalam proyek. Adapun sistem utilitas yang akan dibahas yakni dari segi pencahayaan, energi listrik, plumbing, dan penanganan sampah. Sistem pencahayaan Sebisa mungkin digunakan pencahayaan alami pada siang hari yang dimaksimalkan dengan penggunaan bukaan-bukaan dan penerapan sistem reflektor untuk memantulkan cahaya yang masuk kedalam ruang. Sedangkan pencahayaan buatan sebisa mungkin hanya digunakan pada malam hari atau pada ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan stabil. Pertimbangan pemanfaatan cahaya alami dapat dilihat dari tabel analisa penggunaan cahaya alami (Tabel 10.): Tugas Akhir 94

No. Jenis ruangan Cahaya alami Cahaya buatan 1. Hall penerima 2. Ruang pengelola 3. Toilet 4. Ruang cuci 5. Dapur / pantry 6. Kamar tidur 7. Ruang belajar 8. Ruang tamu 9. Kios 10. Unit pasar 11. Ruang servis 12. Ruang olah raga Keterangan: =dapat digunakan = tidak diperlukan Sistem Elektrikal Daya listrik yang digunakan berasal dari 2 sumber yaitu PLN dan genset. PLN merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik seharihari didukung dengan penggunaan solar panel dan genset bila terjadi mati listrik dari PLN. Genset (generator set) merupakan sumber listrik cadangan sewaktu sumber aliran PLN terputus. Umumnya disediakan sedikitnya 25 % dari total kapasitas keseluruhan listrik untuk menggerakkan sedikitnya 2 lift, penerangan umum, dan ventilasi mekanis. Skema 9. Sistem instalasi listrik Tugas Akhir 95

Sistem Plumbing Sistem plumbing terdiri dari sistem air bersih dan air kotor. Sistem air bersih diperoleh dari PAM kemudian ditarik oleh pompa dan ditampung ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Skema 10. Sistem air bersih Adapun instalasi air bersih digunakan untuk instalasi toilet, kamar mandi, dan dapur, serta instalasi kebakaran seperti sprinkler dan hydran. Pendistribusian air bersih memakai sistem down feed (gravitasi) sehingga distribusi air tetap berlangsung meski aliran listrik terputus. Skema 11. Sirkulasi air bersih Tugas Akhir 96

Sistem air kotor dibagi menjadi kotoran padat dan kotoran cair. Adapun pengolahan limbah cair ini disesuaikan dengan konsep hemat energy, alternatifnya antara lain: Alternatif 1: Air kotor cair berasal dari air bekas mandi, dapur, dan air hujan. Limbah ini dapat diolah dan dimanfaatkan kembali untuk kloset (grey water) dan menyiram tanaman (air hujan). Skema 12. Pengolahan air kotor Alternatif 2: Air limbah dari rusun, ditampung, kemudian diolah untuk dimanfaatkan kembali untuk kepentingan sanitasi pasar yang membutuhkan air. Air limbah rusun Bak Penampung Bak Reservoir Bioseptic Tank Sanitasi pasar Skema 13. Pengolahan air kotor (2) Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah menggunakan bak penampungan sampah (dibuang pada tiap lantai) secara vertikal, dikumpulkan pada tempat penampungan sementara untuk diangkut ke bak penampungan utama oleh dinas kebersihan setempat menuju tempat pembuangan akhir. Tugas Akhir 97

Dalam pengaplikasiannya, pengelolaan sampah akan dikaitkan dengan prinsip hemat energi. Adapun alternatif yang bisa dilakukan: Alternatif 1: Penerapan prinsip sustainable yaitu reduce (merubah pola hidup konsumtif), re-use (menggunakan kembali bahan-bahan yang potensial menjadi sampah dan bahan refill), dan recycle (mendaur ulang melalui pembuatan kompos, daur ulang, waste to energy dan lain-lain). Berdasarkan hal itu maka akan dilakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya yang nantinya akan membantu dalam proses pengelolaannya di TPS. Alternatif 2: Skema 14. Pengolahan sampah Penerapan prinsip sustainable dengan mengolah limbah organik pasar (sisa sayuran) menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk penghijauan area rusun. Sampah Bak Sampah Penampungan Fermentasi Pengolahan Seleksi sampah Petugas Skema 15. Pengolahan sampah (2) Produk akhir Tugas Akhir 98

4.3.8 Penerapan Tema dalam Bangunan Penerapan tema yakni konsep Hemat Energi dalam bangunan, dapat diterapkan dalam poin-poin sebagai berikut: Pencahayaan Penerapan konsep hemat energi dalam sistem pencahayaan dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut: Meminimalkan penggunaan cahaya buatan, baik dari jumlah, waktu pemakaian, serta kualitas lampu. Contoh: peletakan titik lampu yang efisien, penggunaan lampu TL. Gambar 48. Model lampu TL Memaksimalkan penggunaan cahaya alami, dari segi waktu paparan, intensitas cahaya, dan penempatan bukaan. Contoh: penggunaan lubang angin sebagai sumber cahaya, peletakan ruang yang kondusif dengan sumber cahaya alami, penggunaan skylight. Gambar 49. Pemanfaatan skylight pada bangunan Tugas Akhir 99

Pengudaraan Penerapan konsep hemat energi dalam sistem pengudaraan dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut: Memastikan udara dapat mengalir baik dalam ruangan Hal ini bisa dicapai dengan cara: penggunaan cross ventilation, peletakan ventilasi (lubang udara, bukaan) yang tepat, mengatur tinggi plafon. Gambar 50. Cross ventilation dan bukaan maksimal Menerapkan teknik insulasi untuk menjaga suhu ruangan Hal ini bisa dicapai dengan cara: penggunaan aluminum foil sebagai bahan insulasi atap, pemilihan material atap, dinding, dll. Foto 29. Aluminium foil sebagai insulasi Material Penerapan konsep hemat energi dalam pemilihan material dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut: Tugas Akhir 100

Penggunaan sumber daya alam sebagai bagian material Contoh: menggunakan penghijauan dan elemen air untuk menciptakan iklim mikro dan menyejukkan ruang dalam bangunan. Gambar 51-52: Penghijauan dan kaca film Memilih material yang low-cost energy (ramah lingkungan) Contoh: material alami yang meredam suhu seperti bebatuan alam. Memilih material yang memiliki efek penghematan energi. Contoh: Penggunaan kaca film sebagai bahan pelapis pada elemen bangunan untuk menahan sinar matahari. Utilitas Penerapan konsep hemat energi dalam sistem utilitas dapat dicapai dengan perancangan sistem utilitas yang tepat dan efisien. Contoh penerapannya antara lain terdapat pada analisa utilitas bangunan (4.3.7). Yang terpenting dari sistem utilitas hemat energi adalah bagaimana sistem tersebut mampu mendukung pola penghematan energi dalam lingkungan (tapak dan bangunan). Tugas Akhir 101

Teknologi Penerapan konsep hemat energi dalam penggunaan teknologi dapat dicapai dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang dapat membantu usaha penghematan energi. Usaha penghematan ini bisa dicapai melalui dua cara, yaitu: Penggunaan teknologi yang bersifat hemat energi Misal: penggunaan lampu hemat energy, penggunaan DSF Penggunaan teknologi yang dapat memperbaharui energi. Misal: penggunaan photo-voltaic, generator tenaga air atau angin, dll. Gambar 53. Solar panel dan penampangnya. Tugas Akhir 102