Pedoman Umum Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI APRIL 2014

Petunjuk Pelaksanaan Tenaga Kerja Sukarela

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN KE LUAR NEGERI

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin.

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MONITORING DAN EVALUASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA SUB BAGIAN UMUM, KEUANGAN, DAN ASET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Ketenagakerjaan. 4. Pembentukan kelembagaan SKPD bidang ketenagakerjaan di daerah.

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDON

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ketenagakerjaan. ketenagakerjaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN,

N. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016

LAMPIRAN XIV PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Januari 2010

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perluasan Lapangan Kerja

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

2. Pembinaan (pengawasan, pengendalian, monitoring, evaluasi, dan pelaporan) penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan skala daerah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 40 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perpanjangan Perjanjian Kerja Pada Pengguna Perseorangan (Beri

Tabel IV.B.12.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Ketenagakerjaan tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No.4 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya diseb

Perempuan dan Industri Rumahan

TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

SISTEMATIKA PENYUSUNAN CETAK BIRU (BLUE PRINT) PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur

2013, No.5 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut den

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K A T A P E N G A N T A R

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

Transkripsi:

Pedoman Umum Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengangguran merupakan salah satu permasalahan serius bangsa yang secara terus-menerus menjadi perhatian pemerintah. Upaya penanggulangan pengangguran menjadi penting, karena bila tidak tertangani dengan baik, dampak dari masalah pengangguran dikhawatirkan dapat memicu persoalan kerawanan sosial, seperti meningkatnya angka kemiskinan dan kriminalitas. Masih tingginya angka pengangguran di tanah air dapat diamati dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Agustus 2014 yang menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014 mengalami peningkatan dari semula sebanyak 7,15 juta orang atau sekitar 5,7 persen penduduk pada Februari 2014 menjadi 7,24 juta orang atau sekitar 6,17 persen penduduk pada Agustus 2014. Fakta tersebut sekaligus menjadi warning kepada pemerintah agar mampu meningkatkan upaya penanggulangan pengangguran secara optimal, terutama ditengah kondisi perekonomian nasional yang belum membaik. Selain itu, tantangan ketenagakerjaan kedepan diperkirakan semakin berat dan kompleks. Jumlah angkatan kerja diperkirakan bertambah sehingga menuntut adanya pelayanan pasar kerja yang mudah dan murah, serta tersedianya kesempatan kerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada. Terlebih lagi adanya penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), menuntut adanya peningkatan kualitas SDM tenaga kerja yang mampu bersaing di pasar kerja domestik maupun internasional. Selain itu, industrialisasi kedepan juga diperkirakan akan semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan pasar bebas. Untuk itu, perlindungan tenaga kerja dituntut sesuai dengan perkembangan tersebut. Terbatasnya lapangan kerja di sektor formal yang tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, berpengaruh terhadap meningkatnya angka pengangguran, khususnya dikalangan kaum muda terdidik. Keberadaan penganggur terdidik ini tentu saja merupakan suatu pemborosan, karena mereka sebenarnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, namun belum terserap di pasar kerja formal. 1

Disisi lain, pengembangan ketenagakerjaan sektor informal belum tergarap secara optimal. Padahal, Indonesia memliki beragam potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan menjadi modal dasar pengembangan usaha sektor informal. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan mengupayakan berbagai kebijakan, salah satunya melalui pembentukan kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela atau yang dikenal dengan istilah "Pendayagunaan TKS". Kegiatan Pendayagunaan TKS bertujuan untuk memberdayakan para sarjana dalam kegiatan pendampingan masyarakat dibidang perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja, yang berbentuk : pendampingan Kelompok Usaha Masyarakat (Padat Karya produktif, Terapan Teknologi Tepat Guna dan Tenaga Kerja Mandiri/kewirausahaan), Pendampingan Calon TKI (CTKI), Penggerak Perantaraan Kerja dan Operator Bursa Kerja On line (BKOL). Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, pengalaman dan keterampilan TKS diharapkan dapat berkembang secara optimal. Kemudian dalam rangka memandu pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan TKS, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja - Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja - Kementerian Ketenagakerjaan menyusun pedoman Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. Pedoman Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela terdiri atas Pedoman Umum dan Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. Pedoman umum memuat ketentuan-ketentuan umum dan prinsip-prinsip kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. Sedangkan Petunjuk Pelaksanaan memuat aturan teknis pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Perluasan Kesempatan Kerja; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Kewirausahaan Pemuda; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja; 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.12 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Tahun 2010-2025; 2

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2014-2019. C. Tujuan Penyusunan Pedoman Penyusunan pedoman kegiatan Pendayagunaan TKS bertujuan untuk memberikan panduan kepada para stake holder kegiatan mengenai konsep kegiatan, tujuan dan mekanisme kegiatan Pendayagunaan TKS sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. D. Sasaran Pengguna Sasaran pengguna Pedoman Umum dan Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan TKS, antara lain: 1. Pelaksana kegiatan, yakni aparatur Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja selaku Pelaksana Kegiatan Pusat dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku Pelaksana Kegiatan Daerah; 2. Pengguna/pemanfaat kegiatan, yakni masyarakat, dalam hal ini pencari kerja (pencaker) dan pemberi kerja; 3. Lembaga/instansi lain yang membutuhkan. E. Daftar Istilah Dalam pedoman ini terdapat beberapa istilah yang perlu dipahami oleh para penggunaa, antara lain: 1. Program Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela adalah program pemberdayaan pemuda-sarjana yang berbentuk pendampingan masyarakat dibidang perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja. 2. Tenaga Kerja Sukarela (TKS) adalah para pemuda-sarjana yang menjadi peserta kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. 3. Pelaksana Kegiatan Pusat atau disingkat PL Pusat adalah aparatur Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja-Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan kerja-kementerian Ketenagakerjaan selaku penanggung jawab, pembina sekaligus pelaksana kegiatan Pendayagunaan TKS di tingkat pusat. 3

4. Pelaksana Kegiatan Daerah atau disebut PL Daerah adalah aparatur pemerintah daerah dari Dinas yang membidangi urusan ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab, pembina dan pelaksana kegiatan pendayagunaan TKS di daerah. Pelaksana kegiatan di tingkat Provinsi selanjutnya disebut PL Provinsi, sedangkan pelaksana kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota disebut PL. Kabupaten/Kota. 5. Pemanfaat kegiatan adalah semua pihak yang mengambil manfaat dari kegiatan Pendayagunaan TKS, yaitu TKS, kelompok usaha masyarakat yang didampingi, pencari kerja dan pemberi kerja. 6. Pola pendampingan TKS adalah pola pendampingan kepada masyarakat yang menitikberatkan pada peranan TKS sebagai pendamping/fasilitator sesuai dengan prinsip-prinsip umum pendampingan. 7. Kelompok Usaha Masyarakat adalah kumpulan orang (penganggur) yang tergabung dalam suatu kelompok dengan maksud melakukan usaha produktif dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup mereka. 8. Kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang diisi oleh pencari kerja dan pekerja yang sudah ada. 9. Perluasan Kesempatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan/atau mengembangkan lapangan pekerjaan yang sudah tersedia. 10. Perluasan Kesempatan Kerja di dalam Hubungan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan/atau mengembangkan lapangan pekerjaan yang tersedia berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur perintah, pekerjaan dan upah. 11. Perluasan Kesempatan Kerja di luar Hubungan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan/atau mengembangkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak berdasarkan perjanjian kerja. 12. Penempatan tenaga kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan. 13. Antar kerja adalah sistem yang meliputi pelayanan informasi pasar kerja, penyuluhan dan bimbingan jabatan dan perantaraan kerja. 4

14. Pengantar kerja adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keterampilan melakukan kegiatan antar kerja dan diangkat dalam jabatan fungsional oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. 15. Pencari kerja (pencaker) adalah angkatan kerja yang sedang menganggur dan mencari pekerjaan maupun yang sudah bekerja tetapi ingin pindah atau alih pekerjaan dengan mendaftarkan diri kepada pelaksana penempatan tenaga kerja atau secara langsung melamar kepada pemberi kerja. 16. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah. 17. Penempatan tenaga kerja ke luar negeri adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan dan pemulangan dari negara tujuan. 18. Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari pekerja yang akan bekerja ke luar negeri dan terdaftar di dinas pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. 19. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. 20. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) adalah badan hukum yang telah memperoleh ijin tertulis dari menteri untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. 21. Informasi Pasar Kerja (IPK) adalah keterangan mengenai karakteristik kebutuhan dan persediaan tenaga kerja. 22. Bursa Kerja adalah tempat pelayanan kegiatan penempatan tenaga kerja 23. Bursa Kerja On line (BKOL) adalah sistem pelayanan kegiatan penempatan tenaga kerja melalui pemanfaatan sistem jaringan internet. 5

24. Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat capaian suatu sasaran atau tujuan dari kegiatan pendayagunaan TKS. 25. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kekuatan atau posisi tawar masyarakat agar mampu mengambil keputusan untuk dirinya serta ikut menentukan dan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pihak lain yang berpengaruh terhadap dirinya. 6

BAB II PROFIL KEGIATAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA SUKARELA A. Konsep Kegiatan Kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (TKS) bukanlah kegiatan baru di Kementerian Ketenagakerjaan. Sejak tahun 1968 kegiatan ini sudah berjalan dibawah koordinasi suatu badan lintas kementerian yang bernama Badan Urusan Tenaga Sukarela Indonesia (BUTSI). Namun seiring dengan perkembangan waktu, kegiatan ini mengalami pasang surut perubahan, mulai dari perubahan nomenklatur nama kegiatan dan pola kegiatan. Bahkan, kegiatan ini pernah mengalami masa vakum hingga akhirnya pada tahun 2010 dijalankan kembali. Kegiatan Pendayagunaan TKS bertujuan untuk mengurangi pengangguran, baik pengangguran sarjana yang didayagunakan menjadi Tenaga Kerja Sukarela maupun masyarakat penganggur/kelompok usaha yang didampingi selaku peserta kegiatan perluasan kesempatan kerja (Padat Karya Produktif, Terapan Tekonologi Tepat Guna, Tenaga Kerja Mandiri dan kegiatan produktif lainnya) yang didampingi TKS. Selain itu, Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela pada hakekatnya juga merupakan ajang pemagangan/praktek kerja lapangan yang diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman baru bagi TKS dan dapat menginspirasi pengembangan karier TKS selanjutnya. Dengan demikian, ada dua keuntungan yang diharapkan dari kegiatan Pendayagunaan TKS. Pertama, berkurangnya pengangguran sarjana. Kedua, berkembangnya usaha kelompok masyarakat yang didampingi oleh TKS. B. Tugas Pendampingan Fokus tugas pendampingan TKS, terbagi menjadi dua, yaitu (1) pendampingan dibidang perluasan kesempatan kerja dan (2) pendampingan dibidang penempatan tenaga kerja. 7

1. Bidang Perluasan Kesempatan Kerja (PKK) Kegiatan perluasan kesempatan kerja bertujuan untuk mengupayakan tersedianya kesempatan kerja sektor informal bagi para pencari kerja melalui pembentukan kelompok usaha mandiri dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Kegiatan ini berbentuk : - Pengembangan Padat Karya Penyediaan lapangan pekerjaan kepada penganggur yang bersifat sementara (crash for work) berbasis tenaga kerja (tenaga manusia) dalam bentuk kegiatan infrastruktur maupun produktif. - Terapan Teknologi Tepat Guna Proses kegiatan alih teknologi sederhana untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi sehingga memberikan nilai tambah, memperluas kesempatan kerja dan menyerap tenaga kerja. - Tenaga Kerja Mandiri Pemberdayaan masyarakat penganggur, setengah penganggur dan pencari kerja melalui pelatihan dan bantuan sarana usaha sebagai stimulasi kegiatan kewirausahaan. Bentuk pendampingan : Pendampingan Kelompok Usaha Masyarakat (KUM) 2. Bidang Penempatan Tenaga Kerja Fokus kegiatan penempatan tenaga kerja adalah memfasilitasi pelayanan dibidang penempatan tenaga kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kegiatan tersebut dijalankan dengan memperhatikan aspek minat, bakat dan keterampilan para pencari kerja. Sedangkan mekanisme yang digunakan melalui sistem antar kerja dan pemanfaatan Bursa Kerja. Bentuk pendampingan : Pendamping Calon TKI, Pendamping Perantaraan Kerja dan Operator Bursa Kerja On Line. C. Prinsip-Prinsip Dasar Pendampingan Masyarakat Pelaksanaan Pendayagunaan TKS mengacu pada prinsip/dasar etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Menurut Sumpeno (2007), Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, antara lain : 1. Tidak ditujukan untuk mencari keuntungan pribadi Kegiatan pendampingan terlepas sama sekali dari maksud-maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi atau lembaga, baik dalam bentuk materi atau yang dapat dikategorikan atau dihargai secara materi ataupun dalam bentuk lain; 8

2. Memberi manfaat bagi orang lain dan TKS itu sendiri Kegiatan pendampingan yang dijalankan TKS memberikan manfaat atau menghasilkan suatu perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya, baik yang dapat dilihat atau dirasakan secara materi maupun non materi; 3. Dilaksanakan atas kemauan sendiri secara bebas Keputusan untuk melakukan kegiatan tanpa tekanan atau bujukan dari pihak lain maupun dari perasaan sendiri terhadap kewajiban sosialnya; 4. Tidak boleh mengancam pekerjaan orang lain Meskipun didasarkan pada rasa kesukarelaan, akan tetapi kegiatan tersebut tidak boleh mengancam kelangsungan pekerjaan seseorang atau beberapa orang dimana mereka memperoleh penghidupan; 5. Anti diskriminasi Pelaksanaan kegiatan sukarela didasarkan pada paham kesamaan dan kesetaraan semua manusia meskipun berbeda latar belakang, seperti agama, ras, budaya, pandangan politik dan lain-lain; 6. Non partisan (independent) Tidak terikat dengan kepentingan politik manapun, sehingga bisa lebih mandiri dan kreatif serta terbebas dari tekanan pihak lain; 7. Tidak boleh menggantikan pekerjaan pekerja yang sedang mogok Kegiatan TKS juga tidak boleh dilaksanakan untuk menggantikan kedudukan pekerja yang sedang melangsungkan pemogokan untuk menuntut hak-hak mereka; 8. Pengembangan bersifat terpadu (integrated development) yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan dan personal/spiritual dalam satu kesatuan; 9. Menjunjung tinggi hak asasi secara proporsional (Human Right), melindungi hak dasar masyarakat untuk berpendapat, berserikat dan berkreasi secara bertanggung jawab; 10. Berkelanjutan (sustainability), kegiatan berorientasi pada keberlangsungan generasi mendatang dengan meminimalisir penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan menjaga kelestarian alam; 9

11. Pemberdayaan (empowerment), yaitu menyediakan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, keterampilan serta meningkatkan kemampuan binaan untuk menentukan masa depannya ketika berpartisipasi dalam masyarakat; 12. Kepemilikan masyarakat (community ownership), yaitu pemberian kewenangan kepada masyarakat untuk mengelola sumber daya dengan segenap aturan mainnya dengan cara memberikan akses dan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan; 13. Kemandirian (self-reliance) Mengutamakan penggalian dan pemanfaatan sumber daya internal masyarakat, seperti keuangan, teknis, sumber daya alam, dan sumber daya manusia; 14. Tujuan Praktis dan strategis (Immediate goals and ultimate visions), yakni mengupayakan tercapainya tujuan jangka pendek tanpa mengabaikan tujuan jangka panjang yang strategis; 15. Pengembangan organik (organic development) Pemberdayaan masyarakat diibaratkan seperti mengurus tanaman (yang kompleks), bukan seperti mesin (yang simple); 16. Berangkat dari yang dibutuhkan masyarakat (the pace of development) Masyarakat yang mengkontrol dan memimpin proses, sedangkan pendamping hanya melayani dan memfasilitasi. Dalam proses ini diperlukan waktu lebih banyak; 17. Membangun Masyarakat (community building) yang dilakukan dengan cara memperkuat interaksi sosial dalam masyarakat, membangun kebersamaan masyarakat, komunikasi yang efektif satu dengan yang lain, menghasilkan dialog yang alami dan saling memahami serta aksi sosial; 18. Proses dan keluaran (process and outcome), dalam artian adanya keseimbangan antara proses dan keluaran. Proses harus dalam konteks menghasilkan keluaran yang diharapkan, dan keluaran harus diproses dengan benar; 19. Integritas Proses (the integrity of process) Untuk mencapai keluaran yang baik, maka diperlukan proses yang baik, yaitu proses yang muncul dari gagasan masyarakat. Proses harus sejalan dengan keluaran yang akan dicapai yaitu keadilan 10

sosial dan kelestarian lingkungan. Proses tersebut harus tulus, tidak manipulatif, tidak berliku-liku, juga tidak konfrontatif; 20. Tanpa kekerasan (non violence) Kekerasan tidak hanya diartikan secara fisik, tapi bisa juga berupa struktur sosial dan pembinaan yang menindas. Pendekatan yang digunakan hendaknya mengutamakan persetujuan, kerjasama, serta menghindari konfrontrasi; 21. Inklusif (Inclusiveness) Membangun dialog dan meningkatkan saling pengertian, selalu mengevaluasi diri, tidak mengklaim diri sebagai yang paling benar dan bijaksana, selalu mau belajar dari orang lain terutama dari orang yang berfikir beda dari kita, serta selalu berprasangka baik pada orang lain; 22. Konsensus (Concensus) Penyelesaian masalah tanpa kekerasan. Inkusifitas hanya bisa dicapai melalui konsensus, bukan manufer menang-kalah. 11

BAB III PERSYARATAN, PERAN DAN TUGAS TENAGA KERJA SUKARELA A. Persyaratan Calon Peserta Kegiatan Pendayagunaan TKS Peserta kegiatan Pendayagunaan TKS adalah para pemuda-sarjana yang mempunyai minat dan motivasi menjadi pendamping/fasilitator masyarakat dan memenuhi persyaratan kompetensi tertentu. Persyaratan peserta kegiatan Pendayagunaan TKS diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pendayagunaan TKS. B. Peran dan Tugas TKS Peran TKS dalam pendampingan kelompok usaha masyarakat, sebagai berikut: 1. Motivator Memotivasi masyarakat penganggur untuk melakukan usaha produktif, baik disektor formal maupun informal. 2. Fasilitator Memfasilitasi kelompok dampingan (Kelompok Usaha Masyarakat) untuk mendapatkan akses pengembangan usaha yang dibutuhkan dan memfasilitasi pencari kerja yang ingin memperoleh informasi lowongan pekerjaan. 3. Mediator Mempertemukan kelompok dampingan (Kelompok Usaha Masyarakat) dengan mitra pendukung, seperti SKPD/instansi pemerintah lainnya, perbankan dan kelompok profesi serta mempertemukan pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja. 4. Inovator Merumuskan ide-ide baru untuk pengembangan usaha kelompok dampingan (Kelompok Usaha Masyarakat) dan proses pendampingan pencari kerja. Sedangkan tugas pendampingan TKS terbagi menjadi dua, yaitu (1) tugas pendampingan dibidang perluasan kesempatan kerja sebagai tugas utama dan (2) tugas pendampingan dibidang penempatan tenaga kerja sebagai tugas tambahan. Proporsi perbandingan antara pelaksanaan tugas utama dan tugas tambahan sebesar 70:30. 12

Tugas utama TKS meliputi pendampingan kelompok usaha masyarakat yang menjadi kegiatan padat karya Produktif, Terapan Teknologi Tepat Guna, kegiatan Tenaga Kerja Mandiri (kewirausahaan) dan kegiatan produktif lainnya yang sumber dana kegiatannya berasal dari APBN maupun APBD. Sedangkan tugas tambahan meliputi pendampingan dibidang penempatan tenaga kerja, seperti pendamping Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI), pendamping perantaraan kerja dan operator Bursa Kerja On Line (BKOL). Pendamping Kelompok Usaha Masyarakat Pada program2 TTG, Padat Karya atau usaha2 produktif lainnya dengan dana APBN atau APBD (TUGAS UTAMA) Program TKS Pendamping Pendamping calon TKI Operator BKOL Penggerak Perantaraan kerja Deskripsi Tugas TKS : 1. Tugas Utama : Pendamping Kelompok Usaha Masyarakat Memfasilitasi kelompok masyarakat peserta kegiatan padat karya, terapan teknologi tepat guna, tenaga kerja mandiri (kewirausahaan) serta usaha produktif lainnya. 2. Tugas Pendukung : a. Pendamping Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Memberikan pelayanan dan pendampingan kepada calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri. Bentuk pelayanan berupa penyuluhan, konsultasi, pencatatan, pendataan dan pelaporan berkala. 13

b. Pendamping Perantaraan Kerja; Membantu Pejabat Fungsional Pengantar Kerja menghubungkan pencari kerja (pencaker) dengan pemberi kerja kerja sesuai dengan minat, bakat dan kompetensi pencaker dengan persyaratan kompetensi yang diminta oleh pemberi kerja (perusahaan). c. Operator Bursa Kerja On Line (BKOL) Membantu petugas Disnaker Kabupaten/Kota menyediakan data dan informasi lowongan pekerjaan secara online kepada pencari kerja. C. Hak dan Kewajiban TKS Hak dan kewajiban TKS harus diatur dalam perjanjian tugas TKS. Hakhak TKS, meliputi hak mengikuti pembekalan/orientasi, mendapatkan pembinaan, mendapatkan biaya hidup, dana operasional, mendapatkan seragam tugas dan asuransi. Pemenuhan hak-hak TKS ini dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan tugas TKS seoptimal mungkin. Sedangkan kewajiban TKS terkait erat dengan komitmen ketaatan TKS terhadap norma atau aturan-aturan, baik yang dirumuskan oleh pelaksana kegiatan maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 14

BAB IV ORGANISASI PELAKSANA Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan TKS yang optimal, maka diperlukan tenaga pelaksana yang mampu menjalankan kegiatan secara baik. Kegiatan dilaksanakan secara bersinergi, melibatkan berbagai unsur pelaksana, yaitu Kementerian Ketenagakerjaan (Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja) dan SKPD/Dinas yang membidangi urusan ketenagakerjaan ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, adapula mitra-mitra kerja lainnya di tingkat pusat maupun di daerah yang membantu pelaksanaan kegiatan pendayagunaan TKS. ORGANISASI PELAKSANA DITJEN PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA TIM PEMBINA TK. PUSAT DIT. PKKPTKSI TIM PELAKSANA TK. PROPINSI DISNAKER PROPINSI TIM PELAKSANA TK KAB/KOTA DISNAKER KAB/KOTA Garis Pelaporan. Garis Instruksi Garis Koordinasi A. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja Direktorat Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja bertugas menyiapkan konsep kegiatan, anggaran, pedoman, sosialisasi kegiatan ke daerah, sistem pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan. 15

B. Dinas Tenaga Kerja Provinsi Dinas Tenaga Kerja Provinsi berperan dalam proses perencanaan kegiatan, pemetaan lokasi dan penetapan kuota penugasan TKS, sosialisasi kegiatan ke daerah, rekrutmen dan seleksi, bimbingan dan pelatihan TKS, penugasan TKS, pembinaan TKS, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan. Dalam Pelaksanaan tugas ini, Disnaker Provinsi berkoordinasi dengan Disnaker Kabupaten/Kota. C. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota berperan penting dalam proses sosialisasi kegiatan, rekrutmen calon TKS, penugasan TKS, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan. D. Mitra Kerja Selain organisasi pelaksana diatas, kegiatan Pendayagunaan TKS juga didukung oleh mitra-mitra kerja lainnya. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa upaya penanggulangan pengangguran dan kemiskinan tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri (parsial), akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak terkait lainnya, seperti Kementerian, Dinas/SKPD Pemda, BUMN, BUMD, swasta, perbankan, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), lembaga pelatihan SDM, lembaga pemberdayaan masyarakat, dsb. 16

BAB V TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (TKS) dijalankan secara terencana dan terukur, mengacu pada tahapan pelaksanaan yang meliputi perencanaan kegiatan, sosialisasi, rekrutmen dan seleksi TKS, orientasi/pembekalan TKS, penugasan TKS, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan. A. Tahap Perencanaan Perencanaan kegiatan TKS berfokus pada pemetaan lokasi penugasan TKS dan penetapan kuota TKS di setiap lokasi. Pemetaan lokasi penugasan TKS mengacu pada data lokasi pelaksanaan kegiatan perluasan kesempatan kerja, seperti Padat Karya Produktif, Terapan Teknologi Tepat Guna, Tenaga Kerja Mandiri (Kewirausahaan), baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat (APBN) maupun pemerintah daerah. Data hasil pemetaan wilayah secara lengkap memuat lokasi serta identitas kelompok usaha masyarakat yang membutuhkan pendampingan. Hasil pemetaan ini selanjutnya digunakan sebagai dasar penetapan lokasi dan kuota penugasan TKS di setiap Kabupaten/Kota. B. Tahap Sosialisasi Setelah menetapkan wilayah penugasan TKS, Pelaksana Pusat mensosialisasikan kegiatan TKS kepada Pelaksana Daerah (Disnaker Provinsi dan Kabupaten/Kota). Sosialisasi bertujuan untuk menyampaikan berbagai informasi kegiatan sehingga ada kesamaan pandangan dan tercipta koordinasi antar pelaksana kegiatan dalam mengimplementasikan kegiatan Pendayagunaan TKS di lapangan. Pelaksana Daerah meneruskan informasi kegiatan kepada masyarakat sebagai bagian dari proses rekrutmen calon peserta kegiatan. C. Tahap Rekrutmen dan Seleksi Rekrutmen dan seleksi bertujuan memilih peserta yang memenuhi persyaratan/kriteria. Untuk memastikan bahwa proses rekrut dan seleksi berjalan sistematis, transparan, jujur dan adil, maka para pelaksana kegiatan harus membuat sistem rekrutmen dan seleksi yang terorganisir dengan baik. 17

Aturan seleksi memuat keterangan lengkap mengenai mekanisme rekrutmen dan seleksi, tempat pendaftaran, tempat seleksi, materi seleksi, dsb. Selain itu, aturan rekrutmen dan seleksi juga mengatur persyaratan calon TKS yang meliputi : persyaratan fisik, persyaratan kompetensi, karakter serta data administrasi pendukung. Persyaratan fisik mencakup usia dan kesehatan. Sedangkan persyaratan kompetensi meliputi persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan serta sikap kerja. Kemudian persyaratan karakter berkaitan dengan temperamen, perilaku dan etos kerja. Pemenuhan persyaratan administrasi dibuktikan dengan surat keterangan atau dokumen yang otentik, misalnya KTP sebagai bukti domisili/kependudukan, ijazah kelulusan sebagai bukti pendidikan, surat keterangan dokter sebagai bukti keterangan sehat jasmani, dsb. Pelaksanaan tes yang berkaitan dengan pendalaman karakter dan kompetensi, sebaiknya melibatkan biro psikologi sehingga hasil seleksi bisa dipertanggungjawabkan secara profesional kepada semua pihak. Hasil akhir proses rekrutmen dan seleksi bermuara pada penetapan nama-nama calon yang dinyatakan lulus sebagai Tenaga Kerja Sukarela. D. Tahap Pembekalan Para peserta yang telah ditetapkan lulus seleksi wajib mengikuti pembekalan (orientasi). Pembekalan bertujuan untuk memberi arahan kepada TKS untuk mempersiapkan sikap mental mereka menjelang pelaksanaan tugas pendampingan. Materi pengajaran dalam kegiatan pembekalan disesuaikan dengan kurikulum, meliputi : 1. Kebijakan ketenagakerjaan, seperti kebijakan perluasan kesempatan kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri dan pengembangan pasar kerja; 2. Kepemimpinan dan manajemen organisasi; 3. Pendampingan masyarakat; 4. Perencanaan kegiatan masyarakat (Participatory Rural Appraisal) dan teknik menyusun desain manajemen kegiatan (Logical Framework Appraisal); 5. Pembentukan jejaring kemitraan; 6. Kewirausahaan Sosial; 7. Pendampingan kelompok usaha kecil; 8. Manajemen usaha mikro; 18

9. Mekanisme pengajuan kredit usaha mikro, dana CSR ; 10. Pengurusan badan usaha dan izin usaha; 11. Teknik negosiasi; 12. Rintisan usaha mandiri (starting bussines); 13. Pelaporan keuangan. E. Tahap Penugasan Setelah mengikuti pembekalan, para TKS melaksanakan tugas pendampingan ke lokasi-lokasi penugasan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tugas pendampingan, TKS memerlukan kelengkapan pendukung, seperti surat perintah penugasan (SPT), perjanjian tugas, pendaftaran asuransi, tanda pengenal dan lain-lain. Dalam pelaksanaan tugas, TKS tidak dibebankan tugas-tugas yang terkait dengan administrasi perkantoran, melainkan lebih menekankan pada pelaksanaan tugas pendampingan di lapangan. Hal ini mempertimbangkan bahwa tujuan utama kegiatan Pendayagunaan TKS, yaitu (1) membantu pengembangan kelompok usaha dampingan TKS dan (2) pengembangan keterampilan/kompetensi TKS sendiri. Jangka waktu penugasan TKS selama satu tahun/periode sesuai alokasi anggaran yang tersedia. Masa tugas TKS dapat diperpanjang satu tahun/periode berikutnya sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Namun demikian, perpanjangan masa tugas TKS maksimum hanya dapat dilakukan sebanyak satu kali perpanjangan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada penganggur sarjana yang berminat mengikuti kegiatan TKS. F. Tahap Pembinaan Pembinaan pada hakekatnya merupakan bimbingan berkelanjutan dari pelaksana kegiatan kepada TKS untuk mendukung kelancaran tugas TKS serta memberikan solusi ketika TKS menghadapi persoalan dalam pelaksanaan tugas. Bentuk pembinaan dapat berupa konsultasi, pelibatan TKS dalam pelatihan, pemberian rekomendasi dan upaya-upaya lain yang bisa menghubungkan TKS dan kelompok dampingannya dengan lembaga mitra. Tujuan akhir pembinaan bermuara pada peningkatan kompetensi TKS sehingga pasca penugasan, mereka bisa melakukan perencanaan karier secara mandiri. 19

G. Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Monitoring adalah pemantauan berkala atas kegiatan yang sedang atau sudah berjalan untuk mengetahui hasil atau perkembangan kegiatan di lapangan. Sedangkan evaluasi adalah upaya untuk mengkaji dan mengukur capaian kinerja, perkembangan, dampak atau manfaat dari kegiatan pendayagunaan TKS berdasarkan indikator capaian kinerja yang telah ditetapkan. Melalui monev, maka dapat diketahui berbagai informasi penting terkait dengan hasil atau realitas pelaksanaan kegiatan, dampak atau manfaat kegiatan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kegiatan, permasalahan atau hambatan yang dihadapi serta usulan solusi untuk penyelesaian suatu permasalahan. Informasiinformasi ini berguna sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan pada tahun berikutnya. Monev dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, misalnya kunjungan lapangan, wawancara TKS dan kelompoknya, dan pertemuanpertemuan rutin yang melibatkan stake holder, seperti perwakilan TKS, Pelaksana Kegiatan dan kelompok dampingan. H. Pelaporan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap entitas instansi pemerintah mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugasnya melalui suatu pelaporan yang mencakup laporan pelaksanaan kegiatan dan realisasi anggaran. Begitu pun dengan pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan TKS. Untuk mendukung hal tersebut diatas, maka semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Pendayagunaan TKS, mulai dari TKS, Pelaksana Kabupaten/Kota dan Provinsi hingga Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja wajib menyampaikan laporan hasil kegiatan. Laporan-laporan tersebut dihimpun oleh Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja menjadi Laporan Paripurna Pendayagunaan TKS dan menjadi sumber dalam penyusunan Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 20

BAB VI KEGIATAN PENDUKUNG Dalam rangka menunjang kegiatan Pendayagunaan TKS, maka diperlukan beberapa kegiatan pendukung yang bersinergi dengan kegiatan Pendayagunaan TKS. Namun karena sifatnya sebagai pendukung, maka prioritas pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dan urgensi pengembangan kegiatan TKS. Kegiatankegiatan pendukung tersebut, meliputi : A. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pedoman-pedoman dibutuhkan sebagai sumber panduan pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan TKS. Pedoman-pedoman tersebut, meliputi Pedoman Umum dan Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan TKS, Pedoman Rekrut dan Seleksi TKS, Pedoman Monitoring dan Evaluasi, Manual Pendampingan TKS serta panduan-panduan lain yang dibutuhkan. B. Temu Konsultasi Pelaksana Kegiatan Temu konsultasi pelaksana kegiatan TKS merupakan forum konsultasi antara Pelaksana Pusat dan Pelaksana Daerah dalam rangka mempersiapkan kegiatan Pendayagunaan TKS. C. Temu Evaluasi Pelaksana Kegiatan Kegiatan temu evaluasi merupakan forum evaluasi bersama antara Pelaksana Kegiatan Pusat dan Daerah untuk membahas dan mengukur hasil capaian kegiatan TKS. Hal-hal yang dibahas dalam temu evaluasi meliputi analisis hasil kegiatan, permasalahan yang dihadapi TKS dalam pelaksanaan tugasnya dan solusi yang diupayakan, serta pencanangan target kinerja kedepan. Rekomendasi hasil temu evaluasi menjadi masukan dalam perencanaan kegiatan selanjutnya. D. Temu Lapang TKS Pelaksanaan kegiatan Temu Lapang TKS melibatkan para TKS yang "berkinerja baik" mewakili tiap-tiap provinsi. Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun informasi pelaksanaan tugas pendampingan TKS di lapangan. Informasi-informasi tersebut nantinya menjadi bahan masukan untuk pengembangan kegiatan Pendayagunaan TKS selanjutnya. 21

E. Penguatan Jejaring Kemitraan Untuk memperkuat kegiatan pendampingan TKS, maka diperlukan penguatan jejaring kemitraan dengan pihak lain sehingga terjadi sinergi kegiatan yang positif. Penguatan jejaring kemitraan diwujudkan melalui pengembangan kerjasama kelembagaan dengan instansi/lembaga pemerintah dan non pemerintah, seperti: lembaga profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), lembaga pelatihan, perbankan dan lainlain. Bentuk kerjasama kelembagaan dapat berupa pelatihan, pembinaan, penguatan manajemen usaha, pemasaran dsb. F. Pemberian penghargaan Pemberian penghargaan kepada TKS dan pelaksana kegiatan yang berkinerja baik diperlukan untuk memotivasi TKS dan Pelaksana Kegiatan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan TKS di daerah masing-masing. 22

BAB VII PENUTUP Demikian pedoman umum Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela ini disusun. Semoga pedoman umum ini dapat bermanfaat sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela. 23