BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu pepatah Membaca adalah Jendela Dunia sudah sangat sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sindy Marcelina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuma Yudhayana, 2015 Efektivitas Teknik Examples Non-Examples Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

Pengaruh Model Pembelajaran The Learning Cell

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memerankan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan mengarahkan peserta didik untuk mendengarkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa (language skills) meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut antara lainnya saling berhubungan dengan cara yang beraneka rona (Tarigan, 2008:1). Keterampilan membaca merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas X dalam Kurikulum 2013, persentase kegiatan membaca siswa sebesar 30%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa dalam Kurikulum 2013 kegiatan membaca memiliki porsi yang cukup besar dalam proses pembelajaran. Menurut Hudgson dalam Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh peneliti melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Artinya, pembelajaran membaca mengharuskan siswa untuk menemukan dan memahami permasalahan dalam teks bacaan. Membaca intensif merupakan salah satu cara untuk membantu siswa dalam keterampilan pemahaman keterbacaan. Menurut Brooks seperti yang dikutip oleh Tarigan (2008: 36), membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Pada membaca intensif siswa diharapkan dapat membaca secara teliti, memahami setiap bagian teks bacaan, mengkritisi gagasan-gagasan yang disampaikan peneliti, dan menemukan ide-ide yang terkandung dalam teks bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa memahami teks bacaan dengan cepat dan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi. Di dalam Kurikulum 2013 terdapat teks-teks bacaan yang berbeda dengan Kurikulum KTSP. Teks yang dipelajari oleh siswa kelas X dalam Kurikulum 2013 adalah teks anekdot, teks eksposisi, teks negosiasi, teks laporan, dan teks prosedur

2 kompleks. Selain untuk memahami pengertian teks-teks terebut siswa pun dituntut untuk memahami struktur dan unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks tersebut. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti kemampuan siswa membaca teks prosedur kompleks. Teks prosedur kompleks merupakan jenis teks baru yang pada umumnya belum pernah diperkenalkan sebelumnya kepada para siswa. Menurut Maryanto (2013: 39), teks prosedur berisi langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Di sekitar kita banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan menurut prosedur. Jika langkah-langkah tersebut diujarkan dengan lisan atau tulisan, maka teks tersebut dinamakan teks prosedur kompleks. Sebelum siswa memahami dan menyimpulkan teks prosedur kompleks yang diberikan, siswa ditugaskan untuk membaca teks prosedur kompleks tersebut. Salah satu cara membaca yang diajarkan peneliti adalah membaca teks prosedur kompleks secara intensif yaitu siswa membaca dalam hati teks prosedur kompleks sekaligus memahaminya. Pada kenyataannya, kegiatan membaca di sekolah-sekolah kita pada umumnya masih belum sesuai dengan harapan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional mengenai kemampuan membaca siswa pada sekolah-sekolah Indonesia menunjukkan hal itu. Programme for International Student Assessment atau PISA (2009) misalnya, menunjukkan skor rata-rata kemampuan membaca remaja Indonesia adalah 402, di bawah skor rata-rata negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yaitu 493. Indonesia menempati peringkat ke-58 dari 65 negara peserta studi PISA 2009. Hal tersebut tentunya menunjukkan betapa rendahnya kemampuan membaca siswa Indonesia. Peneliti kemudian bertanya pada sebagian siswa kelas X di SMAN 24 Bandung tentang teks prosedur kompleks yang baru pertama kali diperkenalkan. Mereka mengatakan bahwa teks prosedur kompleks sangatlah membingungkan. Siswa pun ada yang beranggapan bahwa isi teks prosedur kompleks hanya mengenai cara-cara membuat makanan. Padahal, isi dalam teks prosedur

3 kompleks tidak hanya demikian. Selain itu, tema yang disuguhkan pun kurang menarik. Hal ini pun salah satu penyebab rendahnya minat siswa untuk membaca. Peneliti kemudian bertanya pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Beliau menyatakan bahwa dirinya pun belum begitu paham terhadap materi pada Kurikulum 2013. Walaupun teks prosedur kompleks dianggap sederhana, tetapi beliau pun masih kebingungan untuk membantu siswa memahami teks prosedur kompleks. Dalam penelitian lainnnya yang dilakukan oleh Purwasih dengan judul Kemampuan Membaca Intensif dalam Memahami Fakta Dan Opini Siswa Kelas X di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bintan, menyatakan bahwa sebagian guru masih ada yang menggunakan metode yang monoton atau hanya satu arah saja dalam pelaksanaan pembelajaran membaca intensif. Artinya gurulah yang aktif berceramah di depan kelas sedangkan siswa sebagai pendengar pasif saja. Siswa hanya mentransfer pengetahuan dari guru sehingga siswa cenderung tidak melibatkan diri mereka dalam kegiatan pembelajaran. Paparan di atas menunjukkan ihwal rendahnya kualitas kegiatan membaca intensif oleh siswa-siswa di Indonesia. Keadaan tersebut tentunya dikhawatirkan akan berdampak pada rendahnya motivasi siswa dalam kegiatan membaca. Begitu juga metode pengajaran membaca yang dilakukan oleh gurupun umumnya masih monoton. Padahal metode pada pembelajaran membaca yang digunakan guru sangatlah memengaruhi motivasi siswa khususnya dalam pembelajaran membaca. Sebagai seorang pendidik haruslah mencari metode yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa bukan lagi sebagai peserta yang pasif melainkan mereka harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan kooperatif. Ciri utama pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif yaitu siswa bekerja sama dengan membentuk kelompok kecil guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode Sel Belajar merupakan salah satu metode dari pendekatan kooperatif. Metode Sel Belajar merupakan pembelajaran kooperatif dengan teknik pengajaran

4 secara resiprokal. Metode ini berguna untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan oleh guru. Siswa memahami teks bacaan yang diberikan secara keseluruhan, dimulai dari sel-sel terkecil yang membangun teks bacaan tersebut. Metode Sel Belajar melibatkan siswa secara aktif dalam berfikir untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan dengan cara berbeda daripada hanya melakukan kegiatan mencatat. Siswa pun akan berpikir secara analitis dan kreatif dalam mengubah materi yang diajarkan dengan bahasa mereka sendiri. Lalu mereka menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman sebagai landasan untuk berdiskusi guna meningkatkan pemahaman membaca mereka. Kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian. Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa penelitian tentang penggunaan metode Sel Belajar dalam pembelajaran membaca diantaranya skripsi yang ditulis oleh Lala Nur Alawiyah dari jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI yaitu Model Sel Belajar pada Pembelajaran Membaca Biografi (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013). Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode Sel Belajar ampuh digunakan dalam pembelajaran membaca biografi. Hal ini terbukti dari hasil pascates siswa setelah diberikan perlakuan. Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rini Artika berjudul Pengaruh Model Pembelajaran The Learning Cell (Sel Belajar) terhadap Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Artikel oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungbalai Tahun Pembelajaran 2012/2013, kemampuan siswa menemukan gagasan utama dalam artikel setelah menggunakan model pembelajaran the Learning Cell (Sel Belajar) berada pada kategori baik dengan rata-rata (mean) 79,375 yang berada pada rentang skor 70-84. Permasalahan di atas membuat peneliti ingin menguji apakah metode Sel Belajar dapat diterapkan dalam membaca intensif teks prosedur kompleks atau tidak sehingga penelitian ini berjudul PENERAPAN METODE SEL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INTENSIF TEKS PROSEDUR

5 KOMPLEKS (Penelitian Eksperimen Semu Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Programme for International Student Assessment atau PISA (2009) menunjukkan skor rata-rata kemampuan membaca remaja Indonesia sebesar 402 dan di bawah skor rata-rata negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Indonesia menempati peringkat ke- 58 dari 65 negara peserta studi PISA 2009. (Termuat di Koran Tempo, Sabtu, 22 Oktober 2011); 2) siswa kelas X di SMAN 24 beranggapan bahwa teks prosedur kompleks pada buku siswa Kurikulum 2013 sangat membingungkan dan tema yang disuguhkan kurang menarik; 3) salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 24 Bandung memaparkan bahwa ada beberapa siswa yang masih kebingungan dan sulit memahami teks prosedur kompleks; dan 4) sebagian guru masih menggunakan metode yang monoton yaitu hanya guru yang aktif berceramah di depan kelas sedangkan siswa pasif. C. Batasan Masalah Penelitian Agar masalah yang diteliti tidak meluas maka peneliti akan membatasi masalah penelitian ini. Batasan penelitian ini yaitu hanya pada metode yang akan diujikan. Peneliti hanya akan menguji efektif atau tidaknya jika metode Sel Belajar diterapkan dalam kegiatan membaca intensif teks prosedur kompleks pada siswa kelas X SMAN 24 Bandung. D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 1) Bagaimana hasil prates-pascates kemampuan membaca intensif teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Sel Belajar? 2) Bagaimana hasil prates-pascates kemampuan membaca intensif teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode Sel Belajar? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca intensif prosedur kompleks antara kelas eksperimen dan kelas kontrol? E. Tujuan Penelitian Dari latar belakang di atas, tujuan diadakannya penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) mendeskripsikan hasil prates-pascates kemampuan membaca intensif teks prosedur kompleks siswa kelas X di SMA Negeri 24 Bandung pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Sel Belajar; 2) mendeskripsikan hasil prates-pascates kemampuan membaca intensif teks prosedur kompleks siswa kelas X di SMA Negeri 24 Bandung pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode Sel Belajar; dan 3) mendeskripsikan ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca intensif teks prsedur kompleks antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara keilmuan, jika tujuan penelitian ini tercapai diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksaan pembelajaran di bidang ilmu pendidikan khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam kegiatan pembelajaran membaca teks prosedur kompleks. 2. Manfaat Praktis

7 Selain manfaat teoretis, manfaat praktis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Bagi Peneliti Sebagai calon tenaga pendidik, penelitian ini akan dapat menambah wawasan dan menambah pengalaman baru bagi peneliti dalam mengeksplorasi metode pengajaran khususnya metode Sel Belajar. Selain itu, peneliti ingin mengetahui keefektifan metode Sel Belajar jika diterapkan dalam pembelajaran membaca intensif teks prosedur kompleks. b. Bagi Guru Jika penelitian ini tercapai, para guru dapat menerapkan metode Sel Belajar dalam pelaksanaan pembelajaran membaca intensif teks prosedur kompleks. Hal ini pun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam memotivasi siswa untuk gemar membaca. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa termotivasi dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran membaca. Siswa pun diharapkan memahami isi dari teks prosedur kompleks yang diberikan dengan cepat. Selain itu, dengan metode Sel Belajar diharapkan siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran membaca teks prosedur kompleks. d. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Apalagi penelitian ini diujikan untuk materi pada Kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 khusunya pada teks prosedur kompleks. Pembaca pun dapat menggunakan metode Sel Belajar untuk penelitian lainnya.