II. KAJIAN PUSTAKA. pengalaman ke dalam symbol-symbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

KAJIAN PUSTAKA. Dimana pada pembelajaran anak usia dini lebih ditekankan pada proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Diyah Yusnita ( )

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

KAJIAN PUSTAKA. Piaget dan Vigotsky. Menurut Wina Sanjaya (2005: 118) kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag


BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Perkembangan merupakan suatu pola perubahan sejak pembuahan dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Diah Retno Nawangsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah olah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. dan perkembangan yang berbeda. Tingkat perkembangan sosial anak tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada saat ini, penulis sulit menemukan penelitian yang mengambil judul

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

Vera Ayuningtiyas. STKIP Siliwangi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

KARYA ILMIAH. Oleh : ELFIA BETHARIA NPM A1I112032

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

METODE PENGEMBANGAN BAHASA: PENERAPANNYA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEMA DAN SENTRA DI TAMAN KANAK-KANAK

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

METODE ROLE PLAY SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JAWA ANAK USIA 5-6 TAHUN

ANALISIS PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KI HAJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

Transkripsi:

8 ` II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang perkembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanakkanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam symbol-symbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Menurut Vygotsky dalam Wolfolk (1995) dalam Susanto (2011, 73) menyatakan bahwa: language provide a means for expressing ideas and asking question and it provides the categories and concept for thinking. Sejalan dengan pendapat Susanto (2011 : 74) bahwa Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Keterampilan bahasa juga penting dalam rangka pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan masalah. Melalui bahasa pula kita dapat memahami komunikasi pikiran dan perasaan.dengan bahasa anak dapat berinteraksi dengan orang lain dan menemukan banyak hal baru dalam lingkungan tersebut. Dengan bahasa juga anak mampu menuangkan suatu ide atau gagasan terhadap keinginannya tersebut. Menurut Jamaris (2013,113) bahasa dan komunikasi adalah dua aspek perkembangan yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa kemampuan ini, sulit bagi

9 manusia untuk berinteraksi antara satu sama lainnya. Bahasa dapat di definisikan sebagai suatu bentuk kode sosial yang memiliki sistem yang digunakan dalam berkomunikasi. Berdasarkan ketiga teori di atas dapat disimpulkan perkembangan bahasa pada anak usia dini adalah perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicaranya itu anak usia dini bisa mengidentifikasi dirinya, serta berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. 1. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan cirri-ciri tersendiri. Menurut Guntur (1998) dalam Susanto (2011:75), tahapan perkembangan ini sebagai berikut : 1. Tahap I (pralinguistik), yaitu 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari : a) Tahap meraba-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimana anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit. b) Tahap meraba-2 (pralinguistik kedua). Tahap ini ada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun. 2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu : a) Tahap-I ; holafrastik (1 tahun), ketika anak -anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan pembendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata. b) Tahap-2; frasa (1-2), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan pembendaharaan kata anak sampai dengan 50-100 kosa kata.

10 c) Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata bahasa seperti : S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi satu kalimat. d) Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks. B. Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak menurut Jamaris (2006) dalam Susanto (2011:77) dapat dibagi kedalam tiga aspek, yaitu: 1. Kosakata. Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan, kosakata anak berkembang dengan pesat. 2. Sintaksis (tata bahasa). Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak dilingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik. 3. Semantik. Semantik maksudnya penggunakan kata sesuai dengan tujuannya. Anak ditaman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan, dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Sesuai dengan pendapat Vygotsky dalam Susanto (2011:78) tentang prinsip zone proximal, yaitu zona yang berkaitan dengan perubahan dari potensi yang dimiliki oleh anak menjadi kemampuan actual, maka prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak adalah:

11 1) Interaksi. Interaksi anak dengan lingkungan di sekitarnya, membantu anak memperluas kosakatanya dan memperoleh contoh-contoh dalam menggunakan kosakata ini secara tepat. 2) Ekspresi. Mengekspresikan kemampuan bahasa. Ekspresi kemampuan bahasa anak untuk mrngungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat. 1. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini Pengembangan keterampilan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang sudah masuk ke lingkungan pendidikan prasekolah khususnya taman kanak-kanak. Tujuan pengembangan bahasa pada usia awal adalah : 1. Mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya. 2. Menggunakan pembicaraan, untuk mengorganisasikan, mengurutkan, berpikir jelas, ide-ide, perasaan, dan kejadian-kejadian. 3. Merespons terhadap yang mereka dengan komentar, pertanyaan dan perbuataan yang relevan. 4. Memperluas kosakata mereka meneliti arti dan suara dari kata-kata baru. 5. Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan kepercayaan dan pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran pada pendengar. 2. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini Ada beberapa sumber yang telah mencoba memberikan penjabaran dari fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak, menurut Depdiknas (2000) dalam Susanto (2011:81) fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah adalah : a. Untuk berkomunikasi dengan lingkungan

12 b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. 3. Prinsip Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini Sesuai tujuan dan fungsi yang dijabarkan maka dalam pelaksanaan upaya pengembangan bahasa untuk anak diperlukan beberapa prinsip dasar. Beberapa prinsip pengembangan bahasa yang disajikan oleh Depdiknas (2000) dalam Susanto (2011:82) adalah : 1. Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat. 2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak. 3. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan. 4. Guru menguasai pengembangan bahasa. 5. Diberikan alternative pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. 4. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Menurut Jamaris (2006) dalam Susanto (2011: 78) karakteristik bahasa anak usia 5-6 tahun adalah : 1. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata 2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus). 3. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik. 4. Dapat berpatisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.

13 5. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun ini sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi. C. Hakikat bermain bagi anak usia dini Pada hakikatnya semua anak senang bermain, bermain adalah suatu sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam diri anak untuk menjadi berbagai kemampuan kecakapan.menurut Karl Bubler dalam Yuliani (2007: 177) bermain adalah menimbulkan kenikmatan dan itulah yang akan menjadi perangsang bagi perilaku lainnya. Sebagai pemicu kreativitas, ia meyakini bahwa anak yang banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Sigmund Freud dalam Yuliani (2007: 177) di dalam bermain anak menumpahkan seluruh perasaan nya, bahkan mampu mengatur dunia dalamnya agar sesuai dengan dunia luarnya. Dalam bermain anak akan berusaha mengatur, menguasai, berfikir, dan berencana. Piaget dalam Yuliani (2007:178) menjelaskan bermain menunjukkan dua realitas anakanak yaitu adaptasi terhadap apa yang mereka sudah ketahui dan respon mereka terhadap hal-hal baru. Bahwa melalui bermain anak belajar sesuatu, mereka akan mendapatkan sebab akibat atau perubahan dari suatu fenomena dan kejadian. Berdasarkan kesimpulan dari ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa anak mempunyai ketertarikan dan keingintahuan yang kuat terhadap sesuatu yang terdapat

14 dilingkungannya. Dalam bermain anak dapat belajar dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya dan membantu proses perkebangan dalam diri anak. 1. Fungsi Dan jenis bermain Anak usia 2 tahun melakukan kegiatan main untuk membangun skema mental melalui interaksi dengan objek, manusia, dan berbahasa. Anak-anak dengan senang melakukan berbagai gerakan saat bereksplorasi menggunakan mata, pendengaran, dan inderawi lainnya saat bermain dengan lingkungan mereka. Seiring dengan pertumbuhan usia, fungsi bermain kemudian akan membangun aspek lain yang melibatkan sosial emosi mereka seperti rasa percaya diri saat mereka mampu meraih berbagai kecakapan lainnya. Jenis-jenis bermain diungkapkan oleh Smilansky dalam Fauziah D.U (2010: 111) sebagai berikut: 1) Bermain Simbolik Bermain dengan menghadirkan sesuatu sebagai simbol, telah dimulai sejak anak berusia dua tahun dan terus berlangsung dalam berbagai bentuk hingga mereka dewasa. Bermain simbolik terkait dengan permainan konstruktivif dan bermain drama. 2) Bermain Konstruktif Bermain konstrukrtif menggunakan materi atau obyek terkait fungsi atau lebih canggih lagi dapat terkait dengan simbol. Anak menciptakan sendiri atau membangun sendiri berbagai materi secara konkrit dan menghadirkannya sebagai objek. Intinya dalam main pembangunan bukan hanya karya yang diperhatikan tetapi yang lebih penting adalah membangun gagasan dan cara berpikir anak itu sendiri. Contohnya adalah bermain menyusun balok dan benda cair lain.

15 3) Bermain drama Dalam bermain drama anak menciptakan sendiri tokoh imajinasi yang mereka inginkan. Mereka bermain dengan gambar, bereksperimen dengan situasi-situasi yang diinginkan. Jika ada dua anak atau lebih terlibat dalam permainan itu, maka akan terjadilah permainan sosiodrama. Misalnya mereka akan bermain ibuibuan, masak-masakkan, dokter-dokteran atau bermain dengan berbagai tema yang mereka pilih melalui rundingan (negoisasi) bersama teman. Ketika mereka bermain sendiri, mereka akan berbicara sendiri, sesuai dengan fantasi mereka sebagai anak. Begitulah cara mereka memahami dunia mereka sebagai anak, untuk membangun bahasa, dan kecakapan sosial lainnya. 2. Bermain Peran Hakikat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para

16 pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan. Menurut Piaget dalam Mayke S (2003: 25-26) bahwa bermain peran dengan istilah symbolic play atau make believe play yang ditandai dengan bermain khayalan dan bermain pura-pura, anak menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda itu. Sedangkan Menurut Stasen Berger dan Garvey dalam Mayke (2001: 35) bahwa bermain peran yaitu kegiatan bermain khayal atau pura-pura yang melihatkan unsur imajinasi dan peniruan terhadap perilaku orang dewasa. Misalnya, bermain dokterdokteran, ibu-ibuan, masak-masakan, sekolah-sekolahan, polisi-polisian dan lainlain. Kegiatan bermain peran memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan situasi khayalan dimana anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan suatu objek dan melakukan kegiatan sesuai dengan karakter objek tersebut. Menurut Vygotsky dan Erickson dalam Bambang (200 6: 35) bahwa bermain peran disebut juga main simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun". Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi disini pada saat ini. Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional. Dengan demikian, anak dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya

17 secara optimal. Kegiatan bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, anak dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. 3. Jenis/Bentuk Bermain Peran Dilihat dari jenisnya bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain peran mikro. Sejalan dengan pendapat Mutiah (2010: 115) bermain peran terbagi kedalam dua jenis kegiatan yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro. Jenis bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari 2 orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak, sedangkan bermain peran mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang saja bahkan sendiri. Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan mikro akan memberikan perbedaan tingkat perkembangan sosial emosional pada anak. Bermain peran makro dapat melatih kerja sama pada anak, di dalamnya terjadi interaksi antar pemain sehingga dapat melatih kemampuan bersosialisasi dan melatih emosi anak terhadap lawan mainnya/teman. Sedangkan bermain peran mikro merupakan awal bermain kerja sama, sehingga peluang anak untuk bekerja sama lebih sedikit. Hal ini disebabkan lawan main anak pada bermain peran mikro lebih sedikit dari pada bermain peran mikro. Oleh Erickson dalam Yuliani (2007), yaitu mikro dan makro:

18 a. Bermain peran mikro Anak-anak belajar menjadi sutradara atau dalang, memainkan boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur mini (se perti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri. b. Bermain peran makro Anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Menggunakan alat bermain dengan ukuran sesungguhnya. Misalnya peran sebagai dokter, perawat, pasien, dalam sebuah rumah sakit. 4. Fungsi Metode Bermain Peran a. Kreativitas Dengan bermain peran kreativitas peserta didik dapat lebih terasah karena dalam dunia khayalan, anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja sesuai dengan peran yang dimainkannya. b. Disiplin Saat bermain peran, biasanya ia mengambil peraturan dan pola hidupnya seharihari. Misalnya, saat ia bermain peran sebagai orangtua yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang ia sering dilakukan dan dikatakan oleh orangtuanya. Sehingga secara tak langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya sendiri c. Keluwesan Saat bermain peran, secara tidak langsung anak-anak mulai belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi mereka dengan

19 bimbingan dan perumpamaan ini, diharapkan rasa takut atau trauma si kecil akan lebih berkurang. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran Kelebihan Metode Bermain Peran Terdapat beberapa kelebihan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, diantaranya: a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. b. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan perannya yang disimulasikan. c. Dapat memupuk keberanian dan rasa percaya diri. d. Dapat memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kelemahan Metode Bermain Peran Selain memiliki banyak kelebihan, metode bermain peran pun memiliki kelemahan, diantaranya: a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan. b. Pengelolaan yang kurang baik sehingga fungsi simulasi menjadi alat hiburan membuat tujuan pembelajaran terabaikan. c. Faktor psikologis seperti rasa takut dan malu sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

20 D. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian Ina Ayu (2011) dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro Terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia TK, bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan anak. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi lisan yang tepat guna, artinya bahasa itu harus dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak lebih dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan sebagai alat berkomunikasi. Anak usia tersebut dapat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti. Salah satu upaya yang dapat dilakukan di TK dalam mengembangkan bahasa daerah salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran. Adapun metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda khususnya dalam penguasaan kosakata adalah metode bermain peranbermain peran ini diambil karena dalam metode bermain peran ada interaksi yang melibatkan anak dengan teman sebayanya. Dengan metode ini anakanak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan bertukar ide, hingga meningkatkan kelancaran berbicara dan memperkaya kosakatanya. 2. Penelitian Erli Safitri dan Endang Purbaningrum (2014) dengan judul: Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Berbicara Kelompok B TK Muslimat Hayatul Wathon Bermain merupakan bagian penting dalam pendidikan anak menuju perkembangan normal sesuai dengan kodrat anak. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut maka tempat penitipan anak dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran bahasa khususnya dalam peningkatan kosakata anak melalui prinsip-prinsip bermain sambil belajar. Perkembangan bahasa berlangsung sejak bayi hingga akhir hayat. Bayi

21 mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Jadi, bermain sambil belajar merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengoptimalkan kemampuan anak, termasuk kemampuan berbahasa. 3. Hasil penelitian Suminarti (2012) dengan judul: Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Anak Melalui Metode Sosiodrama di Taman Kanak- kanak Permata Bunda Agam. Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan bahasa ana yang harusnya tidak luput dari perhatian guru, dimana anak diharapkan dapat menguasai komponen- komponen bahasa seperti : menyimak, berbicara, membaca. Berdasarkan komponen-komponen bahasa yang ada salah satu nya adalah berbicara dengan menggunakan teknik metode sosiodrama. Adapun masalah yang muncul bagi anak adalah : anak kurang percaya diri untuk tampil di depan kelas, media yang kurang menarik bagi anak, kurang nya pembendaharaan kata anak pada saat berkomunikasi. Yang menjadi permasalahan bagi guru dalam pembelajaran bahasa, khususnya dalam berkomunikasi dengan memakai metode sosiodrana yang di sediakan supaya anak berminat terhadap kegiatan bercerita adalah : guru harus menguasai teknik metode sosiodrama, menggunakan intonasi suara, ekspresi wajah dan media yang menarik bagi anak. E. Kerangka Pemikiran Perkembangan bahasa anak usia dini merupakan alat untuk menjalin komunikasi anak dengan orang lain. Tujuan dari metode bermain peran adalah agar anak memiliki kosa kata yang banyak dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun pada kenyataannya, kemampuan berinteraksi dengan teman sebayanya masih sangat rendah. Anak masih sangat malu untuk berinteraksi dengan orang lain. dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

22 satunya adalah dengan adanya penggunaan metode dalam pembelajaran. Metode bermain peran sangat penting karena berguna bagi pendidik dalam membantu tugas kependidikannya. Secara umum, metode bermain peran berfungsi mengarahkan peserta didik untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Tentunya hasil pembelajaran yang menggunakan metode dan tidak menggunakan metode akan berbeda hasilnya. Metode yang dapat digunakan adalah metode bermain peran makro. Penggunaan metode ini diharapkan efektif digunakan pada saat melakukan kegiatan bermain peran dikelas. Melalui kegiatan bermain peran makro dilakukan 3 kali pertemuan dengan tema pertama profesi dengan sub tema dokter, pertemuan kedua dengan tema transportasi subtema kereta api, pertemuan ketiga dengan tema lingkungan subtema pasar. Apabila digambarkan dalam hubungan variabel adalah sebagai berikut: Kegiatan Bermain Peran (X) Aspek Bahasa (Y) Gambar 1. Kerangka Pemikiran F. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang signifikan metode bermain peran terhadap kemampuan berbahasa anak pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Nurul Ikhlas Bandar Lampung.