BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TENTANG IDDAH BAGI ISTRI YANG DITINGGAL MATI SUAMINYA DALAM KEADAAN HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan lembaga yang melahirkan keluarga, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB II PENGERTIAN TENTANG NAFKAH, NAFKAH IDDAH MUT AH DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISA TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH PARA NARAPIDANA KEPADA ISTERINYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

STUDI ANALISIS TERHADAP KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

PENGERTIAN TENTANG PUASA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

BAB V PENDAPAT EMPAT IMAM MAZHAB FIKIH DAN HAKIM PENGADILAN AGAMA KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENETAPAN MASA IDAH WANITA YANG DI CERAI

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pengaruh dari putusnya suatu ikatan perkawinan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs.

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

SILABUS PEMBELAJARAN

Makalah Syar u Man Qoblana

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG TIDAK SAHNYA AKAD NIKAH DENGAN MENDAHULUKAN QABUL DAN MENGAKHIRKAN IJAB

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG URF

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

BAB IV ANALISIS APLIKASI AKAD MUQAYYADAH OFF BALANCE SHEET PADA KANTOR CABANG BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hak Istri Menolak Rujuk Perspektif Kompilasi Hukum Islam (KHI) di

KLASIFIKASI AYAT-AYAT HUKUM (DARI SEGI QATH`I DAN ZHANNI) Oleh : Subhan 1

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika Menjalani Masa Iddah Karena Menyusui Dalam Kompilasi Hukum Islam Sebelum penulis menganalisis lebih lanjut tentang perhitungan masa iddah perempuan yang berhenti haid ketika menjalani masa iddah karena menyusui, yang mana dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan pada bagian kedua pasal 153 ayat (5) waktu tunggu bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali waktu suci, terlebih dahulu kita pahami beberapa pendapat para ulama mengenai perhitungan iddah perempuan yang berhenti haid ketika menjalani masa iddah karena menyusui atau karena penyakit. Kalangan para ulama berpendapat mengenai iddah bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui. Ulama Hambali dan Ulama Maliki berpendapat bahwa iddahnya wanita yang berhenti karena menyusui atau karena penyakit maka iddahnya satu tahun penuh. Ulama Syafi i berpendapat dalam qaul jadid di antara dua pendapatnya mengatakan bahwa, wanita tersebut selamanya berada dalam iddah hingga ia mengalami haid atau memasuki usia menopause, sesudah itu beriddah selama tiga bulan. 61

62 Menurut Hanafi, apabila seorang wanita mengalami satu kali haid, lalu karena sakit atau menyusui haidnya terputus sama sekali, dan dia tidak lagi pernah mengalami haid, maka wanita tersebut dinyatakan tidak keluar dari iddahnya sampai kelak dia memasuki masa menopause. Dengan memasuki masa menopause ini sajalah dia bisa menyelesaikan iddahnya. Dengan demikian, menurut Hanafi dan Syafi i masa iddahnya dapat berlanjut selama 40 tahun. 1 Imamiyah berpendapat bahwa apabila karena sesuatu sebab wanita tersebut mengalami keterputusan shaid, lalu dia ditalak, maka iddahnya adalah tiga bulan sebagaimana yang ada pada wanita yang tidak pernah mengalami haid sama sekali. Kalau ternyata ia mengalami haid lagi setelah ditalak, maka iddahnya adalah salah satu di antara dua jenis iddah berikut ini yang terlebih dahulu dia selesaikan. Yaitu tiga bulan penuh atau tiga quru. Artinya, kalau dia terlebih dahulu bisa menyelesaikan tiga quru sebelum tiga bulan penuh, maka iddahnya dinyatakan selesai. Demikian pula halnya, bila dia telah melewati masa tiga bulan penuh tapi belum menyelesaikan tiga quru, maka iddahnya pun dianggap telah selesai pula. 2 Untuk menganalisa KHI Pasal 153 ayat (5), kita perhatikan lagi bunyi pasal tersebut, Bagi isteri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui maka iddahnya tiga kali waktu suci. Pasal ini menerangkan bahwa si wanita tersebut harus menunggu sampai mengalami haid, lalu ia menghitung tiga kali waktu suci dari haid tersebut. Wanita yang 1 Muhammad Jawad Mughniyah, al-fiqh ala al-madzahib al-khamsah, Penerj. Masykur, dkk, Terj. Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: PT Lentera Basritama, cet. II, 1996, hlm. 468. 2 Ibid.

63 menyusui di sini diibaratkan sebagai wanita yang sedang berpenyakit, seperti halnya nifas atau sedang memiliki penyakit yang mengakibatkan ia tidak mengeluarkan haid. Sehingga, jika ketika wanita itu dalam kondisi seperti ini dan selamanya tidak mengeluarkan haid lagi, maka selamanya ia juga berada dalam masa iddah. Setelah mencapai usia menopause, ia mengunakan iddah bulan yakni tiga bulan. Meski hal ini tidak dijelaskan secara eksplisit dalam KHI Pasal 153 ayat (5), karena ketentuan ini merujuk pada pendapat ulama Syafi iyyah. Dari beberapa keterangan di atas, penulis mengambil beberapa hasil analisa sebagai berikut: 1. Perempuan yang sedang menyusui, kaitannya dengan masalah iddah, ia dianalogikan sebagai wanita yang berpenyakit. Bukan berarti susu itu adalah penyakit. Akan tetapi, menyusui yang mengakibatkan berhentinya haid itulah yang menjadikan wanita ini disamakan dengan wanita yang memiliki penyakit (illat). 2. Dalam KHI Pasal 153 ayat (5) mengandung ketentuan bahwa jika wanita yang haidnya berhenti karena menyusui atau sebab penyakit itu telah mencapai usia menopause, maka beriddah tiga bulan. Meski hal ini tidak dijelaskan langsung secara eksplisit.

64 B. Analisis Dasar Hukum Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika Menjalani Masa Iddah Karena Menyusui Dalam Kompilasi Hukum Islam Dalam bab 3 telah dijelaskan bahwa ketentuan iddah yang tertuang dalam KHI Pasal 153 ayat (5) berdasar pada pendapat ulama yang bermazhab Syafi i yaitu Syaikh Sulaiman, dalam karyanya yang bernama kitab Al- Bujraimi. م ن ا ن ق ط ع ح ي ض ه ا ل ع ار ض ك ر ض اع أ و ن ف اس أ و م ر ض, ت ص بر ح تى تح ي ض ف ت ع ت د ب الا ق ر اء أ و ح تى 3 ت ب ل غ س ن ال ي ا س ف ت ع ت د ب الا ش ه ر Artinya: Barang siapa (perempuan) berhenti haid karena adanya illat (penyakit) seperti menyusui, nifas, atau sakit, maka ia beriddah dengan beberapa suci atau sampai usia menopause, lalu ia beriddah dengan beberapa bulan Kata عارض yang diartikan sebagai penyakit merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan haid seorang wanita berhenti. Jadi, jika terdapat penyakit namun tidak menyebabkan berhentinya haid seseorang atau wanita yang menyusui namun masih mengalami haid biasa, maka ia tidak termasuk dalam kategori ini. Kata سن اليا س yang dimaksud dalam kitab tersebut diartikan terputusnya haid, yakni masa di mana seorang wanita sudah tidak lagi mengalami haid (menopause). 3 Syaikh Sulaiman, Bujraimai, Beirut: Darul Fikr, 2007, hlm. 50.

65 Dari keterangan kitab tersebut, kita pahami bahwa seorang perempuan pada saat menjalani masa iddah tetapi dalam masa tersebut haidnya berhenti, ia tetap beriddah menggunakan quru, yakni tiga quru. Dalam KHI sendiri, mengartikan istilah quru adalah suci, sehingga iddahnya tiga kali waktu suci. Jika ia tetap tidak mengalami haid lagi, maka setelah ia mencapai usia menopause ia cukup beriddah dengan bulan, yakni tiga bulan. Setelah itu ia sudah dinyatakan selesai menjalani masa iddah. Semuanya itu, apabila berhentinya haid wanita tersebut dikarenakan adanya suatu illat (penyakit), seperti sedang menyusui, nifas, atau sakit. Perbedaan pendapat tentang iddah bagi wanita yang berhenti haid karena menyusui dikarenakan perbedaan para ulama dalam memahami firman Allah surat al-thalaq, ayat 4: '($)!"#$%& 2%678* /012 /425 *+,-. @ <>? * 9:;<= /:;28 K= EFG I,J ABCD= 'NOP @ /:;78 G I 2L> (= T 7 UV= < R =" Q 2;? " ' WX</+Y Artinya: dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

66 Imam Malik mengartikan kata ya-is adalah wanita yang tidak dapat dipastikan telah putus haid. Beliau menjadikan firman Allah *+,-. (jika kamu ragu-ragu) berkaitan dengan hukum bukan dengan haid (yaitu jika kamu ragu-ragu tentang istri yang telah putus haid). Sedangkan bagi wanita yang selama 9 bulan tidak mengalami haid sedang usianya masih memungkinkan terjadinya haid, Imam Malik berpendapat bahwa ia Beriddah selama 3 bulan (9 bulan untuk mengetahui kehamilannya, 3 bulan untuk iddahnya). Imam Syafi i dan Hanafi mengartikan kata ya-is adalah wanita yang sudah putus haid. Bagi wanita yang berhenti haidnya sedang ia masih mungkin mengalami haid maka ia harus menunggu sampai ia memasuki usia tersebut (usia putus haid). Dalam permasalahan ini penulis beranggapan bahwa pendapat Imam Malik, Iman Syafi i dan Imam Hanafi tentang iddah bagi wanita yang berhenti haid karena menyusui terlalu memberatkan karena salah satu tujuan dari iddah adalah untuk mengetahui kehamilan seseorang, al-qur an memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa iddah terlama adalah empat bulan sepuluh hari (bagi wanita yang dicerai mati), tiga bulan bagi wanita yang sudah putus haid atau belum pernah haid dan tiga quru bagi wanita yang masih haid. Sedangkan bagi wanita yang dithalak suaminya (pernah haid sekali atau dua kali) kemudian pada masa iddahnya ia tidak haid menurut penulis iddahnya adalah tiga bulan. Apabila tiga bulan tersebut diketahui ia hamil maka wanita

67 tersebut harus Beriddah sampai ia melahirkan. Akan tetapi apabila waktu tiga bulan tersebut ia tidak hamil maka habislah masa iddahnya. Jadi menurut penulis iddah bagi wanita yang berhenti haid karena menyusui dikembalikan kepada hukum asal. Apabila wanita tersebut masih haid maka ia Beriddah selama 3 quru, apabila ia sudah putus haid maka ia Beriddah dengan hitungan bulan (tiga bulan). Dalam menentukan hukum pertama-tama mencarinya didalam al- Qur an. karena al-qur an merupakan sumber hukum Syari at Islam yang pertama, dengan al-qur an pula kita akan mengetahui hukum Allah SWT. Di dalam al-qur an syari at secara keseluruhan diterangkan. Oleh karena itu al- Qur an mempunyai daya tahan sepanjang zaman dan dapat sesuai dengan kondisi setiap masyarakat. Selain itu hukum di dalam al-qur an juga bersifat mujmal yang perinciannya diserahkan kepada ahli ijtihad. 4 Di dalam memahami ayat-ayat al-qur an terkadang kita memerlukan penjelasan atau takwil dengan cara mempelajari hadits. Hadits sangat diperlukan karena bukan saja sebagai sumber yang kedua bagi Syari at Islam akan tetapi juga karena sebagai penafsir al-qur an, pensyarah, menafsirkan yang mujmal dan mentaqyid kan yang mutlaq. 5 Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur an kita memerlukan pentakwilan, apabila dalil syar i menghendaki adanya pentakwilan, maka yang dijadikan pegangan adalah arti takwil tersebut. Apabila terdapat pertentangan 4 Teungku Muhammad Hasby Ash- Shiedieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Semarang: PustakaRizki Putra, 1997, hlm. 176. 5 Teungku Muhammad Hasby Ash- Shiedieqy, Pokok Pokok Pegangan Imam Madzha, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 186.

68 antara dhohir Al-Qur an dengan makna yang terkandung dalam dhohir dalam sunnah sekalipun jelas maka yang didahulukan adalah dhohir al-qur an tetapi apabila makna yang terkandung oleh sunnah tersebut dikuatkan dengan ijma ahli Madinah, maka ia lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam dhohir sunnah dari pada dhohir al-qur an (sunnah mutawatiroh atau sunnah mashuroh). Praktek keagamaan menurut para sahabat Imam Malik, tidak lain adalah praktek yang diwarisi para masa Rasulullah saw, kemudian praktek tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya sampai kepada Imam Malik. Dengan demikian perilaku sehari-hari penduduk Madinah (ijma ahli Madinah) yang berasal dari qur an, hasil mencontoh Rasulullah saw bukan berasal dari ijtihad ahli Madinah. Sehingga amal ahli Madinah ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam islam dan kedudukannya sebagai hadits mutawatir. Selanjutnya jika hukum tersebut tidak ditemukan dalam sumbersumber tersebut, maka merujuk kepada fatwa sahabat. Fatwa sahabat yang dimaksud adalah berwujud hadits-hadits yang bersumber dari para sahabat besar yang mempunyai pengetahuan terhadap suatu masalah sehingga hadits tersebut wajib diamalkan. Fatwa sahabat yang bisa dijadikan sebagai hujjah tidak boleh bertentangan dengan hadits marfu. Selain itu fatwa sahabat yang merupakan hasil ijtihad mereka.

69 Setelah berbagai metode yang ditempuh diatas belum juga menemukan suatu ketetapan hukum, kemudian menggunakan qiyas. Qiyas menurut ulama ushul ialah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illat hukumnya. 6 Dalam pembahasan ini penulis menganalisis permasalahan tentang iddah wanita yang berhenti haid karena menyusui diqiyaskan dengan iddah bagi wanita yang tidak haid sedang ia masih dalam usia haid. Penerapan ini membuktikan bahwa pasal-pasal dalam Kompilasi Hukum Islam berpegang pada dhahir al-qur an surat ath-thalak ayat 4. 6 Prof. Dr. Abdul wahhab khallaf, Kaidah- Kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, cet. VIII, 2002, hlm. 74.

70