PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3925); 3. Peraturan Presiden No

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 2 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

2016, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

2015, No Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEP /40/ III / 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 611 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 049 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 233 TAHUN 2017 TENTANG RUTE DAN PENYELENGGARA ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DAN

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 480 TAHUN 2012 TENTANG ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

NOMOR : KP 261 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 104 TAHUN 2017 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Udara Jenderal Besar Soedirman di

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 274 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 104 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN TIKET PENUMPANG PESAWAT UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kemudahan pelayanan kepada penumpang dalam kegiatan penerbangan di bandar udara, perlu dilakukan proses pembayaran Passenger Service Charge (PSC) yang disatukan dengan tiket penumpang pesawat udara; b. bahwa sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut pada huruf a, perlu disusun Pembayaran Passenger Service Charge (PSC) Disatukan Dengan Tiket Penumpang Pesawat Udara, dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5296); 3 Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN TIKET PENUMPANG PESAWAT UDARA. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. 2. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum. 3. Badan Usaha Angkutan Udara adalah adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, dxan/atau pos dengan memungut pembayaran.

Passenger Service Charge (PSC) adalah tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) di bandar udara. Data Penumpang Angkutan Udara adalah data penumpang dalam manifest yang telah disetujui oleh pihak Badan Usaha Angkutan Udara. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang perhubungan udara. Direktur adalah Direktur yang bertanggung jawab di bidang angkutan udara dan di bidang bandar udara. Pasal 2 Biaya Passenger Service Charge (PSC) yang dipungut kepada penumpang disatukan dengan biaya tiket penumpang pesawat udara yang dijual oleh Badan Usaha Angkutan Udara atau melalui agennya. Pasal 3 Besaran Passenger Service Charge (PSC) yang dipungut kepada penumpang oleh Badan Usaha Angkutan Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebesar yang ditetapkan oleh Penyelenggara Bandar Udara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pasal 4 Badan Usaha Angkutan Udara yang telah melakukan pemungutan Passenger Service Charge (PSC) dari penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus disetorkan kepada penyelenggara bandar udara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang dituangkan di dalam kontrak.

Pasal 5 Pungutan Passenger Service Charge (PSC) terhadap penumpang yang dilakukan oleh Badan Usaha Angkutan Udara yaitu terhadap : a. penumpang pesawat udara yang melakukan penerbangan untuk 1 (satu) kali perjalanan dengan menggunakan 1 (satu) kupon tiket; dan b. personil operasi pesawat udara dan personil penunjang operasi penerbangan yang melakukan perjalanan untuk positioning dalam melaksanakan tugas. Pasal 6 (1) Penerbangan untuk 1 (satu) kali perjalanan dengan menggunakan 1 (satu) kupon tiket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, dapat melakukan transit pada Bandar Udara yang disinggahinya dan tidak dipungut Passenger Service Charge (PSC) pada Bandar Udara tersebut. (2) Penerbangan untuk 1 (satu) kali perjalanan dengan menggunakan 1 (satu) kupon tiket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih Badan Usaha Angkutan Udara yang memiliki rute penerbangan tersebut. (3) Dalam hal penerbangan untuk 1 (satu) kali perjalanan dengan menggunakan 1 (satu) kupon tiket yang melakukan transit dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) Badan Usaha Angkutan Udara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus dibuktikan dengan perjanjian antar Badan Usaha Angkutan Udara. Pasal 7 (1) Dalam perhitungan jumlah Passenger Service Charge (PSC) yang dipungut oleh Badan Usaha Angkutan Udara untuk disetorkan kepada Penyelenggara Bandar Udara, menggunakan Data Angkutan Udara.

(2) Untuk perhitungan jumlah Passenger Service Charge (PSC) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Usaha Angkutan Udara memberi akses kepada Penyelenggara Bandar Udara untuk mengetahui dan atau melakukan koreksi terhadap Data Angkutan Udara yang disampaikan oleh Badan Usaha Angkutan Udara. Pasal 8 Pemungutan Passenger Service Charge (PSC) terhadap penumpang yang melakukan penerbangan dari Bandar Udara yang dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat dilakukan melalui cara antara lain : a. pembayaran langsung oleh penumpang kepada Unit Penyelenggara Bandar Udara; atau b. dikumpulkan oleh Badan Usaha Angkutan Udara dan disetorkan kepada Unit Penyelenggara Bandar Udara dengan cara : 1) menjadi 1 (satu) bagian dengan pembayaran tiket pesawat udara; atau 2) dikoleksi oleh Badan Usaha Angkutan Udara di Bandar Udara yang disetorkan kepada Penyelenggara Bandar Udara. Pasal 9 (1) Untuk kelancaran dan sinergi pemungutan pembayaran Passenger Service Charge (PSC) disatukan dengan tiket penumpang pesawat udara, Penyelenggara Bandar Udara dapat menunjuk pihak ketiga dalam melaksanakan kegiatan tersebut setelah mendapat persetujuan Badan Usaha Angkutan Udara sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. (2) Kerjasama dengan pihak ketiga untuk pemungutan pembayaran Passenger Service Charge (PSC) di Bandar Udara yang dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara harus mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang Keuangan.

Pasal 10 Direktur melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. Pasal 11 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA pada tanggal : 9 SEPTEMBER 2014 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Pelaksana Tugas ttd SANTOSO EDDY WIBOWO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara; 5. Para Kepala Bandar Udara UPT di lingkungan Direktorat Jenderal; 6. Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero); 7. Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero); dan 8. Sekjen INACA. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS, Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19680619 199403 1 002