BAB I PENDAHULUAN. kehidupan selanjutnya. (Manuaba,1998). dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan terhadap wanita usia produktif. AKI merupakan jumlah kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RUANG BUGENVILE RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hamil merupakan kodrat bagi wanita, khususnya kehamilan pertama yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES BERDASARKAN GEJALA DAN FAKTOR PENYEBAB PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN MARGADANA DAN SUMUR PANGGANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang

KETENANGAN IBU MEMPENGARUHI RASA NYAMAN BAGI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

KEJADIAN BABY BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD BANGIL PASURUAN CINDY IKA RESTYANA

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah melahirkan (Marshal, 2004).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap

BAB I PENDAHULUAN. depresi. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 1 tahun atau secepatnya dalam

BAB II TINJAUAN TEORI

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh: ANIK ENIKMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Pendidikan. Menurut Suhartono (2007) pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menerima semua

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang. Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kehamilan merupakan masa yang sangat istimewa dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Devi Kurniasari 1, Yetti Amir Astuti 2 ABSTRAK

DUKUNGAN SUAMI DAN DEPRESI PASCA MELAHIRKAN. Fitria Ratu Ayu & Siti Noor Fatmah Lailatushifah Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG T.A 2012/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BABI PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang ealon ibu. Semua itu tergantung dari cara

BAB IV PEMBAHASAN. Daerah sigli dan Bidan Praktek Swata (BPS) Nurlaila. 1. Rumah Sakit Umum Daerah Sigli

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB I PENDAHULUAN. adalah saat yang paling menggembirakan dan ditunggu-tunggu setiap. perubahan tersebut mungkin relatif pada tiap-tiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB 1 PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai

BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode

BAB I PENDAHULUAN. menstruasi atau disebut juga dengan PMS (premenstrual syndrome).

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa nifas (Sulistyawati, 2009). Periode masa nifas meliputi masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KECEMASAN IBU PRIMIPARA DALAM MERAWAT BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. (Manuaba,1998). Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Hal tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis ( Kartono,1992) Setiap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik bersifat fisik maupun psikologis, ibu perlu melakukan penyesuian diri dan adaptasi pada perubahan yang terjadi. Perubahan fisik pada saat kehamilan yaitu perut semakin membesar, dan bertambah nya usia kehamilan. Kemudian 1

beberapa perubahan lain seperti : berat badan bertambah,pembengkakan pada kaki dan tangan, payudara semakin membesar,mudah lelah dan masih banyak perubahan fisik selama proses kehamilan. Awal perubahan psikologis wanita hamil yaitu syock, menyangkal kehamilannya, bingung dan sikap menolak (Pieter & Lubis, dkk). Perubahan perubahan tersebut tidak jarang menjadi stressor tersendiri bagi seorang wanita. Pernyataan tersebut didukung hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Putri (dkk) dalam penelitian yang berjudul Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Stress Kehamilan Pertama dengan jumlah sampel 40 orang ibu hamil dengan usia kehamilan 3-8 bulan dengan metode analisis product moment dari Karl Person menunjukan korelasi sebesar r = -0,411 dengan p = 0,010 (p < 0,05 ) yang artinya ada hubungan negative yang signifikan antara penyesuaian diri dengan stress kehamilan pertama. Hasil penelitian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa semakin rendah penyesuaian diri semakin besar kemungkinan wanita dapat mengalami stress pada kehamilan pertama. Respon wanita berbeda-beda terhadap kehamilannya. Beberapa wanita menerima ada juga yang menolak kehamilannya. Penerimaan kehamilannya mempengaruhi kecemasan seorang ibu. Biasanya wanita hamil yang menerima dan mengharapkan kehamilannya akan lebih mudah menyesuaikan dirinya daripada wanita yang menolak kehamilan dirinya. Laderman (dalam Bobak dkk,2005) yang mengemukakan bahwa langkah pertama dalam beradaptasi peran ibu adalah menerima kehamilan dan 2

mengasimilasi status hamil dalam gaya wanita tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amalia Ramadhani (2007) yang berjudul Strategi penanggulangan (coping) pada ibu yang mengalami postpartum Blues di Rumah Sakit Umum daerah kota Semarang. Menurut penelitiannya, postpartum blues dapat berkembang menjadi depresi postpartum bila tidak tertangani dengan baik sedangkan postpartum blues biasanya di anggap hal yang wajar karena aktivitas hormon sementara. Hasil penelitian menunjukan, sikap hati yang terbuka terhadap kehamilan,persalinan, dan segala konsekuensi yang muncul setelah persalinan sangat penting dalam penanggulangan postpartum blues. Postpartum blues adalah situasi ketika wanita yang baru saja melahirkan merasakan suatu kesedihan yang tidak bisa dikendalikan (Meser, 2009). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Postpartum Blues (Bobak dkk., 1994) diantaranya termasuk perubahan biologis, stres, respon-respon normal, dan masalah sosial atau lingkungan. Dukungan sosial dari keluarga merupakan faktor lain yang sangat membantu penyelesaian masalah. Faktor biopsikososial akan membedakan pemaknaan pengalaman postpartum blues dan penggunaan strategi penanggulangan antara subjek yang satu dengan yang lain. Semakin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat 3

menjelang persalinan (Kartono, 1992). Sjongren (1997, dikutip dari Simamora, 2008), dalam penelitian yang dilakukan terhadap 100 wanita hamil di Stockholm tentang alasan kecemasan wanita hamil tentang melahirkan, diperoleh bahwa 73% disebabkan karena kurang percaya dengan tenaga medis yang akan menolong melahirkan, 65% takut ketidakmampuannnya untuk melahirkan, 55% takut akan kematiannya, kematian bayinya, atau keduanya, 44% tidak mampu mentoleransi nyeri persalinan dan 43% kehilangan kontrol diri. Melahirkan bayi merupakan suatu peristiwa sangat penting yang dinantikan oleh sebagian besar perempuan. Dengan berperan sebagai seorang ibu, seorang perempuan dapat merasakan hidupnya menjadi lebih berarti dan bermakna. Namun tidak demikian halnya dengan sebagian kecil perempuan yang justru merasa sedih, jengkel, lelah, ingin marah saja, putus asa dalam menjalani tugasnya sebagai seorang ibu,inilah fenomena depresi pasca melahirkan ( Elvira,2006 ). Pasca melahirkan atau post partum akan muncul perasaan pada diri seorang ibu merasa senang, haru sekaligus lega karena perjuangan selama 9 bulan selama masa kehamilan dan proses melahirkan telah terlewati dengan selamat. Kini hadir buah hati yang akan senantiasa menemani harihari ibu. Namun beberapa hari kemudian, justru perasaan senang yang menghinggapi kini berubah menjadi rasa penuh kesedihan dan khawatir. Kondisi ini dinamakan sebagai Baby Blues Syndrome (Suryani,2009). 4

Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, pasca melahirkn ibu bersemangat mengasuh bayinya, tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang oleh para peneliti di sebut Postpartum blues atau baby blues (Marshall,2009). Baby blues ini biasanya bersifat sementara dan bisa mempengaruhi 75% sampai 80% wanita melahirkan (Bobak dkk,2005). Mendukung pernyataan tersebut Pieter & Lubis (2010) juga menyatakan bahwa 50%- 70% dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami syndrom ini. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia secara tegas menunjukkan 2/3 atau 50-75% wanita mengalami baby blues syndrome. Sayangnya walau sudah dicatat dalam jurnal medis Hippocrates, sindroma ini tak terlalu dianggap penting. Walaupun banyak yang mengalaminya, sering dianggap sebagai efek samping dari keletihan setelah melahirkan (Irawati,2010). Angka kejadian Baby blues di Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian yang dilakukan di jakarta oleh dr. Irawati Sp.Kj, (2010), menunjukkan 25% dari 580 ibu yang menjadi responden yang mengalami Baby Blues. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadi baby blues. Faktor hormone sering kali disebut yang menyebabkan ibu mengalami baby blues syndrome. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen, prolaktin dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh 5

kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood (Mansur,2008). Menurut Bobak, dkk., (2005) kadar hormon prolaktin dan progesterone secara signifikan berhubungan dengan depresi. Selain faktor hormonal tersebut, dukungan keluarga khususnya suami merupakan faktor terbesar untuk memicu terjadinya baby blues. Hal ini dikarenakan dukungan suami merupakan strategi koping penting pada saat mengalami stress (Ingela 1999, dalam Fatimah 2009). Menurut James (1999) dukungan suami begitu besar pentingnya dan perhatian serta kerelaan untuk melakukan kerjasama dalam mengurus rumah tangga dari suami selama proses mengandung dan melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah (2009), yang meneliti tentang Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipira di Ruang Bugenville RSUD Tugurejo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan kejadian Postpartum blues pada ibu primipira (Kelahiran pertama) di ruang Bugenville RSUD Tugurejo Semarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji chi square membuktikan adanya hubungan duku ngan suami dengan kejadian Postpartum blues pada ibu primipira di ruang Bugenville RSUD Tugurejo Semarang dengan p value = 0,033. Maka diperlukan dukungan suami yang lebih kepada istri pasca melahirkan untuk mencegah gejala Postpartum blues. Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara dukungan 6

suami dengan kejadian Postpartum blues pada ibu primipira di ruang Bugenville RSUD Tugurejo Semarang. Namun dalam penelitian ini tidak disebutkan apakah pendidikan, usia, status kehamilan, pekerjaan dapat mempengaruhi ibu postpastum blues. Penanganan Postpartum blues salah satunya berupa dukungan sosial, menurut Sarason (2005) dukungan sosial diartikan sebagai keberadaan atau kemampuan seseorang dimana individu dapat bergantung padanya, yang menunjukkan kalau dia peduli terhadap individu, bahwa individu ini berharga dan dia mencintai atau menyayangi individu yang bersangkutan. Dukungan social dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu dukungan emosional, dukungan berupa penghargaan, dukungan berupa bantuan langsung dan dukungan informasional. Beragam masalah yang didapatkan oleh ibu yang terkena baby blues syndrome pada masa ini sangat dibutuhkan bantuan atau dukungan sosial dari orang-orang terdekat terutama dukungan suami untuk meringankan beban stress yang dialaminya. Menurut Sarafino (dalam Smet,1994) dukungan sosial dideskripsikan sebagai suatu kesenangan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan oleh orang lain, atau kelompok yang dapat berfungsi sebagai alat bantu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap stress. Ibu yang mangalami baby blues membutuhkan dukungan sosial terutama dari pasangannya yaitu suami. Suami adalah orang pertama dan 7

utama dalam memberi dukungan sosial kepada istri sebelum pihak lain memberikan perhatian, cinta kasih, perasaan melindungi secara jasmani dan rohani. Dukungan yang dirasakan istri dari suaminya akan mengurangi kerisauan, kekhawatiran,kepanikan,kegelisahan dan ketakutan yang dialami istri ( Yanita dan Zamralita,2001). Penelitian yang dilakukan oleh Zahmita (2010) mengemukakan berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 5 ibu primipara terdapat 2 ibu primipara ( 40 % ) yang mengaku mendapat dukungan sosial dari suami dan 3 ibu primipara ( 60 % ) yang kurang mendapat dukungan sosial dari suami saat mengalami Postpartum Blues. Dari penelitian sebelumnya di Semarang telah ditemukan 11 orang wanita (44%) yang mengalami Postpartum Blues. Dan secara keseluruhan, di Indonesia angka kejadian Postpartum Blues antara 50-70% dari wanita primipara. Sedangkan di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan. Hasil Wawancara yang telah peneliti lakukan pada 3 responden ibu pasca melahirkan ada ibu yang memperoleh dukungan sosial suami secara utuh ada juga yang memperoleh hanya bantuan finansial dari suaminya. Seperti yang dialami responden A dukungan suami pasca melahirkan sangat ia rasakan, dan ini membantu beliau dalam menjalani hari-harinya sebagai ibu. Hal ini pun senada dengan yang di alami Responden B pasca melahirkan uluran tangan suami sangat mebantu beliau dalam mengurus 8

dan merawat anaknya. Namun tidak semua suami memberikan dukungan kepada istrinya seperti yang dialami responden C pasca melahirkan beliau mengurus anaknya sendiri,dan jarang sekali di dampingi oleh suaminya. Dukungan keluarga (Suami) atau orang terdekat memberikan cinta dan perasaan berbagi beban, dengan dukungan tersebut dapat melemahkan dampak stress atau tekanan yang disebut efek penyangga (buffering effects) dan secara langsung memperkokoh mental individu (Friedman,2003). Dukungan sosial suami dapat diwujudkan antara lain : dukungan informasi, dukungan emosi, dukungan penilaian dan dukungan finansial. Perhatian dan dukungan suami ini akan menumbuhkan kepercayaan diri istri dan harga diri sebagai seorang istri. Ia merasa yakin bahwa ia tidak hanya tepat sebagai istri, tapi juga akan bahagia menjadi calon ibu bagi anaknya. Perasaan yakin dan bahagia ini membuat jiwa calon ibu lebih matang dan stabil. Sebaliknya, calon ibu yang tidak memiliki keyakinan dan tidak bahagia karena kurang dukungan dari suaminya dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi dan pemicu munculnya baby blues. Melihat dari uraian diatas, pengenalan baby blues syndrome sebagai bentuk gangguan emosional yang beresiko terjadinya depresi postpartum dengan berbagai dampak yang menyertainya sangatlah penting. Bagi para ibu, kelahiran seorang anak sebetulnya tidak sesederhana seperti yang terlihat. Sebaliknya, kelahiran seorang anak biasanya membanjiri ibu 9

dengan sejumlah peristiwa baru, terutama terkait dengan perubahan peran dan gaya hidup dalam kehidupan pasangan suami istri, serta perubahan identitas sebagai ayah dan ibu. Bagi seorang perempuan, pengalaman menjadi seorang ibu merupakan hal yang seringkali dinantikan. Namun ternyata perubahan peran tersebut tidak selalu menimbulkan perasaanperasaan yang menyenangkan sehingga sangat dibutuhkan dukungan sosial Suami. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan Kecenderungan Baby Blues Syndrom Pada Ibu Pasca Melahirkan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat dukungan sosial suami pada ibu pasca melahirkan? 2. Bagaimana tingkat Baby blues syndrom pada ibu pasca melahirkan? 3. Apakah ada hubungan dukungan sosial suami dengan baby blues syndrom pasca melahirkan? 10

C. Tujuan Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial suami dengan kecenderungan baby blues syndrom ibu pasca melahirkan di RSU Sigli dan BPS Nurlaila. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari sisi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi sumbangan informasi yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya subteori dalam bidang psikologi klinis dan psikolgi perkembangan manusia mengenai konsep diri ibu yang mengalami baby blues syndrome. 2. Secara praktis a. Bagi institusi kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi untuk dinas terkait guna meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan untuk baby blues. 11

b. Bagi ibu pasca melahirkan Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memberikan sebagai bahan informasi bagi ibu-ibu pasca melahirkan. 12