Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober IbM KELOMPOK PRODUSEN SANGKAR BURUNG DESA BANDENGAN, KECAMATAN JEPARA, KABUPATEN JEPARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di negara

IbM KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA MADIUN

IbM PENERAPAN TEKNIK UKIR MOTIF PRING SEDAPUR PADA SANGKAR BURUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PRODUK PENGRAJIN SANGKAR DI KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. hasil bumi yang melimpah. Banyak kekayaan alam yang dapat. dimanfaatkan sebagai potensi usaha kerajinan.

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG GRIYAKUKILA KADIPIRO MELALUI DIVERSIVIKASI PRODUK

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PELATIHAN DESAIN MODEL TEROMPAH (PACCAK) DESA SUMBEREJO BANYUPUTIH SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pendampingan Kerajinan Bambu 1

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. pada bidang industri yang sama. Dalam persaingan pasar domestik akan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya yang menempati suatu daerah yang luas. Hutan menyimpan sumberdaya yang sangat banyak selain sebagai

IbM Pengrajin Anyaman Rotan di Kabupaten Jember: Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.JATI ASELI. Oleh : 1. Wilson Limong Daniel Indra W

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

PENINGKATAN KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS KRIPIK PISANG DENGAN MESIN PERAJANG DI DESA JATI KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

PKU Pendampingan Manajemen Usaha Industri Limbah Perca Batik UMKM Batik Kebonpolo

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan munculnya berbagai perusahaan-perusahaan baru yang bergerak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan apa yang tertera dalam Pancasila

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

.VI. KARAKTERISTIK USAHA DAN RANTAI PEMASARAN. Usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken

BAB I PENDAHULUAN. Wulan Ayodya,,Mau Kemana Setelah SMK?, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 64

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN: Volume 1 Nomor 6 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis sekarang ini semakin lama semakin berkembang dan semakin

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

1. PENDAHULUAN. produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam arti luas industri mencakup

ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT INDUSTRI KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapur. Seni Kerajinan banyak didominasi dari bahan yang berjenis batang.

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA SEI KEPAYANG TENGAH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS PROSES PERMESINAN PADA BAGIAN- BAGIAN REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembuatan produk, setiap mesin tersebut mempunyai spesifikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Peraturan...

BAB II METODE PERANCANGAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya E-ISSN : September 2017, Vol. 02, No. 03, hal P-ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENGUATAN USAHA OPAK SILI MELALUI PERANCANGAN ALAT PENGHALUS SINGKONG DAN PERBAIKAN PENGEMASAN

PENGANTAR. Ir. Suprapti

TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

PENERAPAN TEKNOLOGI IRAT BAMBU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KIPAS PADA MASYARAKAT PENGRAJIN JIPANGAN BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

PENGUATAN DESA UNTUK PEMBANGUNAN HUTAN

INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba atau keuntungan dari penjualan hasil-hasil produksinya. Segala

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POTENSI PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL Kasus Industri Kecil Mebel Kayu di Pekanbaru

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU


BAB I. Pendahuluan. tujuannya masing-masing, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PELATIHAN PENINGKATAN PRODUK CINDERAMATA DARI BAHAN LIMBAH KAYU PADA UMKM DI DESA CINUNUK KABUPATEN BANDUNG

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan munculnya perusahaan-perusahaan baru. Agar dapat bertahan, maka setiap

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

PENDAHULUAN. hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

IbM PENGRAJIN PRODUK ASESORI RUMAH TANGGA BERKAH JAYA DAN WARNI COLLECTION TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO INDUSTRI KREATIF KERUPUK PULI

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KEMAJUAN JUDUL: I b PE KERAJINAN BERBAHAN SERAT, BAMBU, DAN KAYU DI SALAMREJO, SENTOLO, KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUSYAWARAH NASIONAL DEWAN KERAJINAN NASIONAL JAKARTA, 4 JUNI 2015

PELATIHAN MEMBUAT CENDRAMATA PERAHU PINISI DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN PADA ANAK PANTI ASUHAN SETIA KARYA KOTA MAKASSAR *)

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

IbM KELOMPOK PRODUSEN SANGKAR BURUNG DESA BANDENGAN, KECAMATAN JEPARA, KABUPATEN JEPARA D. Samsudewa, W. Mangestiyono, P. Sasmoko ABSTRAK Tujuan dari program ini adalah peningkatan efisiensi peralatan produksi untuk mempercepat produksi dan menurunkan biaya tenaga kerja pada usaha sangkar burung di Desa Bandengan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Program pengabdian ini diawali dari 1). Diskusi program, 2). Analisis permasalahan produksi dan pemasaran, 3). Pengadaan kebutuhan peralatan produksi sangkar burung, 4). Pengadaan bahan produksi, dan 5). Pelaksanaan pendampingan manajemen produksi. Diskusi program dilakukan untuk penentuan prioritas kebutuhan pengrajin sangkar burung. Analisis permasalahan produksi dapat menghasilkan prioritas pemenuhan kebutuhan perlatan berupa 1). Meja planner, 2). Meja dan Gergaji Prosetek, dan 3). Mesin bor bertenaga dinamo. Pengadaan kebutuhan peralatan dilakukan di sekitar Kabupaten Jepara dan Kota Semarang. Mesin planner diberikan dalam bentuk barang pabrikan, sedangkan meja prostek dan mesin bor dilakukan dengan setting dan perakitan oleh tim IbM BOPTN UNDIP. Pengadaan bahan produksi sangkar burung dilakukan dalam bentuk penyediaan limbah kayu dari produsen mebel Jepara. Pelaksanaan pendampingan diawali dengan penyerahan peralatan, pendampingan produksi dan pengecekan kualitas produk. Kata Kunci: IPTEK, Sangkar burung, Desa Bandengan PENDAHULUAN Analisis SItuasi Desa Bandengan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Desa ini merupakan salah satu daerah penghasil meubel kayu, di antaranya adalah: kayu jati, mahagoni, mangga, nangka, sono keling dan beberapa jenis kayu yang lain. Sebagai sebuah pusat industri mebel kayu, Desa Bandengan juga mempunyai produk sampingan limbah potongan kayu yang dihasilkan di dalam unit unit produksi tersebut cukup besar. Limbah kayu ini masih dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti, bahan bakar untuk oven kayu, pembuatan batu bata, genting, keramik, bahan bakar dapur rumah tangga dan bahan bahan kerajinan lainnya. Seiring dengan melimpahnya limbah kayu di Desa Bandengan ini, beberapa kelompok masyarakat produsen sangkar burung yang ada di kawasan tersebut juga berkembang. Kondisi ini membantu juga memberikan solusi bagi tingginya kaum pengangguran yang ada di sekitar Desa Bandengan. Proses 93

produksi sangkar burung memerlukan bahan baku limbah kayu yang cukup besar dan bahan bambu sebagai jerujinya. Produk ini diproduksi oleh kelompok masyarakat dalam skala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sangkar burung di tingkat lokal, regional maupun antar pulau. Produk yang dihasilkan ini untuk memasok kebutuhan sangkar burung di kota kota besar di Indonesia, seperti, Semarang, Solo, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Sumatra dan Kalimantan. Setiap orang memerlukan waktu sekitar satu bulan untuk memproduksi 10 buah sangkar burung. Harga satu buah sangkar burung berkisar antara Rp 75.000,- sampai dengan Rp 750.000,-. Keuntungan yang diperoleh per sangkar sebesar Rp 30.000,-. Di dalam upaya untuk memproduksi produk sangkar burung memerlukan peralatan khusus, seperti gergaji porstek, mesin planner ataupun mesin bor. Sampai saat ini para pengrajin sangkar burung masih menggunakan peralatan tradisional seperti tatah untuk mengukir, gergaji serkel dan gerinda tangan, sehingga menjadi salah satu kendala di dalam meningkatkan produksi sangkar burung yang dikelolanya. Permasalahan Mitra Berdasarkan analisa situasi tersebut di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan produksi sangkar burung yang telah dilakukan oleh kelompok masyarakat di Desa Bandengan mempunyai berbagai permasalahan, yaitu: - Masih rendahnya kualitas SDM (wawasan pengelola terkait dengan aspek teknis pengelolaan produksi sangkar burung). - Kelengkapan peralatan produksi belum memadai. METODE PEMECAHAN MASALAH Metode pendekatan yang dipergunakan untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh kelompok masyarakat produsen sangkar burung di Desa Bandengan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dilakukan dengan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan program yang disusun bersama dengan mitra melalui diskusi tentang perkembangan usaha sangkar burung yang telah mereka jalankan. Selanjutnya berdasarkan permasalahan yang mereka hadapi, tim pengabdian BOPTN UNDIP melaksanakan diskusi untuk penentuan program yang akan diterapkan. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan bersama dengan mitra, maka di dalam pemecahan permasalahan tersebut dilakukan pemilihan skala prioritas untuk disesuaikan dengan kemampuan yang ada baik dari segi tenaga, waktu, pendanaan dan sumberdaya manusia yang ada. Metode yang diterapkan terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1). Diskusi program, 2). Analisis permasalahan produksi dan pemasaran, 3). Pengadaan kebutuhan peralatan produksi sangkar burung, 4). Pengadaan bahan produksi, dan 5). Pelaksanaan pendampingan manajemen produksi. 94

HASIL PELAKSANAAN Diskusi Program Diskusi program dilakukan dengan metode Partisipatory Rural Appraisal (PRA) pada tanggal 17 Mei 2013. Diskusi dilakukan dengan menggunakan materi tentang identifikasi masalah produksi dan pemasaran produk sangkar burung di usaha sangkar burung Anie Eksklusive Sangkar (AES) dan Bandengan Eksklusive Sangkar (BES). Selanjutnya dari diskusi tersebut terungkap beberapa masalah yang dialami oleh usaha produksi sangkar burung ini yang utama adalah tingginya biaya tenaga kerja dan waktu produksi yang lama untuk tiap unit sangkar burung. Selanjutnya, direncanakan pengadaan beberapa peralatan pendukung produksi sangkar burung ini. Beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam produksi sangkar burung di kedua Mitra IbM BOPTN (AES dan BES) antara lain Mesin Planner, Genset minimum 3000 watt, Meja untuk Gergaji Prostek, Gergaji Prostek (pemotong kayu siku), mesin bor dengan tenaga dinamo. Semua alat ini diharapkan dapat meningkatkan produksi sangkar burung di usaha yang dijalankan oleh mitra IbM BOPTN UNDIP. Analisis Permasalahan Produksi dan Pemasaran Hasil diskusi pada tanggal 17 Mei 2013 dilanjutkan dengan diskusi tentang analisis permasalahan produksi dan pemasaran. Hasil diskusi masalah produksi dan pemasaran memunculkan informasi tentang sangat diperlukannya peralatan produksi seperti yang telah dihasilkan pada diskusi pertama. Hal ini disebabkan karena pekerjaan pengrajin sangkar burung di Desa Bandengan masih dikerjakan secara manual sedangkan pengrajin di tempat lain (sebagai contoh Surakarta) melakukan produksi dengan penggunaan peralatan yang lebih maju. Sehingga, harga jual per unit produk sangkar burung mempunyai selisih sekitar Rp. 35.000,-. Kondisi ini dipengaruhi oleh biaya tenaga karyawan yang lebih tinggi dibandingkan tempat lain. Namun, tidak semua kebutuhan peralatan tersebut dapat dipenuhi oleh tim pengabdian IbM BOPTN UNDIP. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan pendanaan dan teknologi yang dimiliki oleh tim pengabdian IbM BOPTN UNDIP. Untuk memaksimalkan luaran kegiatan yang dapat dihasilkan oleh tim pengabdian melalui program ini, maka dilakukan penentuan prioritas kebutuhan Mitra. Hasil diskusi lanjutan tentang prioritas kebutuhan mitra menghasilkan peralatan yang akan dibuat untuk mendukung produksi sangkar burung di kedua mitra yaitu: 1). Meja planner, 2). Meja dan Gergaji Prosetek, dan 3). Mesin bor bertenaga dinamo. Peralatan tersebut, diharapkan memberi dampak pengungkit motivasi bagi mitra. Untuk beberapa peralatan yang lain, tim pengabdian memberikan motivasi kepada mitra IbM BOPTN UNDIP untuk mengupayakan adanya pengadaan peralatan yang lain seperti pengadaan Genset. Metode yang diterapkan ini diharapkan dapat memaksimalkan tujuan dari program pengabdian yaitu Work with 95

Community, bukan, Work for Community. Pengadaan Kebutuhan Peralatan Produksi Pengadaan peralatan produksi sangkar burung yang akan diterapkan dalam program pengabdian masyarakat ini diawali dengan pembelian beberapa alat dan bahan. Pengadaan meja kayu untuk tempat setting gergaji prostek dilakukan pada tanggal 17 Mei 2013. Pengadaan ini dikerjakan oleh pengrajin mebel dari Kabupaten Jepara (Gambar 1). Selanjutnya, pada tanggal 12 Juni 2013 dilakukan pengadaan gergaji prostek, dinamo dan mesin bor. Pengadaan peralatan dilanjutkan dengan setting alat tersebut menjadi gergaji (Gambar 2). Gambar 2. Bantuan Peralatan Produksi yang telah Dimanfaatkan oleh Mitra Pengadaan mesin planner dilakukan dengan bantuan toko pengadaan mesin di wilayah Jurnatan, Semarang. Pengadaan mesin ini dilakukan bersama dengan pengrajin sangkar burung. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pemakaian peralatan ini (Gambar 3). Gambar 1. Proses Pembuatan Meja untuk Gergaji Prostek Gambar 3. Mesin Planner untuk Pemotongan Kayu dalam usaha Sangkar Burung Pengadaan Bahan Produksi Sangkar Burung Bahan produksi sangkar dilakukan dengan pembelian limbah 96

kayu dari produsen mebel kayu di Kabupaten Jepara. Pengadaan limbah kayu ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada tanggal 11 Juli dan 27 September 2013 (Gambar 4). Gambar 5. Sangkar Burung Hasil Produksi dengan Bantuan Peralatan Produksi Sangkar Burung Gambar 4. Limbah Kayu untuk Bahan Baku Produksi Sangkar Burung Pelaksanaan Pendampingan Manajemen Produksi Pelaksanaan pendampingan manajemen produksi diawali dengan penyerahan peralatan pendukung produksi sangkar burung pada tanggal 11 Juli 2013. Selanjutnya pelaksanaan pendampingan manajemen produksi dilakukan dengan pendampingan pelaksanaan produksi ataupun juga dalam penngecekan kualitas produksi. Pendampingan pelaksanaan produksi dilakukan dengan diskusi bersama pemilik kerajinan sangkar burung ataupun para pekerjanya. Sangkar burung hasil pelaksanaan pendampingan dapat dilihat pada Gambar 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah mekanisasi peralatan sangat diperlukan dalam usaha sangkar burung ini. Mekanisasi peralatan diharapkan dapat menurunkan biaya produksi (tenaga kerja) dan peningkatan efisiensi produksi. Keberlanjutan program melalui pengembangan usaha yang dapat mengungkit partisipasi mitra sangat diperlukan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaiakan pada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah membiayai program ini pada Tahun Anggaran 2013, melalui DIPA Nomor : 023-04.2.189815/2013, tanggal 05 Desember 2012 97