ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB 2 LANDASAN TEORI

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA

Kenyo Puspito Rini 1), Ir. Usman Effendi, MS. 2), Dhita Morita Ikasari, STP, MP. 2)

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

BAB I PENDAHULUAN I-1

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

BAB II LANDASAN TEORI

3. METODE PENELITIAN

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah

2014 ESTIMASI BEBAN PUNCAK HARIAN BERDASARKAN KLUSTER TIPE HARI BERBASIS ALGORITMA HYBRID SWARM PARTICLE-ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

PREDIKSI LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK DALAM PREDIKSI PERSEDIAAN TERNAK SAPI POTONG ( STUDI KASUS DI WILAYAH SUMATERA BARAT )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Optimasi Berbasis Particle Swarm

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma One Step Secant Backpropagation dalam Return Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan masyarakat terhadap informasi prakiraan cuaca suatu daerah menjadi penting bagi kehidupan sehari-hari. Salah satu metode untuk aplikasi prakiraan cuaca adalah dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan. Pada penelitian ini algoritma Backpropagation dan Particle Swarm Optimization (PSO) akan digunakan sebagai algoritma pelatihan jaringan syaraf tiruan pada aplikasi prakiraan temperatur udara harian. Metode Regresi Linear Berganda diujikan untuk kemudian dibandingkan dengan Backpropagation dan PSO. Arsitektur jaringan syaraf tiruan menggunakan dua buah input, lima neuron pada lapisan tersembunyi, dan satu output. Karena merupakan aplikasi peramalan time series, maka input yang digunakan adalah temperatur udara T(h) dan kelembaban udara H(h) pada hari sebelumnya. Sedangkan output jaringan adalah temperatur udara yang akan diramalkan hari berikutnya T(h+1). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada prakiraan temperatur udara minimum, penggunaan algoritma pelatihan PSO pada jaringan syaraf tiruan memberikan tingkat kesalahan paling minimum dengan rata-rata kesalahan prakiraan sebesar 2.597%. Sedangkan pada prakiraan temperatur udara maksimum, metode regresi linear berganda memberikan hasil yang lebih baik dengan rata-rata kesalahan sebesar 4.911% Kata Kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, Regresi Linear Berganda, Prakiraan Temperatur Udara 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap informasi pra-kiraan cuaca suatu daerah menjadi penting untuk menyesuaikan kegiatannya. Prakiraan temperatur udara akan sangat membantu karena berpengaruh terhadap cuaca daerah setempat dan bersama-sama dengan unsur cuaca lainnya akan mempengaruhi produksi pertanian, perternakan, serta kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat berbagai metode dalam prakiraan temperatur udara, antara lain jaringan syaraf tiruan dan penggunaan teknik statistik seperti regresi. Jaringan syaraf tiruan pada dasarnya dapat dianggap sebagai sebuah model yang akan memetakan data input terhadap output. Proses komputasi dalam jaringan syaraf tiruan dilakukan untuk mencari hubungan matematis antara input dan output melalui mekanisme pengaturan bobot. Proses tersebut berlangsung selama fase pelatihan menggunakan algoritma tertentu, yang disebut dengan algoritma pelatihan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama dalam prakiraan cuaca adalah penentuan model peramalan serta metode yang akan digunakan sehingga memberikan tingkat akurasi peramalan yang baik. Pada penelitian ini digunakan jaringan syaraf tiruan dengan algoritma pelatihan Backpropagation dan Particle Swarm Optimization (PSO. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan metode regresi linear berganda. 2. LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Prakiraan cuaca adalah penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan keadaan atmosfir bumi di masa datang pada wilayah tertentu. Cukup banyak penelitian yang telah dilakukan dalam membuat model prakiraan cuaca dengan menggunakan beragam metode. Meilanitasari (2010) melakukan prediksi cuaca untuk menentukan kelayakan pelayaran menggunakan Logika Fuzzy. Sutikno (2010) melakukan prakiraan dengan membandingkan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), Neural Network (NN), dan

Adaptive Splines Threshold Autoregression (ASTAR). Penelitian yang sering dilakukan dalam hubungannya dengan jaringan syaraf tiruan adalah penggunaan algoritma pelatihan dan struktur jaringan yang tepat sehingga mampu memberikan kinerja dan keluaran jaringan yang baik. Mohebi (2007) melakukan prakiraan dengan algoritma pelatihan Scaled Conjugate Gradient. Sedangkan Ernawati (2009) meng - gunakan Hopfield Neural Network dalam meramalkan cuaca. Jaringan Syaraf tiruan Jaringan syaraf tiruan merupakan representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran. Jaringan syaraf tiruan dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari jaringan syaraf biologi dengan asumsi (Siang, 2005): a. Pemrosesan informasi terjadi pada sejumlah elemen sederhana yang disebut dengan neuron b. Sinyal dikirimkan di antara neuron tersebut melalui suatu interkoneksi c. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal d. Untuk menentukan output, tiap neuron menggunakan fungsi aktivasi yang dikenakan pada jumlah input terbobot yang diterima. Gambar 1 menunjukkan proses komputasi yang terjadi pada jaringan syaraf tiruan. Gambar 1 Pola Dasar Jaringan Syaraf Tiruan Output Y menerima input dari neuron x 1 dan x 2 dengan bobot hubungan masing-masing adalah w 1 dan w 2. Kedua neuron yang ada dijumlahkan menurut Persamaan 2.1. net = x 1 w 1 + x 2 w 2 (2.1) Besarnya impuls yang diterima oleh Y mengikuti fungsi aktivasi Y= f (net). Jika nilai fungsi aktivasi cukup kuat, maka sinyal akan diteruskan. Algoritma Pelatihan Backpropagation Ide dasar jaringan syaraf tiruan adalah konsep belajar. Untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, jaringan syaraf tiruan melakukan pembelajaran (pelatihan), yaitu bagaimana sebuah jaringan dapat dilatih untuk mempelajari data historis yang ada dan melakukan generalisasi terhadap karakteristik tingkah laku obyek. Pelatihan dengan Backpropagation secara garis besar sebagai berikut: a. Membangun jaringan. Struktur jaringan yang digunakan adalah multi layer perceptron b. Inisialisasi bobot awal untuk proses pelatihan.bobot awal ditentukan secara random (acak) c. Menentukan parameter jaringan Parameter yang ditentukan antara lain error minimum, jumlah epoch maksimum, dan laju pembelajaran. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah sigmoid biner, sedangkan kriteria error adalah mean square error (MSE) d. Untuk tiap epoch dilakukan propagasi maju. Error yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan error minimum yang ditetapkan e. Jika error lebih besar dari error minimum, maka dilakukan perambatan balik, f. Modifikasi bobot Besar perubahan bobot ditentukan oleh besar laju pembelajaran g. Jika kriteria penghentian telah tercapai, yaitu jumlah epoch maksimum atau error minimum terpenuhi, maka diperoleh bobot akhir h. Bobot akhir digunakan dalam proses pengujian. Algoritma Particle Swarm Optimization Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) dikembangkan oleh Dr. Eberhart dan Dr. Kennedy pada tahun 1995. Menurut Kennedy dan Eberhart (2001), terdapat tiga prinsip dasar dalam PSO sebagai sebuah algoritma yang didasarkan pada aspek perilaku sosial kognitif yaitu: evaluasi ( evaluate), membandingkan ( compare), dan meniru/mengikuti (imitate). Algoritma PSO dimulai dengan membangkitkan sejumlah nilai awal secara acak. Jika menyatakan posisi dari partikel P i pada langkah waktu t, maka posisi partikel P i tersebut akan berubah dengan menambahkan kecepatan v i ke dalam posisi sebelumnya. Algoritma PSO untuk partikel dengan topologi star dijelaskan sebagai berikut (Engelbrecht, 2002):

1) Inisialisasi swarm, P, dari partikel sedemikian hingga posisi dari masingmasing partikel PiP adalah acak 2) Hitung performansi ( fitness) F dari masingmasing partikel pada posisinya saat ini yaitu F( ) 3) Bandingkan performansi tiap partikel saat ini terhadap performansi terbaik sebelumnya, yaitu pbest (personal best). Jika F( ) < pbest i maka: a) pbest i F( ) (2.2) b) x (2.3) pbest i 4) Bandingkan performansi tiap partikel saat ini terhadap performansi terbaik dari seluruh partikel dalam kelompoknya, yaitu gbest (global best). Jika F( ) < gbest i maka: a) gbest i F( ) (2.4) b) x (2.5) gbest i 5) Hitung vektor kecepatan tiap partikel: v i = v i (t 1) + 1 ( x pbest i - (t 1) ) + ( x - (t 1) ) (2.6) 2 gbest i Nilai 1 dan 2 didefinisikan sebagai : 1 = r 1 c 1 dan 2 = r 2 c 2, dimana c 1 dan c 2 disebut konstanta akselerasi, sedangkan r adalah suatu bilangan acak 6) Perbaharui posisi tiap partikel a) = (t 1) + v i (2.7) b) t=t+1 (2.8) 7) Kembali ke langkah 2 hingga tercapai kriteria penghentian Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Peramalan Peramalan adalah usaha menduga atau memperkirakan sesuatu yang akan terjadi di waktu mendatang dengan memanfaatkan berbagai informasi yang relevan pada waktuwaktu sebelumnya (historis) melalui suatu metode ilmiah. Tujuan dari peramalan adalah mendapatkan informasi apa yang akan terjadi di masa datang dengan probabilitas kejadian terbesar. Metode peramalan dapat dilakukan secara kualitatif melalui pendapat para pakar atau secara kuantitatif dengan perhitungan secara matematis. Salah satu metode peramalan kuantitatif adalah menggunakan analisis deret waktu (time series). Metode peramalan time series adalah metode yang menggunakan model matematis untuk menjelaskan perilaku (pola) data yang biasa - nya diamati dalam urutan waktu dengan jarak yang sama (hari, minggu, bulan, tahun). Syarat utama dari metode tersebut adalah tersedianya informasi atau data tentang masa lalu, dengan asumsi bahwa kejadian masa datang merupakan kelanjutan dari masa lalu ( effect of continuity). Pada aplikasi jaringan syaraf tiruan untuk peramalan time series, input jaringan berupa data historis dan outputnya berupa peramalan item berikutnya. Analisis Regresi Analisis regresi adalah teknik statistik untuk pemodelan dan investigasi hubungan dua atau lebih variabel (Santosa, 2007). Dalam analisis regresi terdapat satu atau lebih variabel independen/prediktor yang biasa diwakili oleh variabel x dan satu variabel respon yang biasa diwakili oleh y. Jika jumlah variabel independen hanya satu, maka sering disebut dengan regresi linear sederhana. Sedangkan jika ada lebih dari satu variabel independen maka dikenal dengan regresi linear berganda (multiple regresi linear). Bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda adalah : Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 + +b n X n (2.9) Penentuan nilai konstanta a dan koefisien b1, b2, b3,..., bn pada persamaan 2.9 merupakan permasalahan dalam regresi linear berganda. Sejumlah persamaan linear untuk memperoleh nilai koefisien tersebut kemudian diselesaikan secara simultan menggunakan Metode Gauss Jordan. 3. METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metodologi penelitian ditunjukkan dalam Gambar 3. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang diperlukan adalah data temperatur udara dan kelembaban udara harian Perancangan model jaringan syaraf tiruan ditujukan untuk menentukan arsitektur jaringan. Proses pelatihan menggunakan algoritma Backpropagation dan PSO. Setelah proses pelatihan selesai, dilakukan proses pengujian untuk mengetahui error peramalan. Error kemudian dibandingkan dengan error yang dihasilkan jika peramalan menggunakan regresi linear berganda.

Gambar 3 Model Yang Diuji b. Jumlah Lapisan Jaringan feedforward multilayer perceptron umumnya dibangun dengan tiga lapisan, yaitu lapisan input, lapisan tersembunyi, dan lapisan output. Pada penelitian ini digunakan sebuah lapisan tersembunyi karena umumnya jaringan dengan sebuah lapisan tersembunyi sudah cukup untuk dapat memetakan antara input dan target dengan tingkat ketelitian yang ditentukan. Gambar 2. Diagrm Alir Metodologi Penelitian Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang diperlukan adalah data temperatur udara dan kelembaban udara harian Perancangan model jaringan syaraf tiruan ditujukan untuk menentukan arsitektur jaringan. Proses pelatihan menggunakan algoritma Backpropagation dan PSO. Setelah proses pelatihan selesai, dilakukan proses pengujian untuk mengetahui error peramalan. Error kemudian dibandingkan dengan error yang dihasilkan jika peramalan menggunakan regresi linear berganda. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan Arsitektur Jaringan Sebelum melakukan proses prakiraan, terlebih dahulu dilakukan perancangan arsitektur jaringan. a. Input dan Output Jaringan Pada penelitian ini akan diujikan dua model peramalan dengan model pertama menggunakan dua buah input yaitu temperatur udara hari ini T (h) dan kelembaban udara hari ini H (h). Model kedua menggunakan temperatur udara hari ini T (h) dan temperatur udara satu hari sebelumnya T (h-1) sebagai input. Sedangkan output adalah prakiraan temperatur udara keesokan harinya T (h+1) seperti ditunjukkan dalam gambar 3. c. Jumlah Neuron Jumlah neuron pada lapisan input ditentukan berdasarkan jumlah input yang digunakan pada jaringan. Jika model yang digunakan mempunyai dua input dan satu output, maka jumlah neuron pada lapisan input dan output masing-masing adalah dua dan satu. Pada lapisan tersembunyi tidak ada ketentuan dalam penentuan jumlah neuron. Pada penelitian ini digunakan lima buah neuron pada lapisan tersembunyi. d. Fungsi Aktivasi Pemilihan fungsi aktivasi didasarkan pada algoritma pelatihan yang digunakan dan jenis output yang dihasilkan. Pada penelitian ini digunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. e. Data Data dibagi menjadi dua, yaitu data untuk pelatihan dan data untuk pengujian. Data untuk pelatihan adalah bulan Januari-Nopember 2008. Bobot akhir yang diperoleh pada proses pelatihan digunakan pada proses pengujian untuk meramalkan selama bulan Desember 2008. Sebelum digunakan, dilakukan proses normalisasi terlebih dahulu agar hasil perhitungan fungsi sigmoidnya tidak jatuh dalam daerah saturasi. f. Parameter Jaringan Parameter-parameter yang perlu ditetapkan adalah maksimum epoch, target error, laju pembelajaran, jumlah epoch tiap langkah. maksimum epoch = 300 error minimum (MSE) = 0.001 laju Pembelajaran = 0.01

Pada pelatihan dengan algoritma Particle Swarm Optimization, jumlah partikel yang digunakan adalah 50, wmin 0.4, wmax 0.9, c1 dan c2 1.496 Peramalan Dengan Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan temperatur udara minimum dan temperatur udara maksimum dengan jaringan syaraf tiruan. Prakiraan Temperatur Udara Minimum a. Proses Pelatihan Proses pelatihan menggunakan Backpropagation dan PSO menghasilkan MSE sebesar 0.022 dan 0.0021 pada iterasi ke-300 seperti pada Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 6 Perbandingan T min Real Dengan Hasil Prakiraan Menggunakan Backpropagation Gambar 7 Perbandingan T min Real Dengan Hasil Prakiraan Menggunakan PSO Gambar 4. Proses Pelatihan Dengan BP Prakiraan Tmin Prakiraan Temperatur Udara Maksimum a. Proses Pelatihan Proses pelatihan menggunakan Backpropagation dan PSO menghasilkan MSE sebesar 0.029 dan 0.0027 pada iterasi ke-300 seperti pada Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 5. Proses Pelatihan Dengan PSO Prakiraan Tmin b. Proses Pengujian Bobot yang dihasilkan pada pelatihan digunakan pada proses pengujian untuk memperkirakan T min harian, kemudian diambil rata-rata kesalahan yang dihasilkan pada proses prakiraan tersebut. Gambar 6 dan 7 menunjukkan perbandingan error antara hasil peramalan dengan data real pada pengujian prakiraan Tmin. Rata-rata error peramalan jika menggunakan Backpropagation adalah 2.656%, sedangkan jika menggunakan PSO diperoleh rata-rata kesalahan sebesar 2.597%. Gambar 8. Proses Pelatihan Dengan BP Prakiraan Tmaks Gambar 9. Proses Pelatihan Dengan PSO Prakiraan Tmaks

b. Proses Pengujian Perbandingan error hasil peramalan dengan data real ditunjukkan pada Gambar 10 dan 11. Rata-rata error yang dihasilkan jika menggunakan Backpropagation sebesar 6.172%, sedangkan jika menggunakan PSO diperoleh rata-rata error sebesar 5.930% Gambar 10 Perbandingan T maks Real Dengan Hasil Prakiraan Menggunakan Backpropagation Gambar 11 Perbandingan T maks Real Dengan Hasil Prakiraan Menggunakan PSO Pengujian Model Jaringan Pada pengujian untuk prakiraan temperatur udara minimum menggunakan model 1 dengan input T(h) dan H(h) dan model 2 dengan input T(h) dan T(h-1) diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Rata2 Error Prakiraan Tmin Algoritma Rata2 Error (%) Pelatihan Model 1 Model 2 BP 2.656 2.688 PSO 2.597 2.653 Pengujian untuk prakiraan temperatur udara maksimum pada model 1 dan model 2 diperoleh hasil seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Rata2 Error Prakiraan Tmax Algoritma Rata2 Error (%) Pelatihan Model 1 Model 2 BP 6.172 6.306 PSO 5.930 6.110 Hasil yang diperoleh menunjukkan model pertama memberikan kesalahan rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan model kedua, baik pada prakiraan Tmin maupun Tmaks. Prakiraan Dengan Metode Regresi Linear Berganda Penggunaan regresi linear berganda pada dasarnya adalah mencari suatu model persamaan, kemudian persamaan tersebut digunakan pada data uji untuk prakiraan Tmin dan Tmaks. Model peramalan yang digunakan adalah model pertama yang memberikan kesalahan lebih kecil dibandingkan dengan model kedua. a. Prakiraan Tmin Pada pencarian persamaan regresi menggunakan data latih, diperoleh persamaan : f(x)=13.3581+0.5017*x1+-0.0191*x2 (3.1) dengan x1 dan x2 masing-masing adalah input T(h) da H(h). Pada proses pengujian, diperoleh rata-rata kesalahan sebesar 2.675%. b. Prakiraan Tmaks Prakiraan Tmaks menggunakan regresi linear berganda menghasilkan persamaan : f(x)=30.8428+0.1719*x1+-0.0535*x2 (3.2) dengan x1 dan x2 masing-masing adalah input T(h) da H(h). Pada proses pengujian, diperoleh rata-rata kesalahan sebesar 4.911%. c. Perbandingan Jaringan Syaraf Tiruan Dengan Regresi Linear Berganda Tabel 3 memperlihatkan perbandingan ratarata error menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (Backpropagation dan PSO) dan Regresi Linear Berganda. Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa pada prakiraan temperatur minimum, jaringan syaraf tiruan dengan algoritma pelatihan PSO memberikan rata-rata error paling minimum. Sedangkan pada prakiraan temperatur maksimum metode regresi linear berganda memberikan rata-rata error paling minimum. Tabel 3. Perbandingan Rata-Rata Error Menggunakan Tiga Metode Pada Prakiraan Tmin dantmaks Rata-Rata Error (%) Metode Tmin Tmaks BP 2.656 6.172 PSO 2.597 5.930 Regresi Linear Berganda 2.675 4.911

Kesimpulan 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengujian, pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada pengujian model peramalan, model dengan input temperatur T(h) dan kelembaban hari ini H(h) memberikan rata-rata error prakiraan lebih baik. 2. Pada prakiraan temperatur udara harian menggunakan jaringan syaraf tiruan, algoritma pelatihan PSO memberikan hasil prakiraan lebih baik dibandingkan dengan Backpropagation, yaitu sebesar 2.597% pada prakiraan Tmin dan 5.930% pada prakiraan Tmaks. 3. Pada proses pengujian metode, metode PSO memberikan hasil terbaik pada prakiraan Tmin dengan rata-rata error 2.597%. Sedangkan pada prakiraan Tmaks, metode regresi linear berganda memberikan rata-rata error yang paling kecil dengan tingkat kesalahan 4.911%. Saran 1. Pengembangan penelitian mengenai prakiraan temperatur udara harian dapat dilakukan dengan menambahkan variabel lainnya sebagai input jaringan. 2. Untuk lebih meningkatkan akurasi ketepatan hasil prakiraan, dapat diujikan penggunaan metode prakiraan lainnya baik berbasis statistik maupun berbasis komputasi cerdas. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Engelbrecht, P. 2002. Computational Intelligence : An Introduction. John Wiley & Sons Ltd. England 2. Ernawati, S., 2009, Aplikasi Hopfield Neural Network Untuk Prakiraan Cuaca 3. Kennedy, J., dan Eberhart, R. 2001. Swarm Intelligence. Academic Press. USA 4. Kusumadewi, S. 2004. Membangun Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan MATLAB & EXCEL LINK. Graha Ilmu. Yogyakarta 5. Meilanitasari, P., 2010, Prediksi Cuaca Menggunakan Logika Fuzzy Untuk Kelayakan Pelayaran di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 6. Mohebi, Z., Hayati, M. 2007, Application of Artificial Neural Networks for Temperatur Forecasting. World Academy of Science, Engineering and Technology 7. Santosa.B. 2007, Data Mining Terapan dengan MATLAB. Graha Ilmu. Yogyakarta 8. Siang, J. J. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan MATLAB. Andi. Yogyakarta 9. Sutikno, dkk., 2010, Prakiraan Cuaca Dengan Metode Autoregressive Integrated Moving Average, Neural Network dan Adaptive Splines Threshold Auto Regression di Stasiun Juanda Surabaya INT 2014