BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilik. Menurut. Suryonosubroto (2009; 286) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi

PERSEPSI PELAKSANAAN LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN BIDANG PENGEMBANGAN DIRI PADA PROGRAM EKSTRAKURIKULER DI SMAN 5 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB I PENDAHULUAN. Wacana yang berkembang dimasyarakat, khususnya di kecamatan Lawang

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN MADRASAH (RIPM) DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. School, yaitu Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, dan juga Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran itu penting untuk menciptakan karekter pribadi yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

STUDI TENTANG PERAN DAN MANFAAT KURIKULUM NON AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB V PENUTUP. Pendidikan Agama Islam hendaknya tujuan pengajaran PAI diarahkan: 1) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efesian

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah

BAB II KONSEP TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN HASIL BELAJAR. sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui layanan pendidikan bermutu dan berkualitas, pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan mereka yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan mutu di setiap satuan pendidikan diarahkan pada upaya terselenggaranya proses pendidikan kepada pihak yang berkepentingan atau masyarakat. Upaya yang terus menerus dilakukan dan berkesinambungan diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan bermutu dan berkualitas, yang dapat menjamin bahwa proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah 1

2 sudah sesuai harapan dan yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, peningkatan mutu pada setiap sekolah sebagai satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia secara nasional. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah. Berbeda dari pengaturan kegiatan intrakurikuler yang secara jelas disiapkan dalam perangkat kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah. Secara yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam Surat Keputusan Menteri yang harus dilaksanakan oleh sekolah. Salah satu Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI no 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Efektif di Sekolah. Pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab V pasal 9 ayat (2) : Pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olah raga dan seni (Porseni), Karyawisata, lomba kreativitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas peserta didik dalam rangka mengembangkan pendidikan anak seutuhnya. 1 Keputusan Kemendiknas ini dalam lampirannya juga dinyatakan bahwa Liburan sekolah atau madrasah selama bulan ramadhan diisi dan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diarahkan pada 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 148

3 peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau amaliah agama termasuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang bermuatan moral. 2 Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama bagi perkembangan dan perwujudan diri individu dalam pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dan dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakatnya, yaitu kepada peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah saat ini harus bertujuan mengembangkan potensi peserta didik melalui: (1) olah hati untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk kepribadian unggul, membangun kepemimpinan dan entrepreneurship; (2) olah pikir untuk membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) olah rasa untuk meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya; dan (4) olah raga untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan, dan kesiapan fisik serta ketrampilan kinestetis. 3 Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan pendidikan di sekolah selama ini lebih menekankan pada hafalan konten/isi pelajaran yang kurang bermakna bagi dirinya. Hegemoni Ujian Akhir Nasional dan Status Sekolah 2 Ibid., h. 153 h. 15 3 Departemen Pendidikan Nasional, Rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2005-2009,

4 saat ini semakin mendorong proses belajar mengajar di sekolah lebih mengejar ranah kognitif. Pembinaan dan penyediaan sarana pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor (ketrampilan) kurang mendapatkan perhatian. Artinya perwujudan tujuan pendidikan yang membentuk manusia yang seutuhnya akan semakin jauh untuk dapat tercapai. Kondisi ini sesuai dengan adanya hasil survei dan penelitian yang menunjukkan bahwa pendidikan formal terlalu menekankan pada perkembangan mental intelektual semata-mata, dan kurang memperhatikan perkembangan afektif (sikap dan perasaan) serta psikomotor (ketrampilan). 4 Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang diharapkan dapat mengisi peran dalam pengembangan potensi siswa pada ranah afektif dan psikomotor senantiasa dapat dikelola dengan menerapkan manajemen yang rapi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi agar diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal dan menunjang peningkatan kualitas pendidikan di lembagalembaga formal. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian atau sub materi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTS P) yang saat ini diberlakukan pada sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di seluruh Indonesia terutama pada sekolah negeri, baik yang berada di bawah Kementrian Pendidikan Nasional maupun Kementrian Agama, termasuk di Madrasah Tsanawiyah Negeri Lipat Kain. 4 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002, Cet. Ke-2), h. 26

5 Dari pengamatan awal yang peneliti lakukan di MTsN Lipatkain diketahui bahwa stakeholder di madrasah ini mulai dari pimpinan, orang tua peserta didik dan guru-guru pembina memberikan perhatian yang lebih terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini juga pernah disampaikan oleh Kepala Madrasah dalam kesempatan memberikan pengarahan pada Upacara Senin Pagi yang pada intinya bahwa seluruh civitas akademik MTsN Lipatkain diharapkan untuk mendukung dan memajukan kegiatan ekstrakurikuler agar lebih berprestasi, namun juga dengan tidak mengabaikan kegiatan inti yakni pembelajaran intrakurikuler. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN ini, selain untuk menyalurkan bakat minat peserta didik, juga untuk meningkatkan prestasi sekolah pada perlombaan-perlombaan yang diikuti, baik di tingkat Kecamatan, Kabupaten ataupun tingkat provinsi, sehingga dengan prestasi tersebut diharapkan akan membawa nama baik dan mengangkat citra sekolah di mata masyarakat luas dan memunculkan ketertarikan bagi mereka untuk memasukkan anak-anaknya ke madrasah tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di MTsN Lipatkain antara lain; kegiatan pramuka, kaligrafi, drum band, pencak silat, club-club olahraga, yakni bola kaki, bola volly, futsal dan sepak takraw. Kegiatankegiatan tersebut secara rutin dan berkala terus dilaksanakan di bawah bimbingan dan arahan guru pembina yang sudah ditetapkan. Namun pelaksanaannya belum tertata dengan baik sehingga hasilnya belum maksimal sebagaimana yang diharapkan.

6 Sebagai contoh yang terlihat secara kasat mata adalah tentang sarana yang digunakan untuk beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler belum memadai, seperti untuk ekstrakurikuler pramuka, peralatan latihan yang ada tidak sesuai dengan jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan ini. Juga untuk bola kaki dan futsal masih menggunakan lapangan yang alami dan tidak dilengkapi fasilitas yang cukup sebagaimana yang digunakan pada pertandingan pada umumnya. Untuk ini, peneliti ingin mengkaji secara lebih mendalam tentang manajemen kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain. B. Identifikasi Masalah Sesungguhnya banyak masalah yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain, diantaranya: 1. Manajemen atau pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di MTsN Lipatkain belum tertata dengan rapi. 2. Kapasitas pengelola atau pembina kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain sebagian besar belum memenuhi kualifikasi kepelatihan yang diharapkan. 3. Masih ada sebagian peserta didik MTsN Lipatkain yang kurang antusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan pihak madrasah. 4. Sarana yang dimiliki MTsN Lipatkain untuk beberapa kegiatan ekstrakurikuler belum memadai, sehingga proses kegiatan kurang berjalan dengan lancar.

7 C. Fokus Penelitian Untuk lebih terarahnya penelitian ini dan keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dari segi waktu dan biaya, maka perlu menetapkan fokus penelitian, yakni tentang implementasi fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain Kampar. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler oleh Kepala Madrasah di MTsN Lipatkain Kampar? b. Bagaimana prestasi atau hasil yang dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain? c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain? E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: a. Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan oleh Kepala Madrasah di MTsN Lipatkain Kampar.

8 b. Prestasi atau hasil yang dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain c. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain. 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, antara lain: a. Bagi kepala madrasah khususnya MTsN Lipatkain Kampar dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan dalam upaya memaksimalkan proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler untuk tujuan peningkatan kualitas pendidikan secara maksimal, menyeluruh dan memenuhi harapan semua pihak. b. Bagi para guru Pembina kegiatan ekstrakurikuler, dapat menjadi pengetahuan dan motivasi agar senantiasa meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler dengan baik dan berdaya guna. c. Bagi peneliti berikutnya, dapat dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang kegiatan ektrakurikuler dan pengaruhnya terhadap prestasi kurikuler peserta didik di sekolah.

9 F. Definisi Operasional a. Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Manajemen secara bahasa adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. 5 Sedangkan secara istilah manajemen adalah melakukan kegiatan dengan melibatkan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi, dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan ( planning), pengorganisasian ( organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan ( leading) dan pengawasan (controlling). 6 Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Manajemen kegiatan ekstrakurikuler dalam penelitian adalah implementasi fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengawasan serta evaluasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di MTsN Lipatkain, dengan indikator-indikator sebagai berikut: 5 WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), h. 623 6 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BP Fakultas Ekonomi, 2001), Cet. Ke- 17, h. 10

10 a. Kerapian dalam menyusun rencana kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain untuk Tahun Ajaran 2010/2011 b. Tingkat koordinasi yang dilakukan pimpinan madrasah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu jenis kegiatan dengan kegiatan lainnya. c. Strategi kepala madrasah dalam meningkatkan prestasi bidang ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain. d. Metode yang digunakan oleh Pembina dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain e. Sistem pengawasan yang dilakukan pimpinan madrasah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. f. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain. g. Prestasi yang diraih Madrasah dalam berbagai perlombaan yang diikuti h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Lipatkain