KERAGAMAN BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG PENGGEMBALAAN ALAMI DI KABUPATEN YAPEN

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN DI KOTA MANOKWARI

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Produktivitas Hijauan Makanan Ternak Pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit berbagai Kelompok Umur di PTPN 6 Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi

No Spesies F FR % K KR % INP %

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengaruh Pemupukan dan Introduksi Legum terhadap Kualitas Padang Rumput Alam Di Kebar Kabupaten Manokwari

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

ISSN : X Buletin Makanan Ternak, 2014, 101 (1) : 25-33

HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) PET60 (2( 2 SKS) IR. NIKEN ASTUTI, MP.

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

Ahmad Nasution 1. Intisari

Minggu ke : 1 dan 2 Topik : Pendahuluan. Metode Pembelajaran dan bentuk kegiatan:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PERTUMBUHAN KEMBALI RUMPUT GAJAH DENGAN INTERVAL DEFOLIASI DAN DOSIS PUPUK UREA YANG BERBEDA

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

Oleh: Eko Hendarto Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto (Diterima: 7 Maret 2005, disetujui: 21 Juni 2005)

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

IV. METODE PENELITIAN

pastura Vol. 3 No. 2 : ISSN : X

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya.

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

PRODUKSI DAN KANDUNGAN NUTRIEN HIJAUAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KECAMATAN LORE UTARA, KABUPATEN POSO

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR

INDIGOFERA SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN. A. Nurhayu, dan Daniel Pasambe ABSTRAK

KOMPOSISI BOTANI HIJAUAN PAKAN UNTUK SAPI POTONG DI KABUPATEN REMBANG (Botanical Composition of Forages for Beef Cattle in Rembang Regency)

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

JENIS DAN PRODUKSI VEGETASI DOMINAN DI AREAL RUMPUT ALAM HUTAN PRODUKSI KECAMATAN TUTUR

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

F. R. Pawere 1, L.Y. Sonbait 2 ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN PENINGKATAN KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR LEGUM Clitoria ternatea SEBAGAI HIJAUAN PAKAN TERNAK

KUALITAS SILASE RUMPUT IRIAN (Sorghum sp) DENGAN PERLAKUAN PENAMBAHAN DEDAK PADI PADA BERBAGAI TINGKAT PRODUKSI BAHAN KERING

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

KUALITAS TAIWAN GRASS (PENNISETUM PURPUREUM CV. TAIWAN) PADA UMUR DEFOLIASI DAN KONSENTRASI EFFECTIVE MICROORGANISMS 4 (EM4) YANG BERBEDA

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

Efektifitas Pemberian Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama dan Kedua

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (P. purpureum) Dan Rumput Raja (P. purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Peternakan, Desember 2010, hal. 92 97 Vol. 5 No. 2 ISSN 1907 2821 KERAGAMAN BOTANIS DAN KAPASITAS TAMPUNG PADANG PENGGEMBALAAN ALAMI DI KABUPATEN YAPEN BOTANICAL VARIERTY AND CARRYING CAPACITY OF NATURAL PASTURE AT YAPEN REGENCY Muhammad Junaidi dan Diana Sawen Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak FPPK UNIPA Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari Email: junaidiunipa@gmail.com ABSTRACT This study was conducted in several natural pasturing at Yapen regency during approximately 1 month. This study to aim detects botanic variety and carrying capacity of natural pasturing Yapen regency, Papua. Survey used in this study. This study is done to identifies and weight plant found at natural pasturing. At natural pasturing founds 22 species that consist of 7 palatable species (grass = Axonophus compressus, Cyperus kylingia (Kylingia monochepala), Andropogon sp, Eleusine indica, Digitaria pruriens, Cyperus rotundus and legume = Drymaria cordata) and 15 non palatable species (Cycloporus aridus, Menchrocephala bicolor, Psidium guajava, Mimosa pudica, Solanum verbascifolium, Commelinna memfusa, Eupatorium odoratum, Borreria laevis, Hyptis rhomboidea, Achyranthes aspera, Sida rhombifolia, Mengodia sarmentosa, Ageratum conyzoides, Murdania nudiflora, Biden pilosa). Dominant species based on fresh weight are : non palatable species = 53,666 percent and palatable species = 46,333 percent. Palatable species consist of 43,757 percent grass and 2,575 percents legume. Carrying capacity of natural pasturing only 0,56 animal units a hectare or equal with 0,84 head Bali cattle (body weight about 300 kg) a hectare. Key words: variety botanic, carrying capacity, natural pasturing. ABSTRAK Penelitian dilakukan pada beberapa padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen selama kurang lebih 1 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman botanis dan kapasitas tampung padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen, Papua. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan teknik studi kasus. Survei dilakukan pada padang penggembalaan alami dengan cara mengidentifikasi dan menimbang tumbuhan yang terdapat di padang penggembalaan alami tersebut. Keragaman botanis yang ditemui pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen adalah sebanyak 22 spesies hijauan yang terdiri dari 7 spesies hijauan tergolong palatabel (rumput = Axonophus compressus, Cyperus kilingia, Andropogon sp, Eleusine indica, Digitaria pruriens, Cyperus rotundus dan legume = Drymaria cordata) dan 15 spesies hijauan non palatabel (Cycloporus aridus, Dichrocephala bicolor, Psidium guajava, Mimosa pudica, Solanum verbascifolium, Commelinna Difusa, Eupatorium odoratum, Borreria laevis, Hyptis rhomboidea, Achyranthes aspera, Sida rhombifolia, Diodia sarmentosa, Ageratum conyzoides, Murdania nudiflora, Biden pilosa) Proporsi spesies hijauan berdasarkan persentase berat segar adalah sebanyak 46,333 persen tergolong hijauan palatabel yang terdiri dari 43,757 persen tergolong rumput dan 2,575 persen tergolong legum serta 53,666 persen tergolong hijauan non palatabel.. Jumlah ideal ternak yang dapat dipelihara (carrying capacity) tergolong sangat rendah yaitu sebanyak 0,56 unit ternak per hektar atau setara dengan 0,84 ekor sapi bali (berat badan 300 kg) per hektar. Kata kunci: keragaman, botanis, kapasitas tampung, padang penggembalaan alami

JUNAIDI DAN SAWEN KERAGAMAN BOTANIS 93 PENDAHULUAN Pakan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya ternak karena mempengaruhi tinggi rendahnya produksi ternak. Pakan utama (pokok) ternak ruminansia adalah hijauan yang dapat berupa rumput-rumputan maupun legume. Sekitar 60 sampai 90 persen dari total ransum yang dikonsumsi ternak ruminansia berupa hijauan. Oleh karenanya, ketersediaan pakan hijauan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia. Salah satu sumber pakan hijauan yang penting adalah padang penggembalaan alami. Pemanfaatan padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan sudah lama dilakukan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan. Untuk memperoleh pakan hijauan bagi ternak yang dipeliharanya, peternak menggembalakan ternaknya pada padang penggembalaan alami yang berada di sekitar tempat tinggal peternak. Pada kenyataannya, sistem pemeliharaan ternak ruminansia dengan cara tersebut cenderung menghasilkan produksi yang relatif rendah. Ada dua faktor dominan penyebab rendahnya produksi ternak dengan sistem pemeliharaan tersebut di atas, yaitu : 1) rendahnya kualitas padang penggembalaan alami dan 2) jumlah ternak yang dipelihara pada padang penggembalaan alami tersebut tidak sesuai dengan kapasitas tampung. Tinggi rendahnya kualitas suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi botanis (tumbuhan) yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut. Sedangkan padatnya ternak yang dipelihara menyebabkan ketersediaan pakan hijauan yang terdapat pada padang penggembalaan alami tersebut tidak mencukupi kebutuhan seluruh ternak yang digembalakan. Dengan demikian, langkah yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia yang dipelihara peternak kecil di pedesaan adalah dengan memperbaiki komposisi botanis sehingga kualitas padang penggembalaan alami menjadi meningkat serta pengaturan penggembalaan ternak pada padang penggembalaan alami sesuai dengan kapasitas tampungnya. Upaya yang untuk memperbaiki komposisi botanis dan peningkatan kapasitas tampung padang penggembalaan alami dapat dilakukan melalui pendekatan berdasarkan informasi komposisi botanis dan kapasitas tampung di lapangan. Sampai saat ini studi mengenai komposisi botanis dan kapasitas tampung padang penggembalaan alami sudah dilakukan di beberapa Kabupaten, yaitu : Manokwari, Nabire, Biak-Numfor dan Jayapura. Sedangkan studi yang sama di Kabupaten Yapen belum pernah dilakukan. Oleh karenanya, dalam upaya melengkapi informasi mengenai keragaman botanis dan kapasitas tampung perlu dilakukan studi keragaman botanis dan kapasitas tampung padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Tujuan penelitian ini adalah : - Mengetahui spesies tumbuhan yang terdapat pada padang penggembalaan alami. - Mengetahui berat total dari masing-masing spesies tumbuhan yang terdapat pada padang penggembalaan alami. - Mengetahui jenis dan berat spesies tumbuhan yang tergolong sebagai pakan hijauan. - Mengetahui jumlah ternak ideal yang dapat dipelihara atau digembalakan pada padang penggembalaan alami. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada padang penggembalaan alami yang biasa digunakan peternak sebagai tempat penggembalaan di Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian mengenai keragaman botanis dan kapasitas tampung belum pernah dilakukan di kabupaten Yapen. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 bulan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi berbagai macam tumbuhan yang terdapat pada padang penggembalaan. Sedangkan alat yang digunakan meliputi: kuadran, timbangan, sabit, gunting stek, parang, kantong plastik, plak ban dan tali rafia, label dan alat tulis menulis. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan teknik studi kasus. Kasus dalam penelitian ini adalah kondisi komposisi botanis dan kapasitas tampung padang penggembalaan alami. Survei dilakukan pada padang penggembalaan alami dengan cara mengidentifikasi dan menimbang tumbuhan yang terdapat di padang penggembalaan alami tersebut.

JUNAIDI DAN SAWEN KERAGAMAN BOTANIS 94 Pelaksanaan Penelitian a. Penentuan Lokasi Setiap lokasi dipilih secara purposif 2 lokasi padang penggembalaan contoh berdasarkan kepadatan populasi ternak ruminansia sebagai lokasi penelitian. b. Pengambilan dan Penentuan Jumlah Cuplikan. Pengambilan cuplikan dilakukan secara acak sistimatik searah diagonal dengan menggunakan kuadran dengan ukuran 1 meter x 1 meter. Jumlah cuplikan yang diambil didasarkan atas syarat minimal pengambilan contoh hijauan, yaitu untuk padangan homogen seluas 65 hektar ditetapkan sebanyak 100 cuplikan (Susetyo, 1980). Jumlah cuplikan akan ditambah disesuaikan dengan tipe keragaman tumbuhan yang terdapat pada lokasi penelitian (padang penggembalaan alami). c. Pemotongan. Semua tumbuhan yang terdapat dalam kuadran dipotong setinggi 5 sampai 10 cm dari permukaan tanah atau sampai dapat direnggut oleh ternak. Tumbuhan hasil pemotongan dipisahkan berdasarkan jenisnya, kemudian ditimbang. d. Identifikasi Jenis Tumbuhan. Untuk mengetahui masing-masing jenis tumbuhan dilakukan identikasi dengan panduan buku determinasi (Van Steenis, 1992). Proses identifikasi tumbuhan dibantu oleh staf herbarium PSKH - UNIPA. Analisis Data Semua data yang terkumpul ditabulasi atau dihitung berdasarkan formula yang ditentukan dan selanjutnya dideskripsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Botanis a. Spesies tumbuhan Spesies tumbuhan yang tergolong palatabel (rumput dan legume) serta tanaman non palatabel yang terdapat pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen tersaji pada Tabel 1. Pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen ditemui sebanyak 22 spesies tanaman yang terdiri 7 spesies tanaman tergolong palatabel yang terdiri dari 6 spesies tergolong rumput dan 1 spesies tergolong legume serta 15 spesies tergolong non palatabel. Spesies tanaman pada padang penggembalaan alami seluruhnya merupakan spesies lokal dan tidak terdapat spesies introduksi. Berdasarkan jumlah spesies yang ditemui yaitu sebanyak 22 spesies, maka dapat dikatakan padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen memiliki jumlah spesiesnya cukup beragam. Namun demikian, jumlah spesies yang beragam tersebut di dominasi oleh spesies hijauan yang tergolong non palatabel (15 spesies), sedangkan spesies yang tergolong palatabel relatif sedikit yaitu 7 spesies terutama legume hanya satu spesies. Tingginya keragaman spesies tanaman pada padang penggembalaan di Kabupaten Yapen diduga karena tingkat kesuburan tanah yang lebih baik sehingga banyak spesies tanaman yang dapat tumbuh. Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa padang penggembalaan di Kabupaten Yapen memiliki kualitas yang rendah. Tinggi rendahnya keragaman spesies tanaman, khususnya spesies yang tergolong palatabel (rumput maupun legume) dapat dijadikan indikator kualitas suatu padang penggembalaan. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa semakin beragam hijauan pakan yang dikonsumsi, maka semakin kecil peluang ternak kekurangan zat gizi tertentu akibat supplementary effect. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan alami dapat dilakukan dengan menambah/menanam beberapa spesies terutama legume. b. Dominasi/proporsi tumbuhan Gambaran komposisi botanis berdasarkan berat segar hijauan lebih realistis karena ketersediaan (berat) hijauan pakan yang menentukan produktivitas ternak. Gambaran komposisi botanis berdasarkan persentase berat segar hijauan, tertera pada Tabel 2. Perbandingan hijauan pakan (palatabel) dan non pakan (non palatabel) pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen adalah 46,333 persen : 53,667 persen. Artinya spesies hijauan pakan yang terdapat pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen hampir sama banyaknya dengan hijauan non pakan. Dari 46,333 persen hijauan pakan yang tersedia, sebanyak 43,757 persen tergolong rumput dan sebanyak 2,575 persen tergolong legume. Proporsi antara rumput dengan legume sebesar 9,5 : 0,5.

JUNAIDI DAN SAWEN KERAGAMAN BOTANIS 95 Tabel 1. Jumlah spesies tumbuhan pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen No. Palatabel Rumput Legume Non Palatabel 1. Axonophus compressus Drymaria cordata Cycloporus aridus 2. Cyperus kilingia (Kylingia Dichrocephala bicolor monocephala) 3. Andropogon sp Psidium guajava 4. Eleusine indica Mimosa pudica 5. Digitaria pruriens Solanum verbascifolium 6. Cyperus rotundus Commelinna Difusa 7. Eupatorium odoratum 8. Borreria laevis 9. Hyptis rhomboidea 10. Achyranthes aspera 11. Sida rhombifolia 12. Diodia sarmentosa 13. Ageratum conyzoides 14. Murdania nudiflora 15. Biden pilosa Sumber : Data primer Tabel 2. Komposisi botanis padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen berdasarkan persentase berat segar hijauan No. Kecamatan / Lokasi Hijauan Non Palatabel (%) Hijauan Palatabel (%) Rumput Legume Total 1 Lokasi A 95,094 4,735 0,171 4,906 2 Lokasi B 12,241 82,780 4,979 87,759 Total 107,335 87,515 5,150 92,665 Rataan 53,667 43,757 2,575 46,333 Sumber : Data Primer Mengacu pada standar yang direkomendasikan oleh Crowder dan Chheda (1982), kualitas padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara rumput dibanding legume sebanyak 3 : 2, maka dapat dikatakan bahwa kualitas padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen masih tergolong rendah. Spesies rumput masih lebih mendominasi dibanding legume. Di sisi lain, ketersediaan legume yang cukup dalam suatu padang penggembalaan sangat diperlukan karena legume memiliki kandungan nutrisi (protein) yang lebih tinggi dibanding rumput. Gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa kualitas padang penggembalaan alam di kabupaten Yapen masih tergolong rendah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa rendahnya kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan alami tersebut disebabkan karena pemanfaatan padang penggembalaan dilakukan secara terus menerus (kontinyu), tanpa dilakukan istirahat. Padang penggembalaan yang secara terus menerus digunakan tanpa diistirahatkan akan menyebabkan hijauan pakan yang berada dalam padang penggembalaan tersebut, baik rumput maupun legume mengalami tekanan yang berat sehingga menyebabkan pertumbuhannya terhambat. Spesies hijauan pakan yang tergolong legume merupakan jenis yang paling terpengaruh akibat dampat tersebut. Rentannya legume akibat tekanan yang berat karena legume memiliki perakaran yang kurang kuat dan tidak tahan terhadap injakan. Sebaliknya, hijauan non pakan yang tidak dimakan oleh ternak dapat tumbuh dengan baik. Kondisi demikian tentu akan mempengaruhi komposisi

JUNAIDI DAN SAWEN KERAGAMAN BOTANIS 96 botanis yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut. Pendapat tersebut di atas diperkuat oleh Susetyo (1980), yang menyatakan bahwa kualitas hijauan pakan ditentukan oleh komposisi hijauan dalam suatu areal pertanaman atau padang penggembalaan yang dapat mengalami perubahan susunan karena pengaruh iklim, kondisi tanah dan pengaruh pemanfaatan oleh ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pada padang penggembalaan diantaranya adalah : 1) mengistirahatkan padang penggembalaan tersebut agar memberi kesempatan legume untuk tumbuh lebih baik dan atau 2) menambah jumlah dan jenis legume pada padang penggembalaan tersebut serta 3) mengatur waktu dan jumlah ternak yang digembalakan pada padang penggembalaan tersebut. Kapasitas Tampung Kapasitas tampung merupakan cerminan dari produktivitas dari suatu padang penggembalaan. Gambaran kapasitas tampung dari masing-masing padang peng-gembalaan alami di Kabupaten Yapen tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Kapasitas tampung padang penggembalaan alami di Yapen Kabupaten Produksi Hijauan Kapasitas Tampung No. ( Lokasi ) ( Gram/M 2 ) ( Unit Ternak/Ha/thn ) ( Sapi Bali/Ha/thn ) 1 Lokasi A 43,00 0,16 0,23 2 Lokasi B 264,38 0,96 1,44 Total 307,38 1,12 1,67 Rataan 153,69 0,56 0,84 Sumber : Data Primer Keterangan : Sapi Bali dengan bobot badan 300 Kg Rataan kapasitas tampung padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen sebesar 0,56 unit ternak per hektar atau setara dengan 0,84 ekor sapi Bali per hektar. Dapat dikatakan bahwa, kapasitas tampung padang penggembalaan alami di Kabupaten Yapen tergolong sangat rendah. Hal ini didasarkan atas pendapat Mc Ilroy (1977), bahwa kapasitas tampung daerah tropik umumnya sebesar 2--7 unit ternak per hektar. Rendahnya kapasitas tampung padang penggembalaan di Kabupaten Yapen berkaitan dengan rendahnya ketersediaan hijauan yang tergolong palatabel dalam padang penggembalaan, yaitu 46,333 persen. Tanaman yang tumbuh pada padang penggembalaan lebih didominasi jenis yang tergolong non pakan (non palatabel). Kondisi demikian tentu akan mempengaruhi produktivitas hijauan pakan pada padang penggembalaan tersebut yang hanya mencapai rata-rata produksi hijauan seberat 153,69g/m 2. Kapasitas tampung berhubungan erat dengan produktivitas hijauan pakan pada suatu areal penggembalaan ternak. Makin tinggi produktivitas hijauan pada suatu areal padang penggembalaan, makin tinggi pula kapasitas tampung ternak yang ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang dapat digembalakan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, rendahnya ketersediaan hijauan pakan berkaitan erat dengan jumlah ternak yang digembalakan. Jumlah ternak yang digembalakan di lokasi padang penggembalaan Kabupaten Yapen cenderung berlebihan (Over Stocking). Over stocking tidak memberi kesempatan yang cukup bagi hijauan pakan untuk tumbuh kembali (Regrowth) sehingga pertumbuhan dan perkembangan hijauan pakan terhambat, sedangkan hijauan yang tidak dimakan (non pakan) tumbuh lebih baik. Kondisi tersebut apabila berlangsung dalam waktu yang lama menyebabkan ketersediaan hijauan pakan semakin berkurang yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kapasitas tampung. Kondisi demikian selaras dengan pendapat Whyte, Moir dan Cooper (1975), bahwa kelebihan jumlah ternak yang digembala (over stocking) sering ditemui pada padang penggembalaan alami sehingga menurunkan produksi hijauan secara bertahap yang selanjutnya akan berdampak terhadap rendahnya kapasitas tampung. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tampung padang penggembalaan di Kabupaten Yapen yaitu melalui pembasmian/menghilangkan jenis non pakan (non palatabel) dan mengganti dengan jenis hijauan pakan

JUNAIDI DAN SAWEN KERAGAMAN BOTANIS 97 (palatabel), baik berupa rumput maupun legume dengan proporsi yang ideal. Di sisi lain, untuk mempertahankan produktivitas hijauan pada padang penggembalaan adalah mengendalikan/mengatur jumlah ternak yang digembalakan pada padangpadang penggembalaan tersebut. Pengendalian dapat dilakukan dengan membuat kesepakatan bersama diantara para peternak yang memanfaatkan padang penggembalaan tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Keragaman botanis pada padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen adalah sebanyak 22 spesies hijauan yang terdiri dari 7 spesies hijauan yang tergolong palatabel (6 spesies rumput dan 1 spesies legum) dan 15 spesies lainnya tergolong hijauan non palatabel. 2. Proporsi spesies hijauan berdasarkan persentase berat segar hijauan pada padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen sebanyak 46,333 persen tergolong hijauan palatabel yang terdiri dari 43,757 persen rumput dan 2,575 persen legum serta 53,667 persen tergolong non palatabel. 3. Jumlah ideal ternak yang dapat dipelihara (carrying capacity) pada padang penggembalaan alami di kabupaten Yapen sebanyak 0,56 unit ternak per hektar atau setara dengan 0,84 ekor sapi bali per hektar. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1997. Majalah Poultry Indonesia. Edisi Nopember Tahun 1997. Jakarta. Crowder LV & HR Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman. London and New York. Mulyono. 2000. Pembangunan Peternakan Di Kabupaten Manokwari. Makalah Seminar Dalam Acara Pekan Aksi Nyata Mahasiswa Peternakan Indonesia. Manokwari. 27 Juli 1 Agustus 2000. Mc Illroy RJ. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramitha. Jakarta. Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan. Suatu Pengantar pada Mata Kuliah Pengelolaan Pasture dan Padang Rumput. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Van Steenis CGGJ. 1992. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta. Whyte, Moir & Cooper. 1975. Grasses in Agriculture. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Plant Production and Protection Division. 5 th Ed. Printed in Italy.