STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENGUSULAN DANA PENANGANAN DARURATAKIBAT BENCANA ALAM

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) SHOW CAUSE MEETING (SCM)

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) SERAH TERIMA PEKERJAAN FISIK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAGIAN KEDUA PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM PENERBITAN PENETAPAN LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR,

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 14 /KPTS/013/2016 TENTANG


2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG

4. Tim terpadu adalah tim yang membantu gubernur dalam proses pelaksanaan lisensi. 5. Unsur perguruan tinggi adalah pusat studi lingkungan hidup dan/a

PENGUMUMAN Nomor : 590 / 5419 /06

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2016

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BAGIAN KETIGA PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM PENERBITAN IZIN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 16 SOP Pengelolaan BMN KERTAS KOP INSTANSI

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

TATA LAKSANA PENERBITAN PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM PENERBITAN IZIN LOKASI, PENETAPAN LOKASI, DAN IZIN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.1712, 2015 KEMENPORA. Prasarana. Pemberian. Permohonan. Pemberian Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA. NOMOR : 41 TAHUN 2004 LAMPIRAN : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI KOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 SERI E.104 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1UO TAHUN 2016 TENT ANG

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

KOP PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

FORMAT SURAT PERMOHONAN PEMBERIAN BANTUAN PSU KOP PELAKU PEMBANGUNAN. Nomor :..., Lampiran :

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 46/M-DAG/PER/9/2009 TANGGAL : 16 September 2009 DAFTAR LAMPIRAN

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/JULI

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 194 TAHUN 2014

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

DIKLAT PENGADAAN TANAH KATA PENGANTAR

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

Nomor :... 1)... 2) Lampiran :... 3) Hal : Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. Wakil Kuasa dari Wajib Pajak :

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/3/2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

2016, No Menteri Pekerjaan Umum Nomor 627/KPTS/1987 Sebagai Pelaksanaan Likuidasi di Kota-Kota Lain perlu disesuaikan dengan memperhatikan sura

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 1 Nopember 1993

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 300/Kpts-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

Transkripsi:

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH DOKUMEN : DJBM/SMM/PP/18 TANGGAL : 19 Juli 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 1 dari 5 PENGESAHAN STATUS DOKUMEN STATUS DOKUMEN A S L I NO. DISTRIBUSI TANGGAL

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 2 dari 5 1. BAGAN ALIR 1) Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Nasional Start Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/ Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. Bupati/walikota/Gubernur menerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. Menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Instansi Pemerintah yang terkait menerima saran lokasi pembangunan lain dari Bupati/ Walikota/Gubernur jika lokasi ajuan tidak direkomendasikan. Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung. Finish

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 3 dari 5 2) Perencanaan Pengadaan Tanah Pelebaran Jalan Nasional Start Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/ Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. Bupati/walikota/Gubernur menerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung. Finish

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 4 dari 5 2. RINCIAN PROSEDUR a. Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Nasional 1) Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. 2) Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 3) Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 4) Bupati/walikota/Gubernurmenerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. 5) Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 6) Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. 7) Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. 8) Menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. 9) Instansi Pemerintah yang terkait menerima saran lokasi pembangunan lain dari Bupati/Walikota/Gubernur jika lokasi ajuan tidak direkomendasikan. 10) Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung.

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 5 dari 5 b. Perencanaan Pengadaan Tanah Pelebaran Jalan Nasional 1) Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. 2) Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 3) Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 4) Bupati/walikota/Gubernurmenerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. 5) Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 6) Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. 7) Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. 8) Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : i dari v PENGESAHAN STATUS DOKUMEN STATUS DOKUMEN A S L I NO. DISTRIBUSI TANGGAL

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : ii dari v SEJARAH DOKUMEN NO TANGGAL CATATAN PERUBAHAN DIPERIKSA KETERANGAN

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : iii dari v DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN NOMOR UNIT KERJA UNIT KERJA NOTASI 01 Sekretariat Ditjen BM SDBM 02 Direktorat Bina Program DITBP 03 Direktorat Bina Teknik DITBT 04 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I DITBPW-I 05 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II DITBPW-II 06 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah III DITBPW-III 07 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I BBPJN I 08 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II BBPJN II 09 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III BBPJN III 10 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV BBPJN IV 11 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V BBPJN V 12 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI BBPJN VI 13 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII BBPJN VII 14 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII BPJN VIII 15 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional IX BPJN IX 16 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X BBPJN X 17 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XI BBPJN XI

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : iv dari v DAFTAR ISI Lembar Pengesahan 1 1 BAGAN ALIR 2 2 RINCIAN PROSEDUR 4 Lembar Pengesahan i Status Dokumen i Sejarah Dokumen ii Daftar Distribusi Dokumen Daftar isi iii iv 1. Ruang lingkup 1 2. Tujuan 1 3. Acuan 1 4. Definisi dan Pengertian 2 4.1 Instansi Pemerintah 2 4.2 Pemerintah Pusat 2 4.3 Pemerintah Daerah 2 4.4 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2 4.5 Rencana Tata Ruang Wilayah 2 4.6 Pengadaan Tanah 3 4.7 Kepentingan Umum 3 4.8 Pemilik 3 4.9 Fasilitas Keselamatan Umum 3 5. Ketentuan Umum 3

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : v dari v 5.1 Perencanaan 3 5.2 Penetapan Lokasi 4 5.3 Ijin Memperoleh Tanah 6 5.4 5.5 Permohonan Penetapan Lokasi 2 Kabupaten/Kota/Provinsi Berlakunya Tata Cara Penetapan Lokasi 6 6 6. Kondisi Khusus 7 7. Bagan Alir, Tanggung Jawab dan Wewenang 8 7. 1 Bagan Alir Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Nasional 8 7. 2 Bagan Alir Perencanaan Pengadaan Tanah Pelebaran Jalan Nasional 9 7. 3 Tanggung Jawab dan Wewenang 10 8. Bukti Kerja 10 9. Lampiran 11

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 1 dari 18 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini berlaku untuk tahapan proses perencanaan pengadaan tanah dalam pekerjaan konstruksi, yaitu seluruh proses permohonan pengadaan tanah untuk kepentingan Pembangunan/Pelebaran Jalan Nasional (Bina Marga) dan Fasilitas Umum 2. TUJUAN Prosedur ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga dalam proses permohonan Pengadaan tanah untuk Jalan Nasional sesuai dengan peraturan perundangan dan ketentuan teknis yang berlaku 3. ACUAN 3.1 UU NO. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 3.2 UU NO. 20/1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda diatasnya 3.3 UU RI NO. 46 Tahun 2004 tentang Wakaf 3.4 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum 3.5 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum 3.6 Permen PU Nomor 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak atas Tanah Kementerian Pekerjaan Umum 3.7 Permen PU NO. 10/PRT/M/2006 tentang Tata cara penggunaan Dana Badan Usaha Untuk Penggunaan Tanah Jalan Tol 3.8 Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengaaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 2 dari 18 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengaaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum 3.9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK 02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 3.10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah 4. DEFINISI 4.1 Instansi pemerintah Sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi Kementerian Koordinator/Kementrian Negara/, Pemerintah Propinsi, Pemko, Pemkab serta lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan APBN dan/apbd 4.2 Pemerintah Pusat Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4.3 Pemerintah Daerah Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 4.4 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat Pembuat Komitmen adalah Pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 4.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 3 dari 18 4.6 Pengadaan Tanah Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah 4.7 Kepentingan Umum Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat 4.8 Pemilik Pemilik dalah pemegang hak atas tanah, dan/atau pemilik bangunan, dan/atau pemilik tanaman, dan/atau pemilik benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah 4.9 Fasilitas Keselamatan Umum Fasilitas keselamatan umum adalah sarana dan prasarana yang dibangun dan/atau dimanfaatkan untuk penampungan masyarakat yang mengalami musibah baik yang disebabkan oleh bencana alam dan atau akibat yang lain 5. KETENTUAN UMUM 5.1 Perencanaan Dalam rangka untuk memperoleh tanah bagi pelaksanaan pembangunan yang ditujukan bagi kepentingan umum, instansi pemerintah yang memerlukan tanah menyusun proposal rencana pembangunan dengan waktu paling lambat 1 (satu) tahun sebelumnya. Proposal tersebut berisi uraian tentang: a. Maksud dan tujuan pembangunan; b. Letak dan lokasi pembangunan; c. Luasan tanah yang diperlukan; d. Sumber pendanaan; e. Analisis kelayakan lingkungan perencanaan pembangunan, termasuk dampak pembangunan berikut upaya pencegahan dan pengendaliannya; f. Gambar Rencana Jalan.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 4 dari 18 Dalam melakukan penyusunan proposal rencana pembangunan sebagaimana dimaksud di atas, instansi pemerintah yang memerlukan tanah dapat meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia supaya dalam hal penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudianhari. Proposal rencana pembangunan tidak diperlukan dalam hal pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dipergunakan untuk fasilitas keselamatan umum dan penanganan bencana yang bersifat mendesak. 5.2 Penetapan Lokasi 5.2.1 Pengkajian Berdasarkan proposal rencana pembangunan instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Setelah menerima permohonan penetapan lokasi, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan dari aspek : a. Tata ruang. b. Penatagunaan tanah. c. Sosial ekonomi. d. Lingkungan. e. Penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan tanah. Pelaksanaan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan sebagaimana dimaksud di atas, didasarkan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 5 dari 18 5.2.2 Keputusan Penetapan Lokasi Berdasarkan rekomendasi yang diberikan, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menerbitkan keputusan penetapan lokasi. Keputusan penetapan lokasi sebagaimana yang dimaksud sebelumnya disampaikan kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. Dan keputusan tersebut berlaku juga sebagai ijin perolehan tanah bagi instansi pemerintah yang memerlukan tanah. 5.2.3 Jangka Waktu Keputusan Penetapan Lokasi Keputusan penetapan lokasi diberikan untuk jangka waktu : a. Satu tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas sampai dengan 25 (dua puluh lima) hektar; b. Dua tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima puluh) hektar; c. Tiga tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 50 (lima puluh) hektar. Apabila dalam jangka waktu penetapan lokasi sebagaimana dimaksud di atas perolehan tanah belum selesai, namun telah memperoleh paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari rencana pembangunan, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta hanya dapat menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. 5.2.4 Ketidaksesuaian dengan Rencana Tata ruang wilayah Dalam hal rekomendasi yang ada tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada, dan tidak dapat dilaksanakan pada lokasi yang telah direncanakan, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 6 dari 18 5.2.5 Publikasi Setelah diterimanya keputusan penetapan lokasi, instansi pemerintah yang memerlukan tanah dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari wajib mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi : a. Langsung; dan b. Tidak langsung, dengan menggunakan media cetak, media elektronika, atau media lainnya. 5.3 Ijin memperoleh tanah Jika lokasi tanah telah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, maka pihak ketiga yang bermaksud untuk memperoleh tanah di lokasi tersebut wajib memperoleh ijin tertulis dari Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ijin memperoleh tanah tidak diperlukan apabila perolehan tanahnya karena pewarisan, putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau karena perintah undang-undang. 5.4 Permohonan Penetapan Lokasi 2 kabupaten/kota/provinsi Permohonan penetapan lokasi yang lokasinya terletak di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi diajukan kepada Gubernur. Permohonan penetapan lokasi yang lokasinya terletak di 2 (dua) provinsi atau lebih diajukan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Ketentuan ini terdapat dalam Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 pasal 11. 5.5 Berlakunya Tata Cara penetapan Lokasi Tata cara penetapan lokasi sebagaimana telah diuraikan di atas berlaku juga untuk penetapan lokasi yang menjadi kewenangan Gubernur dengan disesuaikan pada

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 7 dari 18 lingkungan di tingkat provinsi dan untuk penetapan lokasi yang menjadi kewenangan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 6. KONDISI KHUSUS - Tanah Ulayat - Tanah Kehutanan - Tanah Instansi Pemerintah (PJKA, Pelindo dll) - Pengairan... - Tanah Makam - Tanah Wakaf

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 8 dari 18 7. BAGAN ALIR, TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG 7.1 Bagan Alir Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Nasional Start Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/ Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. Bupati/walikota/Gubernur menerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. Menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Instansi Pemerintah yang terkait menerima saran lokasi pembangunan lain dari Bupati/ Walikota/Gubernur jika lokasi ajuan tidak direkomendasikan. Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung. Finish

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 9 dari 18 7.2 Bagan Alir Perencanaan Pengadaan Tanah Pelebaran Jalan Nasional Start Instansi Pemerintah yang terkait menyusun proposal rencana pembangunan. Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/ Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. Bupati/walikota/Gubernur menerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah. Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah. Mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung. Finish

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 10 dari 18 7.3 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 7.3.1 Instansi Pemerintah yang terkait a. Menyusun proposal rencana pembangunan b. Meminta pertimbangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia c. Mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. d. Menerima saran lokasi pembangunan lain dari Bupati/Walikota/Gubernur jika lokasi ajuan tidak direkomendasikan e. mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi langsung maupun tidak langsung 7.3.2 Bupati/walikota/Gubernur a. Menerima permohonan penetapan lokasi pembangunan dari instansi pemerintah b. Melakukan pengkajian kesesuaian rencana pembangunan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. c. Menerbitkan keputusan penetapan lokasi dan menyampaikannya kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait. d. Menerbitkan 1 (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. e. Memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah 8. Bukti Kerja 8.1 Proposal Rencana Pembangunan 8.2 Permohonan Penetapan Lokasi

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 11 dari 18 8.3 Rekomendasi Kajian 8.4 Keputusan Penetapan Lokasi 8.5 Publikasi Rencana Pembangunan 9. Lampiran 9.1 Daftar isi Proposal Rencana Pembangunan 9.2 Formulir Permohonan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Penetapan Lokasi 9.3 Surat Undangan Sosialisasi 9.4 Daftar Hadir Sosialisasi 9.5 Berita Acara Sosialisasi

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 12 dari 18 Lampiran 9.1 Daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Ruang Lingkup BAB II. LETAK DAN LOKASI PEMBANGUNAN 2.1. Letak Pembangunan 2.2. Lokasi Pembangunan BAB III.LUAS TANAH PEMBANGUNAN 3.1 Kondisi tanah secara umum 3.2 Luas tanah pembangunan BAB IV SUMBER PENDANAAN 4.1 Anggaran Pembangunan 4.2 Sumber Pendanaan BAB V ANALISA KELAYAKAN LINGKUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN 5.1 Kondisi umum 5.1 Analisa Kelayakan Lingkungan 5.1 Dampak Pembangunan 5.1 Upaya Pencegahan dan Pengendalian BAB IV. PENUTUP LAMPIRAN

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 13 dari 18 Lampiran 9.2 FORMULIR PERMOHONAN PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM PENERBITAN PENETAPAN LOKASI Kepada Yth. di Yang bertandatangan di bawah ini: 1. Nama : 2. Alamat : 3. Bertindak atas nama : dengan ini mengajukan permohonan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam penerbitan Penetapan Lokasi untuk keperluan pembangunan dengan keterangan mengenai tanah yang dimohon sebagai berikut: 1. Letak tanah yang dimohon : a. Jalan, nomor, RT/RW : b. Desa/Kelurahan : c. Kecamatan : 2. Luas tanah yang dimohon : 3. Status/penguasaan tanah : 4. Penggunaan tanah saat ini : Sebagai kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan1): 1. Surat Penunjukan dari instansi yang memerlukan tanah; 2. Sketsa letak lokasi yang dimohon; 3. Proposal perencanaan kegiatan dan penganggaran; 4. Persetujuan Prinsip dari instansi yang berwenang apabila tanahnya merupa kan aset negara; 5. Dokumen penunjang lainnya2):

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 14 dari 18 Demikian permohonan ini kami sampaikan, dan kami bertanggungjawab atas kebenarannya, Pemohon, (Materai) ( ) Keterangan: 1) Coret yang tidak perlu. 2) Sebutkan dokumen penunjang yang berkaitan dengan tanah yang dimohon.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 15 dari 18 Lampiran 9.3 KOP SURAT Nomor : Jakarta,,,. Lampiran : Kepada Yth,... di... Perihal : Undangan sosialisasi rencana pengadaan tanah Dalam rangka rencana pelaksanaan pembangunan. perlu dilakukan proses pengadaan tanah di, maka dengan ini kami mohon kehadiran Saudara pada : Hari/Tanggal : Waktu : Tempat : Demikianlah kami sampaikan, atas perhatian serta kerjasama Saudara kami ucapkan terima kasih. Tembusan Kepada : 1. 2. Kepala Instansi Pemerintah, ttd ( ) NIP.

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 16 dari 18 Lampiran 9.4 KOP SURAT DAFTAR HADIR KEGIATAN : HARI/TANGGAL : ACARA : NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 17 dari 18 Lampiran 9.5 KOP SURAT BERITA ACARA SOSIALISASI RENCANA PENGADAAN TANAH Pada hari ini...tanggal...bulan...tahun..., Kepala (nama instansi pemerintah...telah melakukan sosialisasi pengadaan tanah dengan hasil sebagai berikut: I. Peserta Rapat 1... 2... 3... 4... II. Pelaksanaan sosialisasi 2.1 Sosialisasi Dipimpin Oleh :... 2.2 Kesepakatan dalam sosialisasi :... No Materi Sosialisasi Pembahasan Hasil Pembahasan Keterangan

No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/18 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal : 18 dari 18 Keterangan : V V X : Dibahas : Sepakat : Tidak dibahas/tidak sepakat III. Kesimpulan (Diisi hasil sosialisasi) Demikian, Berita acara sosialisasi ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, Kepala Instansi Pemerintah (...) (...) (...)