BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

AKTIVITAS BIOLARVASIDA FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL 96% BUAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

UJI AKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) SEBAGAI OBAT NYAMUK ELEKTRIK TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ujung batang atau tunas. Tanaman ini mempunyai bunga sempurna dengan

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.)

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Spesies : Allium fistulosum L. (Plantamor, 2011; USDA, 2006) banyak dibudidayakan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) : Monocotyledonae. : Pandanus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut (Yuniarti, 2008):

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit. Demam Berdarah Dangue (DBD) yaitu Aedes aegypti dan Aedes

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Malaria dan demam berdarah merupakan penyakit tropis dan menimbulkan epidemi yang luas dan cepat (Lailatul et al., 2010). Nyamuk adalah ancaman utama bagi 2 milyar penduduk yang tinggal di daerah tropis (Aarthi et al., 2010). Di Indonesia demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan selama 41 tahun terakhir. Pada tahun 2009 provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kasus DBD tertinggi yaitu 313 kasus per 100.000 penduduk. Kasus malaria dari tahun 2006 sampai 2009 dilaporkan terjadi kasus KLB (kejadian luar biasa) di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi dengan total jumlah penderita adalah 1.989 orang dan yang meninggal sebanyak 11 orang. Selama ini pengendalian nyamuk Anopheles dan Aedes aegepty masih menggunakan insektisida kimia yang tidak ramah lingkungan dan beresiko terhadap resistensi nyamuk terhadap insektisida (Istimuyasaroh, 2009), oleh karena itu, diperlukan adanya biolarvasida atau bioinsektisida yang mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia (Moehammadi, 2005). Salah satu sumber daya alam Indonesia yang berpotensi menjadi biolarvasida adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman famili Piperaceae mempunyai aktivitas larvasida, diantaranya tanaman Piper nigrum terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, senyawa yang mempunyai aktivitas adalah piperin dengan LC 50 1,53 ppm, piperonalin A (1,46 ppm), ekstrak etanol (0, 98 ppm) (Simas et al., 2007), ekstrak etanol Piper longum dengan LC 50 2,23 ppm, Piper ribesoides (8,13 ppm) dan Piper sarmentosum (4,06 ppm) (Chaitong, 2006). Ekstrak etanol biji P. guinensa dan ekstrak etanol buah P. angulata mempunyai aktivitas terhadap larva nyamuk Anopheles gembiae yang merupakan satu keluarga dengan Anopheles aconitus dengan LC 50 masing-masing 0,028 ppm dan 2,50 ppm (Aina et al., 2009). Tanaman Piper retrofractum Vahl. merupakan tanaman yang banyak tersebar di Indonesia. Kandungan tanaman ini adalah piperin, piperidin, retrofraktamida A, 1

2 guaninsin, piperlonguminin dan pelitorin (Miyakado et al., 1989). Dilihat dari senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, tanaman ini berpotensi sebagai biolarvasida. Oleh sebab itu penelitian terhadap tanaman Piper retrofraktum Vahl. perlu dilakukan. Tujuan dilakukan penelitian adalah memperoleh larvasida yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah fraksi semipolar ekstrak etanol 96% buah Piper retrofractum Vahl. mempunyai aktifitas larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti? 2. Bagaimanakah profil koromatografi lapis tipis dari fraksi semipolar ekstrak etanol 96% buah Piper retrofractum Vahl.? C. Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Menentukan aktivitas larvasida fraksi semipolar ekstrak etanol 96% buah Piper retrofractum Vahl. terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti. 2. Menentukan profil koromatografi dari fraksi semipolar ekstrak etanol 96% buah Piper retrofractum Vahl. D. Tinjauan pustaka 1. Tumbuhan Cabe Jawa a) Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Piperales

3 Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper retrofractum Vahl. (Wasito, 2011) b) Morfologi tanaman Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) memiliki batang memanjat, melilit, atau melata. Daunnya berbentuk bundar telur sampai lonjong dengan pangkal daun berbentuk jantung atau membundar, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar terdapat tenggelam di permukaan bawahnya. Panjang helai daun 8,5 hingga 30 cm dan lebarnya 3 sampai 13 cm, panjang tangkai daun 0,5 sampai 3 cm. bunga tanaman ini berupa bulir yang tegak atau sedikit merunduk dengan gagang sepanjang 0,5 sampai 2 cm. Daun gagang berbentuk bundar telur yang panjangnya 1,5 mm hingga 2 mm berwarna kuning yang melekat pada gagang pada satu titik. Bulir jantan panjangnya 2,5 cm sampai 8,5 cm dengan benang sari berjumlah 2 atau 3 dan pendek, sedangkan pada bulir betina panjangnya 1,5 cm sampai 3 cm dengan putik sejumlah 2 sampai 3 buah. Buah cabe jawa berbentuk bulat dan berwarna merah cerah, bijinya berukuran 2 mm sampai 2,5 mm. Tanaman ini dibudidayakan dengan biji atau stek batang dan perlu dipangkas setinggi 1,5 meter dari tanah agar tanaman ini dapat berbunga (Wasito, 2011). c) Kandungan kimia Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam buah cabe Jawa antara lain kavisin, asam palmitat, asam tetrahydropiperidin, 1-undekilenil-3, 4- metilendioksi benzen, piperidin, minyak atsiri, N-isobutildeka-trans-2-trans-4- dinamida, sesamin, piperin, piperidin, retrofraktamida A, guaninsin, piperlonguminin pelitorin, pipernoalin dan piperoktadekalidin (Agoes, 2010). d) Kegunaan tanaman Buah cabe jawa dapat digunakan untuk mengatasi kejang perut, muntahmuntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, sukar buang air besar pada penderita penyakit hati, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir,

4 lemah syahwat, sukar melahirkan, neurasthenia, dan tekanan darah rendah (Agoes, 2010) e) Mekanisme Cabe Jawa sebagai larvasida Cabe Jawa merupakan tanaman yang mempunyai kandungan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa kimia pertahanan tumbuhan yang merupakan metabolit sekunder atau aleokimia yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat toksik serta dapat berfungsi sebagai racun perut dan pernafasan. Apabila larva memakan makanan yang mengandung senyawa aleokimia toksik, maka larva tersebut tidak mencapai berat kritis menjadi pupa, hal ini disebabkan larva menurunkan laju metabolisme dan sekresi enzim pencernaan, sehingga energi untuk pertumbuhan berkurang (Lailatul et al., 2010). 3. Anopheles aconitus a) Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Anopheles Spesies : Anopheles aconitus (Djakaria, 2000) b) Morfologi Nyamuk umumnya mempunyai vena sayap yang tersebar meliputi seluruh bagian dari sayap sampai ke ujung-ujungnya. Proboscis yang terdapat di kepala dapat digerakkan ke depan maupun ke bawah. Bentuk antenna adalah filiform yang panjang dan langsing terdiri dari 15 segmen. Pada nyamuk jantan antena memiliki banyak bulu, disebut antena plumose, sedangkan pada nyamuk betina antenna sedikit mempunyai bulu (antena pilose). Nyamuk mempunyai mata majemuk (compound eyes) tetapi tidak mempunyai ocelli. Di bagian posterior abdomen, nyamuk betina mempunyai 2 caudal cerci yang berukuran kecil, sedangkan yang jantan memiliki organ seksual yang disebut hypogeum. Nyamuk

5 Anopheles mudah dibedakan dari nyamuk Culex maupun Aedes oleh karena pada kedua jenis kelamin nyamuk Anopheles ini palpusnya sama panjang dengan proboscis, pada nyamuk jantan palpus ujungnya membesar. Scutellum bulat, tidak mempunyai lobus. Kaki-kakinya panjang dan langsing, abdomen tidak mempunyai bercak (Soedarto, 1989). c) Siklus hidup Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna (telur-larva-pupadewasa). Telur yang diletakkan oleh nyamuk betina menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan dan betina. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung kepada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara. Tempat perindukan An. aconitus biasanya pada sawah, rawa, empang dan saluran air irigasi (Hoedojo, 1988). 3. Aedes aegypti a) Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Aedes Spesies : Aedes aegypti (Soedarto, 1989) b) Morfologi Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam kecoklatan, berukuran antara 3-4 cm, dengan mengabaikan panjang kakinya. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari nyamuk spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh

6 nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, bergantung pada kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal ukuran. Biasanya, nyamuk jantan memiliki tubuh lebih kecil daripada betina, dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Ginanjar, 2008). c) Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar keempat, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman (inaktif, tidur). Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung (Ginanjar, 2008). E. Landasan teori Larvasida adalah salah satu golongan pestisida yang digunakan untuk mengurangi pertumbuhan dari suatu larva. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman dari famili Piperaceae mempunyai aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti. Ekstrak metanol buah Piper longum menunjukkan kematian 31 dan 39% terhadap larva nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 10 ppm dengan senyawa yang berkhasiat sebagai larvasida adalah pipernonalin, piperin, piperoktadekalidin, piperlongumin dan piperetin (Lee et al., 2005). Ektrak metanol buah Piper nigrum menunjukkan aktivitas yang kuat terhadap larva nyamuk Aedes aegypti yaitu membunuh 50% larva

7 dengan konsentrasi 0,01 ppm. Senyawa yang berkhasiat sebagai larvasida adalah retrofraktamida A dan pirericida (Chaitong et al., 2006). Senyawa aktif Piperaceae lain yang telah diketahui berperan sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles gambiae adalah senyawa alkaloid piperine dengan LC 50 0,76 ppm (Ohaga et al., 2007). Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam buah cabe Jawa antara lain kavisin, asam palmitat, asam tetrahidropiperidin, 1-undekilenil-3,4-metilenedioksi benzen, piperidin, minyak atsiri, sesamin, piperin, piperidin, retrofraktamida A, guaninsin, piperlonguminin, pelitorin, pipernoalin, piperoktadekalidin (Agoes, 2010). Dilihat dari kandungan senyawa kimia yang terkandung di dalam cabe Jawa seperti piperin, piperidin dan retrofraktamida A, diduga fraksi semipolar ekstrak etanol 96% berpotensi sebagai biolarvasida. F. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa fraksi semipolar ekstrak etanol 96% buah Piper retrofractum Vahl. mempunyai daya aktivitas terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti.