Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

PENGANTAR BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA ABSTRACT

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SALATIGA Saddam Pradika 1), Wiharyanto Oktiawan 2), Dwi Siwi Handayani 2) ABSTRACT

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

ANALISA FISIS PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SIAK PEKANBARU. Imam W Sinaga*, Riad Syech, Usman Malik

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru

Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya. Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng. Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih (

Evaluasi dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko Kapasitas 50 L/S Kabupaten Muaro Jambi

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM SURABAYA (STUDI KASUS: PDAM NGAGEL II SURABAYA)

ANALISIS PENGOLAHAN HASIL SAMPING N₂O DENGAN KARBON AKTIF DAN SEDIMENTASI UNTUK MENURUNKAN NILAI TDS DAN TSS


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar

PENDAHULUAN. 1 dan 2

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Manfaat

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

Teori Koagulasi-Flokulasi

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

MASTERPLAN AIR LIMBAH KAWASAN BUKIT SEMARANG BARU (BSB) KOTA SEMARANG

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

Kata Kunci: Rencana Induk, Sistem Penyediaan Air minum, Kabupaten Tegal

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu:

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

3. METODE PENELITIAN

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH SUB SISTEM BRIBIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

Perbandingan Potensi Berat dan Volume Lumpur yang Dihasilkan oleh IPA Badak Singa PDAM Tirtawening Kota Bandung Menggunakan Data Sekunder dan Primer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hardini, I. 1) Karnaningroem, N. 2) 1) Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya,

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Transkripsi:

PERENCANAAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PEJATEN JAKARTA SELATAN DENGAN DEBIT 200 LITER PER DETIK Citra Smaradahana *) Ganjar Samudro **) Winardi Dwi Nugraha**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik UNDIP Telp: (024) 76480678, Fax: (024) 76918157 Email: csmaradahana@gmail.com ABSTRAK Air bersih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Jakarta khususnya untuk wilayah Kecamatan Pejaten Jakarta Selatan, yang dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk pada wilayah tersebut. Sehingga diadakan suatu ide perencanaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum yang berada di Jakarta Selatan. Desain Instalasi diupayakan mampu mengolah air baku dengan kapasistas debit 200 liter per detik. Sering berubahnya kualitas air menjadikan perlu dilakukan perhitungan yang baik agar air yang terproduksi mencapai dibawah baku mutu yang ditetapkan. Kata Kunci : Instalasi Pengolahan Air Minum, Desain Instalasi, Baku mutu air minum ABSTRACT [TECHNICAL PLANNING FOR DRINKING WATER TREATMENT PEJATEN JAKARTA PLANT WITH 200 LITER PER SECOND]. Clean water is needed by the people of Jakarta especially for Pejaten subdistrict of South Jakarta, which is due to the increasing population in the region and an increasing number of industries. Installation Design strived to treat raw water discharge capacity of 200 liters per second. Frequent changes of water quality needs to be done to make good calculation so that the water reaches reproduced below quality standards set. Viewed from the river carrying capacity that needs to be done so that the water balance calculation of water for irrigation purposes is not disturbed. Keywords: drinking water treatment plant, installation design, standards of quality of drinking water PENDAHULUAN DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan juga pusat perekonomian negara, namun perkembangan kota yang meningkat berdampak pada bertumbuhnya kebutuhan air bersih, peningkatan kebutuhan tersebut belum dapat diimbangi sepenuhnya dengan peningkatan pasokan air bersih. Untuk cakupan wilayah pada daerah Jakarta Selatan akan dilakukan pengelolaan oleh pihak PAM JAYA dengan pasokan air baku oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II). Pasokan air baku berasal dari Jatiluhur yang disalurkan melalui saluran terbuka Tarum Kanal Barat sehingga rentan mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas oleh berbagai sebab., dapat juga disebabkan Conflict of interest 1 *) Penulis

antara pengguna air baku dimana sekitar 87% pasokan digunakan untuk irigasi sedangkan sisanya untuk air baku PDAM DKI Jakarta, Industri, dan sebagai cadangan. Dalam rangka meningkatkan pasokan air bersih di wilayah DKI Jakarta, PAM JAYA bermaksud untuk memprakarsai Pembangunan Instalasi Pengolahan Air di lokasi Ex Mini Plant Pejaten, Kelurahan Pejaten, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan guna memenuhi kebutuhan air bersih yang terus bertambah sekaligus meningkatkan ketahanan air di DKI Jakarta. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan Sistem Penyediaan Air Minum diantaranya adalah UU No. 11 Tahun 1974.PP 16 Tahun 2006, dan Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007 (Tri Joko, 2010). Dalam prakteknya air akan diolah dari sumber air baku kemudian menuju transmisi air baku, setelah itu dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan dengan instalasi air baku yang ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu didistribusikan kepada pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain teknis bangunan pengolahan air minum IPA Pejeten serta menghitung biaya investasi pembangunan dan biaya oprasional yang akan dikeluarkan ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa Kondisi Eksisting Analisa kondisi eksisting dengan melakukan analisa terhadap sumber air baku yang akan digunakan sebagai air baku dengan melihat kualitas dan kuantitasnya: a. Kuantitas Dengan mengetahui banyaknya air baku sebagi sumber air bersih pada IPA Pejaten maka dilakukan pengukuran kuantitas pada Sungai Ciliwung pada musim kemarau dan musim hujan, dimana rata-rata debit air Sungai Ciliwung sebesar 10,1 m3/s. Dengan mengetahui hal tersebut maka IPA Pejaten mengambil Sungai Ciliwung sebagai supply IPA Pejaten dengan debit 200lps sangat mencukupi. b. Kualitas Kualitas air baku Sungai Ciliwung dari tahun 2005-2014 diperoleh dari BPLHD DKI Jakarta, dalam pengambilan sample kualitas air baku pada titik intake condet yang dilakukan dengan periode pengambilan 2-3 kali, untuk periode 1 pemantauan bulan April, pemantauan 2 pada bulan Agustus dan pemantauan 3 pada bulan Desember. Menurut Keputusan Gubernur No 582 tahun 1995, dari semua parameter menyebutkan bahwa kualitas air sungai Ciliwung termasuk golongan B masih dibawah baku mutu, dengan berjalanya waktu, semakin tahun kualitas air Sungai Ciliwung semakin tidak bagus atau melebihi baku mutu. Sungai Ciliwung akan digunakan sebagai sumber air baku untuk memenuhi pelayanan pelanggan, sehingga kualitas Sungai Ciliwung tidak memenuhi baku mutu Golongan A untuk air minum sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 582 tahun 1995. Analisis Alternatif Pengolahan Alternatif pengolah yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Alternatif 1 (Bar screen Prasedimentasi Aerasi Koagulasi & Flokulasi Sedimentasi - Filtrasi Desinfeksi Reservoir) 2 *) Penulis

b. Alternatif 2 (Bar screen Aerasi Koagulasi & Flokulasi Sedimentasi - Filtrasi Desinfeksi Reservoir) c. Alternatif 3 (Bar screen Prasedimentasi - Koagulasi & Flokulasi Sedimentasi - Filtrasi Desinfeksi Reservoir) Dengan hasil pengolahan masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: Tabel 1 Efisiensi Pengolahan Parameter Alternatif 1 2 3 TSS (mg/l) 1,25 2,09 2,09 BOD (mg/l) 0,34 0,34 1,15 COD (mg/l) 0,75 0,75 2,52 Kekeruhan 2,06 3,43 3,43 (NTU) Dari ketiga alternatif, terpilih alternatif ketiga, yang terdiri dari bar screen, prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, reservoir, dilengkapi dengan bangunan pengolah lumpur. Pemilihan alternatif tersebut didasarkan pada efisiensi removal yang dapat memenuhi baku mutu air minum, dan jumlah unit yang paling seditkit, sehingga dapat mengurangi biaya operasional dan perawatan untuk setiap unit Prelimary Desain a. Intake Unit Pengolahan memiliki dimensi bangunan panjang 2,6 m, lebar 2,6 m, dan tinggi masing - masing 9 m, 10 m dan 13 m dengan aksesoris perpipaan 1 wallpipe, 1 bend 90, 2 tee dan 4 buah penggantung pipa. Masing - masing panjang pipa dan diameter pipa inlet 8 m dan outlet 15 m dengan diameter pipa 500 mm. Unit pengolahan ini menggunakan screen dengan jarak antar kisi 5 cm, tebal kisi 1,25 mm, dan kemiringan 30. Ruang pengumpul memiliki dimensi panjang 2,6 m, lebar 2,6 m, dan tinggi 6,9 m. Sedangkan pompa intake aktif berjumlah 2 dan 1 pompa cadangan dengan diameter pompa 400 mm. Bangunan ini dilengkapi dengan 1 buah pintu trails besi, jembatan pipa dan jembatan orang. b. Prasedimentasi Bangunan prasedimentasi berjumlah 2 unit dengan dimensi panjang 24 m, lebar 8 m, dan tinggi 2,5 m serta memiliki debit 2 m3/detik. Bangunan ini terdiri dari zona inlet, pengendapan, outlet dan zona lumpur. Masing masing zona memiliki dimensi, diantaranya, zona inlet dengan dimensi lebar 0,5 m dan tinggi 0,35 m, zona pengendapan dengan dimensi panjang 24 m, lebar 8 m, tinggi 2,5 m dan waktu detensi 1,25 jam. Dilanjutkan dengan zona outlet dengan dimensi gutter panjang 12 m, lebar 0,5 m, tinggi 0,5 m dan dimensi outlet lebar 0,5 m dan tinggi 0,35 m. Aksesoris pipa 2 buah wallpipe 2 bend 90, dan memiliki tebal dinding 0,4 m. Kemudian untuk dimensi zona lumpur memiliki panjang 4,7 m, lebar 2,6 m, dan tinggi 0,8 m c. Koagulasi Bangunan koagulasi memiliki dimensi panjang 4,4 m, lebar 2,7 m, dan tinggi 2 m. Unit ini memiliki diameter inlet 0,5mm, outlet 0,5 m, dan diameter drain 450 mm dan menggunakan tipe koagulasi terjunan dengan tinggi terjunan 1 m. d. Flokulasi Bangunan Flokulasi memiliki 6 buah bak rencana dengan diameter setiap bak 2,2 m dengan tebal dinding perencanaan 400 mm. Unit ini menggunakan 7 buah wallpipe dan 2 buah bend 90 dengan diameter pipa inlet dan 3 *) Penulis

diameter pipa antara masing masing 0,5 mm serta rencana waktu tedensi 56,52 jam. e. Sedimentasi Bangunan sedimentasi memiliki dimensi panjang 23 m, lebar 12.5 m, dan tinggi 2,5 m. Sedangkan untuk dimensi 2 gutter rencana memiliki panjang 0,3 m dan tinggi 0,3 m dan dimensi saluran dengan panjang 0,3 m dan tinggi 0,6 m. Bangunan ini menggunakan 1 wallpipe ukuran 500 mm, 4 wallpipe ukuran 250 mm, dan 2 wallpipe ukuran 200 mm. f. Filtrasi Bangunan filtrasi ini memiliki 4 buah bak rencana dengan dimensi panjang 5,6 m, lebar 2,8 m, dan tinggi 3 m di setiap unitnya. Untuk tebal lapisan pasir 300 mm dan tebal lapisan krikil 400 mm. Pada bangunan ini menggunakan diameter pipa inlet 250 mm dan pipa outlet 300 mm dengan 12 wallpipe ukuran 250 mm dan 4 walpipe ukuran 300 mm, memgunakan 13 bend 90 dan 3 buah tee. g. Reservoir Bangunan reservoir memiliki dimensi panjang 40 m, lebar 40 m, dan 3 m. Bangunan ini menggunakan 4 buah wallpipe ukuran 250 mm, 2 buah wallpipe ukuran 500 mm, dan 1 buah wallpipe ukuran 400 mm. Terdapat 3 buah manhole dengan tebal dinding 500 mm dan tebal dinding dalam 200 mm, serta 1 tangga pada ruang control. Pemilihan Alternatif lumpur mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan a. Metode Centrifuge (Decanter) Metode centrifuge (Decanter) mempunyai kelebihan diantaranya Estetika baik, tidak menimbulkan bau, mudah menyalakan dan mematikan, dapat menghasilkan sludge cake yang relatif kering, rasio antara modal dan kapasitas rendah, rasio kapasitas pengolahan terhadap lahan tinggi, tidak memerlukan banyak operator, dan tidak memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikan sistem. Kemudian untuk kekurangannya antara lain permasalahan terkait pemeliharaan cukup tinggi, memerlukan penyisihan pasir dan penggilingan di feed stream, dan cenderung memiliki hasil suspended solids tinggi. b. Metode Belt Filter Press Metode Belt Filter Press memiliki kelebihan diantaranya kebutuhan energi rendah, biaya operasi murah dan relatif rendah, peralatan mekanis tidak kompleks dan mudah dalam hal pemeliharaan, dan merupakan mesin bertekanan tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk menghasilkan cake yang sangat kering. Adapun kelemahan dari metode ini diantaranya berpotensi menimbulkan bau tinggi, membutuhkan alat pemotong (sludge grinder) di fixed stream, dan sangat sensitif terhadap karakteristik lumpur yang masuk. c. Metode Sludge Drying Bed Metode Sludge Drying Bed ini memiliki kelebihan diantaranya modal pembangunan paling rendah jika lahan tersedia, tidak perlu kontrol dari operator secara terus menerus dan tidak perlu banyak tenaga ahli, kebutuhan energi dan bahan kimia rendah, dan tingkat sensitivitas terhadap variasi lumpur rendah. Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan area yang cukup besar, membutuhkan proses stabilisasi lumpur setelah proses berlangsung, desain perlu disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, pengukuran hasil penyisihan lumpur perlu dilakukan secara intensif, dan sulit dioperasikan pada daerah dengan tingkat kelembaban yang tinggi. 4 *) Penulis

Dari perbandingan metode pengolahan lumpur diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode pengolahan yang cocok digunakan sesuai situasi dan kondisi dari luas lahan adalah metode pengolahan lumpur dengan unit centrifuge (decanter) Analisis Perencanaan Alternatif pengolahan diperlukan untuk mengoptimalkan pengolahan. Dari hasil analisa kualitas air baku diperoleh hasil bahwa beberapa parameter masih belum memenuhi baku mutu air minum berdasarkan Keputusan Menteri Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air baku harus melalui proses pengolahan agar memenuhi baku mutu air minum. Berikut ini adalah parameter air baku yang belum memenuhi baku mutu dan alternatif pengolahannya Tabel 2 Alternatif Pengolahan Untuk Penyisihan Parameter yang Melebihi Baku Mutu Parameter Alternatif pengolahan Koagulasi-flokulasi, Kekeruhan pengendapan, filtrasi, dan prasedimentasi Pengendapan dengan BOD penambahan bahan kimia, filtrasi, desinfeksi, karbon aktif Pengendapan dengan COD penambahan bahan kimia, filtrasi, desinfeksi Koagulasi-flokulasi, Khromium pengendapan, filtrasi, karbon aktif Nitrit Desinfeksi, filtrasi Kadmium Koagulasi-flokulasi, pengendapan, filtrasi, desinfeksi Bakteri E.coli Desinfeksi, filtrasi Total bakteri Desinfeksi, filtrasi coliform Sumber: Said; Montgomery, 1985; Tambo, 1974 Dari Tabel di atas dapat di ketahui unit pengolahan apa saja yang diperlukan untuk menyisihkan parameter yang masih melebihi baku mutu. Dari hasil tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sesuai tidaknya unit pengolahan yang akan diadakan di IPA Pejaten dalam penyisihan parameter tersebut. Berikut ini adalah tabel identifikasi unit pengolahan eksisting sebagai alternatif pengolahan. Selain unit pengolahan, ada juga unit penunjang yang berfungsi menunjang proses produksi. Unit air baku yang terdiri dari intake (bangunan pengambil air baku) dan pipa transmisi serta peralatan penunjangnya. Bangunan penyimpan air hasil olahan berupa ground reservoir. Bangunan pengolahan lumpur untuk mengolah lumpur yang terbentuk dari proses produksi. Sistem elektrikal dan pompa serta bangunannya juga menunjang kelancaran proses produksi. Bangunan penyimpanan bahan kimia juga diperlukan untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi serta laboratorium. Rencana Anggaran Biaya Total rencana anggaran biaya IPA Pejaten untuk pembangunan instalasi pengolahan air minum adalah Rp 8,970,520,690,00 dengan rincian sebagai berikut. 5 *) Penulis

Tabel 4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya No Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp) 1 Pekerjaan Pembangunan IPA 3,612,086,783 200 L/Detik 2 Pekerjaan Pembangunan 1,858,363,468 Reservoir 4800 M³ 3 Pekerjaan Pembangunan 40,930,907 Rumah Pompa 4 Pengadaan Decanter (Pengolahan 540,000,000 Lumpur) 5 Pengadaan Pompa 951,000,000 6 Jalan Akses 865,350,000 7 Lampu Penerangan 1,350,000,000 8 Rumah Jaga 241,502,700 9 Meter Induk 51,286,832 Jumlah 11.169.163.042.00 reservoir, serta bangunan pengolah lumpur (sludge holding tank dan decanter). 2. Hasil analisis keuangan, biaya pengeluaran untuk IPA Pejaten dengan kapasitas 200 lps sebesar Rp. 11.169.163.042,00, sedangkan biaya tahunan sebesar Rp. 8.702.805.502,94 dan nilai manfaat sebesar Rp. 14.632.704.000,00 dengan tarif penjualan 2900/m3 dan Rp 15.137.280.000,00 dengan tarif penjualan 3.000/m3 SARAN 1. Dalam proses pengoperasian IPA disesuaikan dengan standart operasional yang berlaku begitu pula dengan pemeliharaannya. 2. Perhitungan pondasi harus dilakukan dengan pengukuran tanah terlebih dahulu sehigga hasil yang didapatkan bisa lebih baik. 3. Diperlukan perhitungan biaya yang lebih mendalam agar rancangan sesuai dengan yang diharapkan. KESIMPULAN 1. Hasil analisis teknis menyatakan bahwa untuk sumber air baku dari Sungai Ciliwung dari aspek kontinuitas dan kuantitas telah memenuhi sebagai supply air baku IPA Pejaten dengan kapasitas 200 lps, sedangkan aspek kualitas air baku tersebut telah memenuhi Baku Mutu Golongan B KepGub DKI Jakarta. Untuk mengolah air baku dari Sungai Ciliwung diperlukan unit pengolahan, meliputi unit tower intake, prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi dan DAFTAR PUSTAKA Al-Layla et. Al. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science Publisher, Inc. Darmasetiawan, Martin. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air.Bandung: Yayasan Suryono. Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. Yogyakarta. Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. John Wiley & Sons. New York. 6 *) Penulis

Linsley, Ray K and Joseph B.Franzini diterjemahkan oleh Sasongko.Djoko.1995.Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga Metcalf and Eddy. Wastewater Engineering Collection and Pumping of Wastewater. 1981. Mc Graw Hill Company. New York. Montgomery, James M., Consulting Engineers, Inc. 1985. Water Treatment Principles and Design. John Wiley & Sons, Inc : Canada. Peavy, H.S., D.R. Rowe, G. Tchobanoglous. 1985. Environmental Engineering. Singapore. Mc Graw-Hill, Inc. Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations In Enviromental Engineering. Texas A & M Univercity; B/C Engineering Division Boston, Massacusetts. Sutrisno, Totok dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syed R,Qasim.1985. Waste Water Treatment Plants Planning, Design, And Operation. Texas : University of Texas at Arlington. 7 *) Penulis