BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB 2 BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. berbeda yang dilihat dari substrat di masing-masing stasiun. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi.

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus sampling) untuk mencari dan menemukan Bintang Laut dan Bintang Ular dengan teknik eksplorasi yaitu segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu penelitian, dan dokumentasi. 52 Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian deskripsi ini adalah mengumpulkan spesimen, mendeskripsikan, dan melihat parameter fisik kimia perairan secara keseluruhan dari data keanekaragaman Bintang Laut dan Bintang Ular. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2015, sedangkan tempat atau lokasi penelitian berlokasikan di Desa Sungai Bakau Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. 53 Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis Bintang Laut dan Bintang Ular yang 52 Melisa, Inventarisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetesdi Kawasan Hutan Air Trjun Sampulan Kelurahan Muara Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2012, h. 42, t.d 53 Moh, Nazir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, h.64. 42

43 terdapat di Pantai Sungai Bakau Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 54 Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah jenis Bintang Laut dan Bintang Ular yang dapat ditemukan di Pantai Sungai Bakau Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. D. Alat dan Bahan 1. Alat (3.1) dan bahan (3.2) yang digunakan dalam penelitian: Tabel 3.1 Alat Yang Digunakan Dalam penelitian No Alat Jumlahnya 1 Thermometer 1 buah 2 ph meter 1 buah 3 Pipa paralon kecil 3 buah 4 Kamera 1 buah 5 Kaset CD 1 buah 6 Kaos tangan 4 pasang 7 Tali raffia 1 roll 8 Toples kaca 3 buah 9 Pipet tetes 5 buah 10 Botol reagen 5 buah 11 Bola Plastis 1 buah 12 Biuret 2 buah 13 Ember Plastik 1 buah 14 Senter 2 buah 15 Penggaris 1 buah 54 Ibid, h. 131.

44 Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian No Bahan Jumlahnya 1 Formalin 45% 2 Kertas label Secukupnya 3 Aquades Secukupnya 4 MnSO4 2 ml 5 KoH 2 ml 6 KI 2 ml 7 H2SO4 2 ml 8 Na2S2O3 2 ml 9 Amilum 2 gram E. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik Purposive Sampling (sampel bertujuan), yaitu pengambilan sampel secara langsung berdasarkan Bintang Laut dan Bintang Ular yang ditemukan di kawasan pantai Desa Sungai Bakau. Tekhnik ini biasanya di lakukan dengan memperhatikan beberapa pertimbangan di antaranya keterbatasan waktu, dan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang terlalu jauh. 55 Pengumpulan data di lapangan menggunakan metode survei, yaitu menelusuri wilayah (gugus sampling) untuk mencari dan menemukan Bintang Laut dan Bintang Ular. Data yang dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan yang sudah disesuaikan pada masing-masing hewan. Data yang dikumpulkan meliputi lokasi penangkapan, nama ilmiah, spesies, habitat, morfologi, penghitungan jumlah Bintang Laut dan Bintang Ular, tanggal pengambilan, 55 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 139-340

45 jenis substrat, parameter fisik kimia air (suhu, penetrasi cahaya, kecepatan arus, ph, DO), dan klasifikasi. F. Prosedur Kerja Penelitian 1. Observasi Lapangan Kegiatan observasi lapangan ini merupakan tahap awal sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi dan gambaran mengenai objek yang akan diteliti dan penyebarannya pada wilayah penelitian. 2. Penentuan Areal Penelitian Sistematika dalam pengambilan sampel Bintang Laut dan Bintang Ular yaitu menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Sehingga dalam tekniknya menggunakan metode petak kuadrat yang didasarkan intensitas sampling (IS) dimana dalam penentuannya adalah luas contoh akan dibagi dengan luas areal studi dikalikan 100%, hal ini memungkinkan luas wilayah tersebut terwakili dengan masing-masing jumlah petak plotnya. Teknik sampling kuadrat dengan petak ganda secara acak yang digambarkan seperti dibawah ini: Intensitas Sampling (IS): : Luas Contoh Luas Areal Studi x 100% 300 m 2 500 m 2x 100 % : 60 plot

46 Berdasarkan gambaran diatas tentang jumlah intensitas sampling yang diperoleh adalah sebanyak 60 plot dari masing-masing wilayah stasiun, akan tetapi kembali kepada kondisi dan keadaan yang ada di lokasi penelitian bahwa pasang surut terjadi di malam hari dengan selang waktu 3-4 jam selain itu juga karena pada saat penelitian dilaksanakan di bulan ramadhan maka peneliti disini hanya membatasi plot yang digunakan, selain itu penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga mengacu pada teknik purposive sampling yang di dasarkan atas tujuan tertentu dengan adanya pertimbangan seperti yang dialami oleh peneliti yaitu adanya keterbatasan waktu serta tenaga. 3. Menentukan Wilayah Stasiun Wilayah penelitian pada kawasan pesisir pantai Sungai Bakau terdiri dari 3 stasiun yaitu substrat berpasir sebelah barat, selatan dan timur meskipun untuk substratnya sama akan tetapi hal ini dilakukan karena di sesuaikan dengan arah datang angin. Pembuatan garis transek dilakukan secara vertikal sebanyak 10 garis transek (ke arah laut) dengan jarak antara yang lain berbeda. Pada setiap transek dibuat plot dengan jumlah yang berbeda-beda tergantug dari kondisi yang ada di wilayah penelitian. 56 Jadi masing-masing stasiun memiliki jumlah plot seperti dibawah: Stasiun I Stasiun II Stasiun III : Sebelah Timur 23 plot : Sebelah Selatan 15 plot : Sebelah Barat 15 plot 56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 139-340.

47 Hal ini karena disesuaikan dengan keadaan dan kondisi yang ada di wilayah penelitian, jadi jumlah keseluruhan plot yang digunakan ialah 53 plot. Denah penataan plot penelitian dapat dilihat pada Gambar: Laut Desa Sungai Bakau 150 m S I S II LAUT S III 5 5 5 4 4 4 Timur 23 plot 3 3 Selatan 15 plot 3 Barat 15 plot 2 2 2 4,7 m 1 8,5 m 1 8,5 m 1 5 m Pasir kasar 20 m Lumpur 3 m Pasir kasar Keterangan: Pantai : plot 2 x 2 m

48 4. Penentuan Waktu Pengambilan Sampel Jangka waktu pengambilan sampel didasarkan pada kondisi sedang surut yang terjadi di malam hari, hal itu karena pada siang hari tidak terjadi surut, sehingga pengambilan sampel dilakukan dimalam hari yang selang surutnya terjadi berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa surut yang ada di Pantai Desa Sungai Bakau terjadi dimalam hari selama bulan Ramadhan penuh. Sehingga pengambilan sampel dilaksanakan dimalam hari. 57 Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing plot pada tiap-tiap transek. Jumlah individu pada masingmasing plot dalam transek di hitung serta di foto dan mengamati ciri-ciri morfologinya kemudian di masukkan (perwakilan tiap plot) ke dalam toples yang sudah berlabel dan berisi formalin 40%. Sedangkan yang tidak sempat teramati dimasukkan dalam toples yang berbeda, diberi label dan dibawa ke laboratorium Terpadu IAIN Palangka Raya untuk melakukan identifikasi lebih lanjut dan apabila di laboratorium IAIN tidak bisa melakukan identifikasi maka hasil penelitian ini akan di kirim ke LIPI UIN malang. 5. Daerah Dominan Bersubstrat Pasir dan Padang Lamun Daerah substrat dominan berpasir dan padang lamun dalam satu garis transek (ke arah laut) dengan jarak antara transek yang satu dengan yang lain untuk sebelah timur adalah 4,7, sebelah selatan dan Barat 8,5 m. Pada setiap transek dan stasiun dibuatkan plot dengan ukuran 2x2 m 2 dengan jarak antara plot satu dengan yang lainnya berbeda. 57 Wawancara dengan Ibu Yuli, 20 Juni 2015

49 6. Pembuatan Awetan Basah Spesimen hewan yang telah ditemukan dan dikumpulkan akan diawetkan dengan formalin dalam wadah yang sudah disiapkan, kemudian akan diproses lebih lanjut untuk dijadikan awetan basah yang dapat disimpan untuk waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan. Teknik pelaksanaan pengawetan spesimen hewan ini dilakukan dengan cara membuat koleksi awetan yang lazim dikenal sebagai awetan basah dan disimpan dalam suatu larutan. 58 Peneliti disini hanya menggunakan satu jenis awetan saja yaitu awetan basah. 7. Deskripsi Pencatatan Ciri-Ciri Morfologi Dekripsi terhadap Bintang Laut dan Bintang Ular yang ditemukan diamati dan dicatat ciri-ciri morfologinya serta habitatnya. Dilampirkan dalam bentuk secara kalimat (deskriptif) dengan disertai foto Bintang Laut dan Bintang Ular yang ditemukan. 59 8. Identifikasi dan inventarisasi Bintang Laut dan Ular Laut. Proses pengidentifikasian ini sampai pada tingkat takson spesies, kemudian hasil dari pengidentifikasian tersebut akan ditabulasi dalam bentuk data seperti tabel: Tabel (3.3) Bintang Laut dan (3.4) Bintang Ular yang akan digunakan dalam pengidentifikasian penelitian. 58 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998, h. 159-171. 59 Mardiani, Studi Keanekaragaman Kelas Bivalvia Di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2014, h. 51, t.d

50 Tabel 3.3 Pengelompokan Bintang Laut Berdasarkan Tingkat Taksonnya Wilayah Stasiun Class Ordo Family Genus Spesies Barat Selatan Timur Tabel 3.4 Pengelompokan Bintang Ular Berdasarkan Tingkat Taksonnya Wilayah Stasiun Class Ordo Family Genus Spesies Barat Selatan Timur 9. Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan a. Suhu ( o C) Suhu air diukur dengan menggunakan alat thermometer, dengan cara mengambil satu ember/baskom dari sampel air kemudian thermometer dimasukkan kedalamnya dan dibaca skala dari thermometer tersebut dan mencatat hasilnya. b. DO (Disolved Oxygen) DO merupakan banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, dimana kelarutan maksimum terdapat pada suhu 0 o C, yaitu sebesar 14,16 mg/1 O 2 sedangkan nilai oksigen terlarut di perairan sebaliknya tidak lebih kecil dari 8 mg oksigen/liter air. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan

51 konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. c. PH (Derajat Keasaman) Pengukuran ph dengan menggunakan ph meter dengan cara memasukkan ph meter kedalam sampel air yang diambil dari dalam ember/baskom, kemudian dibaca angka yang tertera pada ph meter tersebut dan mencatat hasilnya. d. Penetrasi Cahaya (cm) Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan keeping secchi disk yang dimasukkan kedalam air hingga tidak Nampak dari permukaan, kemudian diukur panjang tali sebagai kedalaman penetrasi cahaya dan mencatat hasilnya. e. Kecepatan Arus Kecepatan arus dapat diukur dengan menggunakan curent meter yang dalam penggunaannya adalah dengan mengapungkan alat ini di permukaan air dan mencatat jumlah putaran kipas yang terdapat pada alat ini. 60 G. Tekhnik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Data populasi yang sudah ditemukan akan dikumpulkan, kemudian di identifikasi, di deskripsikan, di klasifikasikan dan di inventarisasi. 60 Bambang, Sulardiono dkk., Kelimpahan Jenis Teripang Di Perairan Terbuka dan Perairan Tertutup Pulau Panjang Jepara, Jawa Tengah, jurnal, Universitas Dipenogoro Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, h.110. t.d.

52 Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif, suatu teknik mendeskripsikan data yang diperoleh sehingga lebih jelas dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mencocokkan jurnal penelitian sebelumnya dan akan (berupa data gambar Bintang Laut dan Bintang Ular yang sama). Kemudian akan divalidasi oleh pihak LIPI UIN malang. 2. Analisis Deskriptif Kuantitatif Analisis statistik deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap permasalahan sebagai berikut: kepadatan dan kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks keanekaragaman, kekayaan, kemeretaan dan dominansi. a. Kepadatan dan Kepadatan Relatif K = ni A Dimana : K = kepadatan suatu jenis ni = jumlah individu suatu jenis A= luas area KR = ni N X 100 Dimana : KR = kepadatan relatif ni = jumlah individu suatu jenis N = total seluruh individu 61 61 Mardiani, Studi Keanekaragaman Kelas Bivalvia Di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2014, h. 98, t.d

53 b. Frekuensi Kehadiran (FK) jumlah plot yang ditempati suatu jenis FK = X 100 jumlah total plot Dimana nilai FK: 0-25 % = sangat jarang 25-50% = jarang 50-75% = sering >75% = sangat sering c. Indeks keanekaragaman/ diversitas Shannon-Wienner (H ) H= Pi ln Pi dimana Pi = ni Dimana: H= indeks keanekaragaman n i = Jumlah individu semua jenis ke-i N N= Jumlah total semua jenis dalam komunitas Pi= kelimpahan relative spesies = jumlah jenis yang ditangkap Ln= Logaritma natural Dengan kriteria hasil keanekaragaman (H ) berdasarkan Shannon Wiener adalah: H 1 : Keanekaragaman rendah 1,5 H < 3 : Keanekaragaman sedang H 3,5 : Keanekaragaman tinggi

54 d. Kekayaan Spesies R = (S-1) / ln N Dimana: R = Indeks kekayaan spesies S = Jumlah seluruh spesies N = Jumlah seluruh individu e. Kemerataan Spesies E = H' / ln S Dimana: E = Indeks kemerataan spesies H' = Indeks keanekaragaman S = Jumlah seluruh spesies 62 f. Dominansi C = (ni /N) 2 Dimana: C = Indeks dominansi Simpson ni = Jumlah individu tiap spesies N = Jumlah individu seluruh spesies. 63 144 62 Dwi Suheriyanto, Ekologi Serangga, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 143-63 Ibid, h. 131