Sumber: Indonesiarevive.com 4 Januari 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki berbagai jenis daya Tarik wisata baik daya Tarik

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK KARYA CIPTA LAGU BERDASARKAN UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA (STUDI KASUS DI LOKANANTA SURAKARTA)

ANALISIS LAGU BENGAWAN SOLO DAN YEN ING TAWANG (Studi Kasus Rekaman Musik Keroncong Produksi Lokananta di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara tetap dimulai tanggal 12 November 1962.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Internasional (International Court of Justice ICJ, Malaysia atas kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia.

ANALISIS LAGU BENGAWAN SOLO DAN YEN ING TAWANG (Studi Kasus Rekaman Musik Keroncong Produksi Lokananta di Surakarta)

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia semula didirikan

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU DOKUMENTASI LOKANANTA STUDIO REKAMAN PERTAMA DI INDONESIA. Oleh Oktisa Andita NRP

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1990, Tambah

Sejarah. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk dan media tertentu. Arsip tidak hanya terdiri dari arsip tekstual tetapi

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

HUKUM & ETIKA PENYIARAN

BAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 DATA & ANALISA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

KRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB II PROFIL TVRI.

26 Sekar Larasati, 2014 Gaya Vokal Waldjinah pada Langgam Keroncong Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB IV PENUTUP. 1.Strategi Program Acara Radio Angkringan FM

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

Akankah Tahun Depan Tidak Ada Lagi RRI dan TVRI.?.

memperlancar semua aktifitas yang menjadi program suatu pendidikan.

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

Museum Sejarah dan Budaya UNAIR Resmi Dibuka

BAB III PROFIL INSTITUSI MITRA. beralamatkan Jl. Abdul Rachman Saleh 51, Surakarta. RRI Surakarta memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA "LOKANANTA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: : Rian Feldinanto : A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

Disusun oleh: PT BINTANG KENCANA

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

RENCANA UMUM PENGADAAN

Bangkitnya Pengembangan Televisi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB V PENUTUP. kesimpulan dalam penulisan hukum ini, yang antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jaman dan juga merupakan kurikulum yang ada pada jenjang Diploma III, khususnya

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan. berkesinambungan. radio juga merupakanmedia massa yang cepat dan

Tentang: SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Indeks: PENDIDIKAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekaman.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Namun gagasan tersebut ditolak oleh kabinet dengan alasan mahalnya biaya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

PERATURAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-HC TAHUN 1987 TENTANG PENDAFTARAN CIPTAAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian tentang pengelolaan siaran keroncong di Radio Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

Oleh Ketua KPID Sulsel Makassar, 26 Fabruari 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM

Pengantar Presiden RI pada Rapat Terbatas Pidato Kenegaraan, di Cipanas, Tgl. 8 Agustus 2014 Jumat, 08 Agustus 2014

: /2 /0 04

BAB VI SIMPULAN. Politik kebudayaan Jawa Surakarta pascaproklamasi. kemerdekaan Indonesia dapat dipahami dalam dua hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lainnya tidak dapat memberikan manfaat jika tidak dikelola oleh

Transkripsi:

Jan042011 Lokananta, Rekaman Pidato Bung Karno Mengenai Misteri Supersemar Ada di Sini Cagar Budaya Sumber: Indonesiarevive.com 4 Januari 2011 Lokananta, kata dalam bahasa sansekerta yang berarti Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956 dan berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Sejak berdirinya, Lokananta mempunyai dua tugas besar, yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian cassette audio. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI. Di Lokananta inilah terdapat bukti-bukti sejarah yang terekam dalam piringan hitam yang kini bisu. Salah satu rekaman yang penting adalah pidato Presiden Soekarno yang mengungkap rahasia dibalik misteri Supersemar. Di Lokananta pula terrekam lagu Indonesia Raya dengan versi 3 stanza yang sempat heboh itu. Tempat ini juga menyimpan bukti rekaman 5000 lagu daerahdari seluruh wilayah Indonesia, termasuk rekaman lagu Rasa Sayange dari Maluku yang sempat dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962-dan diklaim Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun seiring berkembangnya teknologi, piringan hitam mulai ditinggalkan dan orang melupakanlokananta, tempat yang mungkin sebentar lagi benar-

benar ada di kahyangan, karena tempat ini akan diubah fungsinya sehingga menghilangkan nilai sejarah Indonesia sendiri. Dukung usaha kami untuk mencegah moksa nya Lokananta ini. Lokananta mempunyai arti gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh, sungguh beraroma mistis. Tempat yang berdiri pada 29 Oktober 1956 ini, dulu sebenarnya adalah bagian dari Jawatan RRI, yang mempunyai tugas memproduksi piringan hitam untuk bahan siaran RRI di seluruh Indonesia. Kini Lokanantamenjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara. Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama di Indonesia. Disebut sebagai Lokananta sebagai perpustakaan audio, karena hingga saat ini Lokananta memiliki koleksi sekitar 40ribu keping piringan hitam dan masih banyak lagi koleksi audio dalam beragam format. Koleksinya mulai dari rekaman lagu nasional dan daerah (seperti Gesang, Waldjinah, Titik Puspa, Bing Slamet, dan bahkan Didik Kempot), rekaman seni budaya (semisal Karawitan Ki Nartosabdho, pementasan kesenian, dan dagelan Basiyo), hingga fakta-fakta sejarah penting, antara lain beberapa piringan hitam pidato-pidato Soekarno, dan 833 keping piringan hitam yang berisi lagu kebangsaan Indonesia Raya versi tiga stanza yang sempat buat heboh itu. Ada satu rekaman pidato Bung Karno yang sebenarnya mampu mengungkapkan secara gamblang tentang misteri seputar Supersemar yang tidak jelas keberadaannya itu. Rekaman yang saya maksud adalah rekaman Pidato Kenegaraan Bung Karno pada peringatan kemerdekaan RI ke-21 (tahun 1966). Detail-detail sejarah semacam petikan pidato-pidato presiden pertama Indonesia sangat jarang dan bahkan tidak pernah kita dapatkan di bangku sekolah, dari SD hingga SMA. Banyak orang konservatif di Republik ini hanya mengakui sejarah sebagai yang tertulis dan tercetak, bukan yang terdengar (audible), bahkan fakta sahih tentang sejarah yang baru (boleh) terucap sekarang sekalipun cuma dianggap menodai sejarah yang sudah tercetak dalam buku-buku sejarah berkurikulum. Seharusnya Pemerintah turun tangan dalam usaha menyelamatkan fakta-fakta sejarah semacam itu, misalnya dengan mengubahnya menjadi file digital, agar tidak rusak dimakan usia, dan bisa bertahan lebih lama. Sehingga, generasi

penerus di negeri ini tidak perlu terbang ke negara lain untuk mempelajari dan mencari faktafakta sejarah tentang bangsanya sendiri. Lokananta yang berada di Solo ini Letaknya ada di Jalan Jend. Ahmad Yani No 379. Selain banyak menyimpan koleksi-koleksi audio, di situ juga menyimpan alat-alat lawas dalam industri rekaman, seperti mikropon jaman dulu yang konon harganya semahal roda empat, alat pengganda piringan hitam dan kaset, speaker-box besar yang bentuknya lebih mirip bupet, hingga mixer tahun 80an. Revitalisasi Lokananta sebagai Pusat Budaya Memasuki ruang-ruang tempat penyimpanan peralatan rekam masa lalu dan hasilnya berupa piringan hitam dan kaset di Lokananta Surakarta, hati berdecak kagum betapa besar aset budaya yang dimiliki lembaga itu. Di sana ada puluhan ribu keping piringan hitam berisi rekaman lagu-lagu daerah, lagu kebangsaan, termasuk Indonesia Raya tiga stanza yang pernah menjadi polemik, rekaman wayang, ketoprak, seni tradisional lain, dan rekaman pidato kenegaraan Presiden Soekarno. Namun, kekayaan itu sekarang mangkrak, merana, dan seolah tanpa makna lagi. Lokasi yang strategis, bangunan bernilai sejarah dan masih kokoh, ruang studio rekaman yang berkelas pun tampaknya tidak kuasa mengangkat kembali pamor Lokananta.

Melihat kondisi riil Lokananta kini timbul perasaan prihatin dan rasa penasaran, mengapa aset budaya yang begitu besar dibiarkan merana dan lepas dari perhatian publik? Bukankah Lokananta sangat potensial untuk menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan? Nama Lokananta pada periode 1960-1980 pernah populer karena produksi lagu keroncong, langgam, gendhing-gendhing, wayang, ketoprak, lagu daerah, dan seni auditif lain dengan kualitas tinggi. Pada saat itu, industri rekaman belum cukup berkembang di Indonesia sehingga masyarakat sangat meminati produk Lokananta. Sejarah Lokananta terkait erat dengan RRI. Lokananta berdiri atas prakarsa Direktur RRI Jakarta yang pernah menjadi Kepala RRI Surakarta, R Maladi. Tujuan pendirian, memenuhi kebutuhan bahan siaran RRI di seluruh Indonesia yang waktu itu ada 26 stasiun. Uji coba pertama tahun 1950, dipimpin Kepala RRI Surakarta R Oetojo Soemowidjojo, dibantu Kepala Teknik R Ngabehi Soegoto Soerjodipoero. Saat peresmian, Menteri Penerangan RI Soedibyo, 29 Oktober 1956, memberi nama Pabrik Piringan Hitam Lokananta, Jawatan Radio Kementrian Penerangan. Berselang empat tahun, status Lokananta berubah menjadi Perusahaan Negara berdasarkan PP No 215 Tahun 1960. Tujuan perubahan agar cakupan kerja Lokananta tidak hanya melayani kebutuhan bahan siaran RRI, tetapi juga mengemban misi menggali, membina, melestarikan, dan menyebarluaskan kesenian/kebudayaan nasional. Jadi, produksi Lokananta terbuka bagi masyarakat umum.

Seiring dengan perkembangan teknologi rekaman, sejak 1972 Lokananta berhenti memproduksi piringan hitam dan digantikan dengan kaset. Pada saat yang sama, industri rekaman komersial di Indonesia bermunculan. Hal itu berpengaruh pada prospek usaha Lokananta. Kebutuhan bahan siaran RRI tidak lagi sepenuhnya tergantung pada Lokananta, tetapi juga dari industri rekaman komersial dan produksi stasiun RRI sendiri. Guna meningkatkan kemampuan Lokananta agar mampu bersaing dengan industri rekaman komersial, status Lokananta diubah menjadi BUMN Departemen Penerangan berdasarkan Keputusan Presiden No 13 Tahun 1983. Melalui status baru itu, Lokananta berhak menjadi pusat penggandan video bersama dengan TVRI dan PPFN. Akan tetapi, setelah Departemen Penerangan dilikuidasi pada awal (1999) pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), status Lokananta menjadi tidak jelas. Pegawai RRI Surakarta yang semula bertugas di sana memilih kembali ke instansi asal sehingga yang bertahan di Lokananta hanya yang berstatus pegawai perusahaan, sejumlah sekitar 24 orang. Dalam masa transisi tidak menentu itu, atas perjuangan mantan Dirjen PPG Deppen Subrata, status Lokananta menjadi cabang dari Perum Percetakan Negara RI (PNRI) dan berada di bawah Kementerian BUMN. Namun, nasib Lokananta dan karyawannya tetap merana. Dilematis Mengingat fokus usaha Lokananta tetap di ranah seni budaya, tidak mudah mengembangkan lembaga itu sesuai prinsip BUMN yang berorientasi pada profit. Namun, karena statusnya sebagai BUMN tidak ada pilihan lain bagi Lokananta kecuali menangguk untung. Jadi, posisi Lokananta saat ini sangat dilematis. Sebagai perusahaan ia harus mendatangkan keuntungan komersial, tetapi komoditas produknya lebih tepat sebagai barang layanan publik. Melihat kenyataan itu, upaya merevitalisasi Lokananta mustinya bukan mengubahnya menjadi BUMN, tetapi sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan. Untuk menjadi pusat kebudayaan, Lokananta memiliki aset luar biasa dan memiliki dukungan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Pembentukan Lokananta menjadi

pusat kebudayaan akan memperkuat karakter Solo sebagai kota budaya sekaligus tempat tujuan wisata yang sangat potensial. Fungsi edukasi dapat terwujud melalui pembangunan Lokananta sebagai museum media elektronik sehingga dapat melengkapi keberadaan Museum Pers yang ada di Kota Solo. Untuk menuju ke sana, bukan hal sulit karena ruang dan materialnya sudah tersedia di Lokananta. Hanya tinggal menunggu komitmen para pemangku kepentingan. Gagasan menjadikan Lokananta sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan memerlukan kepedulian semua pihak, terutama Pemerintah Kota Solo dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar lebih proaktif dalam proses mereposisi Lokananta. Idealnya, Lokananta tidak lagi berada di bawah BUMN, tetapi menjadi bagian dari bentuk pelayanan publik sehingga dana operasionalnya tidak tergantung hasil usaha, tetapi dari APBD Solo dan atau Jawa Tengah. Meski usaha untuk menarik kembali Lokananta dari PNRI tidak mudah, jika Pemkot Solo dan Pemprov Jawa Tengah berkomitmen kuat untuk menjadikan Lokananta sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan, usaha tersebut akan berhasil. Kebutuhan paling mendesak saat ini adalah komitmen yang kuat dari Pemkot Solo dan Pemprov Jawa Tengah, serta dukungan masyarakat di kedua wilayah itu.rin(satriyo)