Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan kondisi cahaya berbeda

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

BISAKAH TRANSPLANTASI KARANG PERBAIKI EKOSISTEM TERUMBU KARANG?

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAJU PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora formosa HASIL TRANSPLANSTASI PADA KEDALAMAN BERBEDA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK

PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP TRANSPLANTASI KARANG MASIF

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), Juli 2015 ISSN:

hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

PERTUMBUHAN KARANG Acropora formosa DENGAN TEKNIK TRANSPLANTASI PADA UKURAN FRAGMEN YANG BERBEDA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Fragmentasi Buatan Karang (Caulastrea furcata dan Cynarina lacrimalis) dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN Artemia TERHADAP PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sarcophyton DAN DENSITAS BIOTA ASOSIASI MUHAMMAD BAHRUN ROHADI

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Gambar 11. Pemilihan dan pemotongan bibit karang lunak (Alcyonacea).

Suciadi Catur Nugroho C

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN FRAGMEN TERUMBU KARANG HIAS HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JAKARTA (22/5/2015)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF

3. METODE PENELITIAN

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG (Acropora humilis) HASIL TANSPLANTASI PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

YANG DI TRANSPLANTASI DI PERAIRAN TELUK TEMPURUNG KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

Pertumbuhan fragmen bibit ukuran berbeda dalam pembudidayaan karang hias Acropora formosa

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

KAJIAN TENTANG PELEPASAN POLIP (BAIL-OUT) KARANG LUNAK Sinularia flexibilis SECARA BUATAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pengaruh Perbedaan Ukuran Fragmen dan Metode Transplantasi Terhadap Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis di Teluk Awur, Jepara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

REKRUTMEN DAN KESEHATAN KARANG (Sceleractinia) PADA SUBSTRAT BATU DI PERAIRAN GOSONG PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA NISA NURIL HUDHAYANI

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN SPONS JENIS

APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA KARANG HIAS BAGI NELAYAN PULAU SAMATELLULOMPO KABUPATEN PANGKEP

Lampiran 1. Panduan Kuisioner untuk Internal dan Eksternal Kelembagaan

#LIBURAN HIJAU MY HOLIDAYS SAVE THE WORLD. Oleh syifa

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Apakah terumbu karang?

LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN KARANG JENIS Montipora sp. HASIL TRANSPLANTASI DI GUGUSAN PULAU KARYA, KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

II. BAHAN DAN METODE

STRUKTUR DAN PERTUMBUHAN KARANG REKRUTMEN PADA TERUMBU BUATAN MODUL BETON DI PULAU HARAPAN, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA ARIEF RIZKY

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI AKRESI MINERAL: Sebagai alternatif rehabilitasi untuk ekosistem terumbu karang

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP SPONS Aaptos aaptos dan Petrosia (petrosia) nigricans PADA SISTEM RESIRKULASI SILVIA DESRIKA

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG


AKTIVITAS ANTIBAKTERI KARANG LUNAK HASIL TRANSPLANTASI

STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN SAMPANG JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE PADA TRANSPLANTASI KARANG Acropora sp. DI PANTAI KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

PROPAGASI KARANG HIAS

PENGARUH KEHADIRAN KEPITING Trapezia ferruginea TERHADAP PERTUMBUHAN KARANG BATU Pocillopora verrucosa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

STUDI KOMPETISI TURF ALGAE DAN KARANG GENUS ACROPORA DI PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA

TRANSPLANTASI KARANG BATU MARGA Acropora PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN TABLOLONG KABUPATEN KUPANG

Closure Soft Coral on Reef Flat Areas with the Reef Slope Areas in Cemara Kecil Island, Kepulauan Karimun Jawa

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: 35-42 ISSN 2087-4871 PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KARANG LUNAK LOBOPHYTUM STRICTUM (OCTOCORALIA: ALCYONACEA) HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI (THE EFFECT OF LIGHT ON SURVIVAL AND GROWTH RATE OF TRANSPLANTED SOFT CORAL LOBOPHYTUM STRICTUM (OCTOCORALIA: ALCYONACEA) IN RECIRCULATION SYSTEM) Beginer Subhan 1,2, Dedi Soedharma 2, Dondy Arafat 3, Hawis Madduppa 2, Fadillah Rahmawati 2, Ayu Ervinia 2, Aditya Bramandito 3, Denny Khaerudi 3, Ahmad Taufik Ghozali 2 1Corresponding author 2 Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika Kelautan, Bagian Hidrobiologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, E-mail: begi_ners@yahoo.com 3 Coraux (Scientific Diving Workshop), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor ABSTRACT The current research was conducted to investigate the effect of light on growth of soft coral Lobophytum strictum. This species was transplanted and reared in two different ponds, uncovered pond (with light penetration) and covered pond (no light penetration. A total of 16 coral fragments was placed on each pond. Both, the survival rate and the growth rate were significantly different on the effect of light (P<0.05). The soft coral on the uncovered pond was survive up to 12 weeks (100%), followed with increased length (from 5,95 to 10,04 cm) and width (from 5,27 to 6,84 cm) of the transplanted coral fragments. Conversely, the soft coral in the covered ponds showed survival rate of 62,5% (up to 8 th week), with decreased length (from 8,25 to 5,25 cm) and width (from 9,14 to 4,86 cm) of each fragments during the period of study. Keywords: Coral transplantation, soft coral, survival rate, growth rate ABSTRAK Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi dilakukan dengan pemeliharaan karang lunak pada dua buah kolam, yaitu kolam terbuka (cahaya) dan kolam tertutup (tanpa cahaya). Pada masing-masing kolam ditempatkan 16 fragmen karang lunak yang sudah ditransplantasikan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak berbeda signifikan antar perlakuan cahaya (P<0,05). Karang lunak yang dipelihara di kolam terbuka mampu bertahan hidup 100% (12 minggu), dengan disertai peningkatan panjang (5,95-10,04 cm) dan lebar (5,27-6,84 cm) fragmen karang. Hal yang berbeda ditunjukkan karang lunak yang dipelihara di kolam tertutup, hanya mampu bertahan hidup hingga minggu ke-8 (62,5%). Hal ini disertai dengan penurunan panjang (8,25-5,25 cm) dan lebar (9,14-4,86 cm) fragmen setiap minggunya. Kata kunci: Transplantasi karang, karang lunak, tingkat kelangsungan hidup, tingkat pertumbuhan I. PENDAHULUAN Karang lunak merupakan salah satu komponen pembentuk terumbu karang, pemasok senyawa karbonat, dan juga berkontribusi bagi keanekaragaman hayati lautan (Manuputty, 2). Potensi dari karang lunak semakin tergali dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karang lunak berpotensi sebagai penghasil senyawa bioaktif yang berperan dalam penyedia bahan obatobatan (Soedharma & Arafat, 2007), serta terdapat aktivitas antibakteri pada Lobophytum strictum (Triyulianti, 2009). Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam karang lunak berpotensi mendorong dilakukannya eksploitasi karang lunak dari habitatnya, baik untuk kepentingan penelitian maupun kepentingan industrial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga kelestarian dan pemenuhan bahan baku karang lunak adalah dengan transplantasi karang menggunakan fragmentasi buatan (Soedharma & Arafat, 2007). Transplantasi karang lunak Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB E-mail: jtpkipb@gmail.com

Lobophytum strictum juga telah dilakukan oleh Arafat et al., 2010. Namun, upaya transplantasi ini sering menemui kendala, yaitu rendahnya tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) dan juga pertumbuhan yang lambat. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dari algae berfilamen serta ketidakmampuan karang beradaptasi pada kondisi lingkungan buatan. Faktor abiotik penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan karang adalah cahaya. Hal ini terkait dengan kelangsungan proses fotosintesis algae zooxanthellae yang terdapat di jaringan karang. Pada umumnya zooxanthellae ditemukan dalam jumlah besar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis dengan karang lunak, memberikan warna pada polip, memberikan 90% energi hasil fotosintesis kepada polip (Mannuputty, 1998). Oleh sebab itu, keberadaan cahaya sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang. Namun, di sisi lain keberadaan cahaya tidak hanya menstimulasi pertumbuhan dari algae zooxanthellae tetapi juga alga pengganggu lainnya. Keberadaan alga pengganggu dalam jumlah berlebihan dapat menghambat pertumbuhan karang karena algae menutupi permukaan tubuh karang (Haris, 2001). Oleh sebab itu, untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak hasil transplantasi, dilakukan penelitian skala laboratorium dengan memelihara karang lunak hasil transplantasi pada dua jenis perlakuan, yaitu pada kolam terbuka (mendapat cahaya) dan kolam tertutup (tanpa cahaya). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi kegiatan transplantasi karang yang bermanfaat bagi pemulihan kawasan terumbu karang yang rusak. II. METODOLOGI PENELITIAN Karang lunak Lobophytum strictum bersumber dari Area Perlin-dungan Laut, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Karang lunak diambil dari koloni alami beserta substratnya, dengan ukuran panjang 25-30 cm. Karang lunak yang akan digunakan dalam penelitian adalah karang lunak hasil transplantasi. Namun, sebelum ditransplantasi, karang lunak diaklimasi pada kondisi kolam pemeliharaan selama 1 bulan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta pada Juni 2010 hingga Januari 2011. 2.1. Transplantasi Karang Lunak Koloni karang lunak dipotong menjadi 32 fragmen kecil secara vertikal (Okubo, 2004). Selanjutnya, potongan fragmen ditempelkan pada substrat buatan yang terbuat dari bahan semen dengan ukuran 20 x 20 cm 2. Sebelum digunakan, substrat dibersihkan terlebih dahulu dari organisme lain yang menempel. 2.2. Rancangan Penelitian Sejumlah 32 fragmen karang lunak yang sudah ditransplantasi dipelihara pada dua jenis kolam perlakuan, yaitu kolam terbuka (mendapat cahaya) dan kolam tertutup (tanpa cahaya) dengan ukuran sebesar 3,5 x 1,5 x 1 m 3. Pada masingmasing kolam terdapat 16 fragmen karang lunak. Karang lunak dipelihara selama 3 bulan (12 minggu). Selama masa pemeliharaan, karang lunak diberi pakan alami berupa fitoplankton Chlorella sp. hasil kultur dari Lab. Mikroalga, ITK-IPB. Selain itu, diberikan pula liquidfry yang berguna untuk menstimulasi pertumbuhan fitoplankton. 2.3. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan mengamati panjang dan lebar fragmen karang lunak berdasarkan kapitulum terluar. Pengukuran panjang dan lebar dilakukan dengan menggunakan software Image J 1,38 x dari foto karang lunak, setiap satu kali seminggu (12 kali). Tingkat kelangsungan hidup karang diketahui dengan mengamati karang lunak, hidup atau mati. Karang lunak hidup terlihat segar, berwarna cokelat kuning, dan fragmen tidak lembek. Berbeda dengan karang mati yang berwarna cokelat pucat, layu, dan fragmen akan hancur ketika dipegang. Kualitas air kolam pemeliharaan diukur pada awal dan akhir pengamatan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas, nitrat, nitrit, dan amonia. 2.4. Analisis Statistik Pengaruh perlakuan cahaya terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuh- 36 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 35-42

Kelangsungan Hidup (%) ISSN 2087-4871 an karang lunak diketahui dengan melakukan analisis ragam dua arah (twoway ANOVA) pada taraf nyata 5%. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Kelangsungan hidup karang lunak (Lobophytum strictum) berbeda signifikan antar perlakuan, yaitu antara karang yang dipelihara di kolam terbuka (cahaya) dan karang di kolam tertutup (tanpa cahaya). Rata-rata tingkat kelangsungan hidup pada karang di kolam terbuka sebesar 100% dan 87,5% pada kolam tertutup. Kolam yang dipelihara di kolam terbuka hanya bertahan hidup hingga minggu ke-8. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan kelangsungan hidup terhadap waktu pemeliharaan (Gambar 1, two-way ANOVA). Pertumbuhan dari karang lunak digambarkan dengan penambahan ukuran panjang dan lebar dari fragmen karang dengan bertambahnya waktu. Terdapat perbedaan signifikan panjang dan lebar fragmen karang antar perlakuan cahaya (Gambar 2). Karang di kolam terbuka mengalami penambahan panjang dan lebar rata-rata, yaitu panjang (5,95 cm menjadi 8,64 cm) dan lebar (5,27 cm menjadi 6,84 cm) di akhir pemeliharaan (minggu ke-12). Sedangkan karang di kolam tertutup mengalami penurunan panjang dan lebar rata-rata, yaitu panjang (8,25 cm menjadi 5,25 cm) dan lebar (9,14 cm menjadi 4,86 cm) pada minggu ke-8, kemudian mati. Laju pertumbuhan relatif karang lunak mengalami fluktuasi setiap minggunya. Terdapat perbedaan signifikan laju pertumbuhan panjang dan lebar karang antar perlakuan. Karang lunak yang dipelihara di kolam terbuka (cahaya) mengalami pertumbuhan panjang (0,14-1,25 cm/minggu) dan lebar (0,50-1,37 cm/minggu). Berbeda halnya dengan karang yang dipelihara di kolam tertutup. Karang mengalami pertumbuhan negatif berupa penurunan panjang (0,09-1,92 cm/minggu) dan lebar (0,26-2,81 cm/minggu). Keberhasilan hidup dan tumbuh dari karang lunak hasil transpantasi juga dipengaruhi oleh kondisi kualitas kolam pemeliharaan. Secara umum, kualitas air pada kolam terbuka dan tertutup tidak berbeda signifikan. Kualitas air dinilai masih sesuai untuk mendukung kehidupan karang, terkecuali kandungan nutrien (nitrat) dan amonia yang melebihi batas maksimum kebutuhan hidup biota perairan (Tabel 1.). Kandungan nutrien meningkat di akhir waktu pemeliharaan. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu kecahaya tanpa cahaya Gambar 1. Kelangsungan hidup karang lunak (Lobophytum strictum) yang dipelihara di kolam terbuka (cahaya) dan di kolam tertutup (tanpa cahaya) hingga minggu ke-12. Terdapat perbedaan signifikan (P=0,038, P<0,05) kelangsungan hidup karang lunak antar perlakuan cahaya (n=12) Pengaruh Cahaya Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Lunak... (SUBHAN dkk) 37

Lebar (cm) Panjang (cm) 012 010 008 006 004 000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu kecahaya tanpa cahaya 012 010 008 006 004 000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu kecahaya tanpa cahaya Gambar 2. Panjang dan lebar rata-rata karang lunak (Lobophytum strictum) yang dipelihara di kolam terbuka (cahaya) dan di kolam tertutup (tanpa cahaya) hingga minggu ke-12. Terdapat perbedaan signifikan (t-test, P<0,05) panjang dan lebar rata-rata karang lunak antar perlakuan cahaya (n cahaya=12 dan n tanpa cahaya=8) 38 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 35-42

Laju Pertumbuhan Lebar (cm/minggu) Laju Pertumbuhan Panjang (cm/minggu) ISSN 2087-4871 001 001 000-001 -001 - - -003-003 M1-M2 M2-M3 M3-M4 M4-M5 M5-M6 M6-M7 M7-M8 M8-M9 M9-M10 M10-M11 M11-M12 cahaya 001 001 001 000 000 001 001 000 000-001 000 tanpa cahaya - 000 000 000 000 000 000 001 001 000-001 -001 - - -003-003 M1-M2 M2-M3 M3-M4 M4-M5 M5-M6 M6-M7 M7-M8 M8-M9 M9-M10 M10-M11 M11-M12 cahaya 001 001 001 000-001 001-001 000 000 000 tanpa cahaya -003 000-001 000 000 000 000 Gambar 3. Laju pertumbuhan relatif karang lunak (Lobophytum strictum) yang dipelihara di kolam terbuka (cahaya) dan di kolam tertutup (tanpa cahaya) hingga minggu ke-12. Terdapat perbedaan signifikan laju pertumbuhan panjang (P=0,0124, P<0,05) dan laju pertumbuhan lebar (P=0,043, P<0,05) antar perlakuan cahaya (n=7) Tabel 1. Kualitas air pada kolam pemeliharaan Parameter Baku Mutu Kolam Terbuka Kolam Tertutup (*) (1) (2) (1) (2) Suhu ( C) 28-30 26-28 26-28 Salinitas ( ) 33-34 31-33 31-33 Nitrat (mg/l) 0,008 0,91 1,11 0,2 0,81 Nitrit (mg/l) 0, 0 0,001 0 Amonia(mg/L) 0,3 0,643 0,953 0,284 0,686 *) Kep MEN LH No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air untuk Biota (1) awal pemeliharaan; (2) akhir pemeliharaan 3.2. Pembahasan Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan cahaya memberikan pengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi. Semua fragmen karang lunak yang dipelihara di kolam terbuka Pengaruh Cahaya Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Lunak... (SUBHAN dkk) 39

(cahaya) bertahan hidup hingga akhir penelitian. Berbeda dengan karang lunak yang dipelihara di kolam tertutup (tanpa cahaya), ketahanan hidup 100% hanya berlangsung hingga minggu ke-3, selanjutnya mengalami penurunan hingga minggu ke-8. Penurunan ketahanan hidup karang lunak dikarenakan karang mengalami stres akibat gagal melakukan adaptasi dengan kondisi lingkungan tanpa cahaya. Pada kondisi tersebut mikrosimbion karang, yaitu zooxanthellae akan keluar dari jaringan polip karang karena tidak mampu untuk berfotosintesis dalam kondisi gelap (Mannuputty, 1998). Keluarnya zooxanthellae dari tubuh karang dapat terlihat dari warna karang yang pucat kehilangan warna (Rani, 1999). Kehilangan zooxanthellae dalam waktu lama dapat menyebabkan bleaching dan akhirnya mematikan hewan tersebut (Glynn, 1993). Oleh karena itu, proses kematian karang dapat terdeteksi dengan adanya perubahan warna karang, yatu dari cokelat menjadi putih pucat (Suharsono, 1984). Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata karang lunak pada kolam terbuka (cahaya) lebih baik dibanding karang lunak pada kolam tertutup (tanpa cahaya). Peningkatan panjang dan lebar sangat nampak pada karang lunak di kolam terbuka Hal sebaliknya pada karang lunak di kolam tertutup, yaitu panjang dan lebar karang terus mengalami penurunan setiap minggunya (Gambar 2). Peranan cahaya bagi pertumbuhan karang terkait dengan kehidupan mikrosimbion zooxanthellae yang hidup dalam polip karang. Hampir 90% makanan karang bersumber dari produk fotosintesis zooxanthellae (Veron in Zulfikar, 2003), sehingga dalam kondisi gelap akan terjadi hambatan fotosintensis. Hal ini berimbas pada kurangnya pasokan makanan bagi pertumbuhan karang lunak di kolam tertutup. Laju pertumbuhan karang lunak yang negatif pada kolam tertutup ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kurangnya makanan. Dalam penelitian ini, karang lunak sudah diberi pakan tambahan berupa Chlorella sp. Namun upaya tersebut tetap tidak dapat menggantikan peran dari mikrosimbion karang. Zooxanthellae tidak hanya berperan dalam memberikan asupan makanan kepada karang, tetapi juga membantu dalam proses kalsifikasi (pembentukan rangka kalsium karbonat). Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan karang dalam menyerap kalsium yang optimal pada siang hari hingga sore hari dibanding pada malam hari (Horani et al., 2007). Pengkerutan, penyusutan tubuh, dan pengeluaran lendir dinilai sebagai daya adaptasi karang untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang kurang baik bagi pertumbuhannya (Zulfikar, 2003). Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan karang tergambar di kolam terbuka, yaitu terdapat cahaya matahari dan nutrien yang dibutuhkan zooxanthellae untuk fotosintesis. Selanjutnya hasil fotosintesis ini menjadi input bagi pertumbuhan karang. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan laju pertumbuhan karang lunak hingga minggu ke-8. Kemudian mulai terjadi penurunan laju pertumbuhan, yang ditandai dengan penurunan panjang dan lebar fragmen karang. Sama halnya dengan karang di kolam tertutup, karang di kolam terbuka juga diberi pakan tambahan berupa Chlorella sp. Namun dalam kondisi cahaya tersedia, zooxanthellae masih dapat optimal melakukan fotosintesis sehingga pasokan makanan bagi karang dipenuhi dari hasil fotosintesis tersebut. Hal ini menyebabkan banyak Chlorella sp. yang tidak dimakan oleh karang lunak dan menjadi sumber keberadaan bahan organik di perairan. Bahan organik ini selanjutnya akan mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi menjadi nutrien. Keberadaan nutrien dalam jumlah berlebihan akan menstimulasi kehadiran dan pertumbuhan alga kompetitor di perairan (Nybakken, 2000). Alga berfilamen ini akan mengganggu efektivitas pemanfaatan cahaya oleh zooxanthellae karena ia dapat tumbuh di permukaan fragmen karang, serta mampu memotong jaringan tubuh karang lunak yang ditransplantasikan. Pertumbuhan alga yang pesat dan menutupi permukaan polip karang, menghalangi zooxanthellae berfotosintesis. Akibatnya, karang lunak di kolam terbuka (cahaya) mengalami penurunan laju pertumbuhan di waktu akhir pemeliharaan (Gambar 3). 40 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 35-42

ISSN 2087-4871 Selain itu, pada waktu tersebut terjadi curah hujan yang cukup tinggi sehingga kolam mendapat penambahan air tawar sehingga terjadi penurunan salinitas (Rachmawati, 2001). Salah satu cara adaptasi yang dapat dilakukan adalah dengan menarik tentakel dari polip ke dalam rongga tubuh dan menyusutkan massa tubuh mereka hingga sepertiga dari ukuran panjang dengan mengeluarkan air (Ellis & Sharron, 1999). DAFTAR PUSTAKA Arafat D., NP Zamani, A Winarto, D Soedharma, M Kawaroe, H Effendi, B. Subhan. 2010. Soft Coral Growth (Octocorallia : Alcyonacea) Lobophytum strictum and Sinularia dura As a Result Fragmentation in Pramuka Island, Seribu Island, Jakarta. Proceeding of Coral Reef Management Symposium on Coral Triangle Area. (eds) Jamaludin Jompa, Riyanto Basuki, Suraji, Mike Teroso, Eva Tri Lestari. COREMAP II, Directorate General of Marine, Coasts and Small Island. Ministry of Marine Affairs and Fisheries : 101 109. Ellis E & L Sharon. 2005. The culture of soft corals (Order: Alcyonacea) for the marine aquarium trade. Center for tropical and subtropical aquaculture publication. 137 p. Glynn PW. 1993. Coral reef bleaching. Ecological perspective. Coral reefs (1993) 12: 1-17. Haris A. 2001. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup fragmentasi buatan karang lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarchophyton trocheliophorum Von Marenzeller dan Lobophytum strictum Tixier-Durivault di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. [Tesis] tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air laut untuk Biota Laut. Manuputty AEW. 1998. Beberapa karang lunak (Alyonecea) penghasil substansi bioaktif. Seminar potensi farmasitik dan bioaktif sumberdaya hayati terumbu karang. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Nybakken JW. 2000. Biologi laut, suatu pendekatan ekologi. Diterjemahkan oleh HM. Eidman, Koesoebionom, DG. Bengen, M.Hutomo, dan S.Sukarjo. PT. Gramedia. Jakarta. 459 hlm. Okubo N, H. Taniguchi, & T. Motokawa. 2005. Successful methods for transplanting fragmen of Acropora formosa and Acropora hyacinthus. Coral Reef. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 24: 333-342. Rachmawati R. 2001. Terumbu buatan (artificial reef). Pusat Riset Teknologi Kelautan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Rani C. 1999. Respon pertumbuhan karang batu Pocilopora verrucosa Ellis&Solander dan kepiting Trapezia ferrugenia Latreile, xanthidae (yang hidup bersimbiosis) pada beberapa karakteristik habitat. [Tesis] Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soedharma D & D Arafat. 2007. Perkembangan transplantasi karang di Indonesia, hlm 1-7. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suharsono. 1984. Pertumbuhan karang. Oseana. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 9:41-48. Triyulianti I. 2009. Bioaktivitas ektrak karang lunak Sinularia sp. dan Lobophytum sp. hasil fragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. [Tesis] tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pengaruh Cahaya Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Lunak... (SUBHAN dkk) 41

Zulfikar. 2003. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang (Caulastrea furcata dan Cynarina lacrimaris) hasil fragmentasi buatan pada kondisi terkontrol. [Tesis] tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 35-42