PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1 Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR. TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2012 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGANN BERKELANJUTAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR Ungaran, Februari 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyebutkan bahwa tujuan bernegara adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, perlindungan segenap bangsa dan peningkatan kesejahteraan umum adalah tanggungjawab penting bernegara. Salah satu bentuk perlindungan tersebut adalah terjaminnya hak atas pangan bagi segenap rakyat yang merupakan hak asasi manusia yang sangat fundamental sehingga menjadi tanggungjawab negara untuk memenuhinya. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 28A dan Pasal 28C UUD 1945 serta sesuai dengan Article 25 Universal Declaration of Human Rights Juncto Article 11 International Covenant on Economic, Social, and Cultural Right (ICESCR). Sejalan dengan itu, upaya membangun ketahanan dan kedaulatan pangan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah hal yang sangat penting untuk direalisasikan melalui pembangunan pertanian. Lahan pertanian memiliki peran dan fungsi yang strategis bagi daerah yang bercorak agraris, karena terdapat sejumlah besar penduduk Jawa Barat yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Dengan demikian, lahan tidak saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga sosial, bahkan memiliki nilai religius. Dalam rangka pembangunan pertanian, lahan merupakan sumberdaya pokok dalam usaha pertanian, terutama pada kondisi masyarakat Jawa Barat yang sebagian besar bidang usahanya masih bergantung pada pola pertanian berbasis lahan. Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat terbatas karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Penyusutan lahan pertanian didominasi akibat alihfungsi lahan yang terus terjadi, yang merupakan akibat tidak tegasnya penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan seperti penerapan insentif dan disinsentif untuk mencegah alihfungsi lahan basah, yang merupakan ancaman terhadap pencapaian ketahanan dan kedaulatan pangan. Alihfungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap produksi pangan, lingkungan fisik, serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang kehidupannya sangat bergantung pada lahan. Alihfungsi lahan pertanian produktif selama ini kurang diimbangi upaya terpadu untuk mengembangkan lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Di sisi lain, alihfungsi lahan pertanian pangan menyebabkan makin sempitnya luas lahan yang diusahakan, dan seringkali berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan petani. Oleh karena itu, pengendalian alihfungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan pertanian pangan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya.

2 Peningkatan jumlah rumah tangga pertanian tidak sebanding dengan luas lahan yang diusahakan. Akibatnya, jumlah petani tanpa lahan atau berlahan sempit di Jawa Barat terus bertambah. Hal ini berdampak pada sulitnya upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan di kawasan perdesaan. Di sisi lain, proses urbanisasi yang tidak terkendali berdampak pada meluasnya aktivitas-aktivitas perkotaan yang semakin mendesak aktivitas-aktivitas pertanian di kawasan perdesaan yang berbatasan langsung dengan perkotaan. Alihfungsi lahan berkaitan dengan hilangnya akses penduduk perdesaan pada sumberdaya utama yang dapat menjamin kesejahteraannya dan hilangnya mata pencarian penduduk agraris. Konsekuensi logisnya adalah terjadinya migrasi penduduk perdesaan ke perkotaan dalam jumlah yang besar, tanpa diimbangi ketersediaan lapangan kerja di perkotaan. Ancaman terhadap ketahanan pangan telah mengakibatkan Indonesia harus mengimpor produk-produk pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam keadaan jumlah penduduk yang terus meningkat, ancaman-ancaman terhadap produksi pangan memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan pada masa yang akan datang, sehingga Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan dan lahan pangan. Diperkirakan pada tahun 2025 Jumlah penduduk Jawa Barat akan mencapai 52 juta jiwa, dan untuk tahun 2013 jumlah penduduk Jawa Barat diperkirakan akan mencapai 46 juta jiwa. Dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan pokok, khususnya beras paling kurang dibutuhkan lahan persawahan seluas 1 juta hektar. Perlindungan lahan pertanian pangan merupakan upaya yang tidak terpisahkan dari reformasi agraria. Reformasi agraria tersebut mencakup upaya penataan yang terkait dengan aspek penguasaan/pemilikan serta aspek penggunaan/pemanfaatan. Aspek penguasaan/pemilikan berkaitan dengan hubungan hukum antara manusia dan lahan, sedangkan aspek penggunaan/pemanfaatan terkait dengan kegiatan pengambilan manfaat atau nilai tambah atas sumberdaya lahan. Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dimaksudkan agar bidang-bidang lahan tertentu hanya boleh digunakan untuk aktivitas pertanian pangan yang sesuai. Untuk mengimplementasikannya, diperlukan pengaturan yang terkait dengan penguasaan/pemililikan lahan, agar penguasaan/pemilikan lahan terdistribusikan secara efisien dan berkeadilan. Pada saat yang sama, diharapkan luas lahan yang diusahakan petani dapat meningkat secara memadai, sehingga dapat menjamin kesejahteraan keluarga petani serta tercapainya produksi pangan yang mencukupi kebutuhan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Istilah yang dirumuskan dalam Pasal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

3 Pasal 2 Yang dimaksud dengan manfaat, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi kini maupun generasi masa depan. Huruh b Yang dimaksud dengan berkelanjutan dan konsistensi, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang fungsi, pemanfaatan, dan produktivitas lahannya dipertahankan secara konsisten dan lestari untuk menjamin terwujudnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional dengan memperhatikan generasi masa kini dan masa mendatang. Huruh c Yang dimaksud dengan keterpaduan, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Huruh d Yang dimaksud dengan keterbukaan dan akuntabilitas, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Huruf e Yang dimaksud dengan kebersamaan dan gotong royong, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan secara bersama-sama baik antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, pemilik lahan, petani, kelompok tani, dan dunia usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Huruf f Yang dimaksud dengan partisipatif, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pembiayaan, dan pengawasan. Huruf g Yang dimaksud dengan keadilan, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Huruf h Yang dimaksud dengan keserasian, keselarasan dan keseimbangan, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang harus mencerminkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, lingkungan, dan kepentingan bangsa dan negara serta kemampuan Daerah.

4 Huruf i Yang dimaksud dengan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan ekosistemnya serta karakteristik budaya dan daerahnya dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Huruf j Yang dimaksud dengan desentralisasi, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan di Daerah dengan memperhatikan kemampuan Daerah. Huruf k Yang dimaksud dengan tanggungjawab negara, adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dimiliki negara karena peran yang kuat dan tanggung jawabnya terhadap keseluruhan aspek pengelolaan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Huruf l Yang dimaksud dengan keragaman adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang memperhatikan keanekaragaman pangan pokok. Huruf m Pasal 3 Yang dimasud dengan sosial dan budaya adalah perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang memperhatikan fungsi sosial lahan dan pemanfaatan lahan sesuai budaya yang bersifat spesifik lokasi dan kearifan lokal. Pasal 4 Pasal 5 Kewenangan Pemerintah Daerah dalam perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota jo. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Pasal 6 Pasal 7 Yang dimaksud dengan lahan beririgasi meliputi sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi semi teknis dan sawah beririgasi perdesaan. Yang dimaksud dengan lahan tidak beririgasi, meliputi sawah tadah hujan dan lahan kering.

5 Pasal 8 Yang dimaksud dengan lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut, adalah lahan rawa yang memenuhi kriteria kesesuaian lahan. Pasal 9 Yang dimaksud dengan perencanaan jangka panjang, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Yang dimaksud dengan perencanaan jangka menengah, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Yang dimaksud dengan perencanaan tahunan, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang ditetapkan setiap tahun. Pasal 10 Cukup Jelas Yang dimaksud dengan kesesuaian lahan, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan terhadap lahan yang secara biofisik terutama dari aspek kelerengan, iklim, sifat fisik, kimia, dan biologi cocok untuk dikembangkan pertanian pangan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.

6 Pasal 11 Yang dimaksud dengan ketersediaan infrastruktur, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang memperhatikan ketersediaan infrastruktur pendukung pertanian pangan antara lain sistem irigasi, jalan usahatani, dan jembatan. Yang dimaksud dengan penggunaan lahan adalah bentuk penutupan permukaan lahan atau pemanfaatan lahan baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Huruf d Yang dimaksud dengan potensi teknis lahan, adalah lahan yang secara biofisik, terutama dari aspek topografi/lereng, iklim, sifat fisika, kimia, dan biologi tanah sesuai atau cocok dikembangkan untuk pertanian. Huruf e Yang dimaksud dengan luasan kesatuan hamparan lahan, adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan dengan mempertimbangkan sebaran dan luasan hamparan lahan yang menjadi satu kesatuan sistem produksi pertanian yang terkait sehingga tercapai skala ekonomi dan sosial budaya yang mendukung produktivitas dan efisiensi produk. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14

7 Pasal 15 Ayat (4) Pasal 16 Pasal 17 Ayat (4) Pasal 18 Ayat (4) Pasal 19 Pasal 20

8 Huruf d Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan pemanfaatan teknologi pertanian adalah aktivitas menggunakan proses dan teknologi pertanian untuk menghasilkan nilai tambah produk pertanian yang lebih baik. Huruf g Yang dimaksud dengan pengembangan inovasi pertanian adalah intensifikasi kawasan dan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang tidak hanya dilakukan melalui pengembangan teknologi pertanian, tetapi lebih luas dilakukan sampai kepada pemanfaatan teknologi dan kelembagaannya. Huruf h Cukup Jelas Huruf i Cukup Jelas Dalam melaksanakan pengembangan terhadap kawasan dan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi, bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Masyarakat dan korporasi yang kegiatan pokoknya di bidang agribisnis tanaman pangan diberi kesempatan untuk memanfaatkan dan mengembangkan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Pasal 21 Untuk keperluan pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagai lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan, pengambilalihan dapat dilakukan oleh negara tanpa kompensasi dan selanjutnya dijadikan objek reformasi agraria untuk didistribusikan kepada petani tanpa lahan atau berlahan sempit yang dapat memanfaatkannya untuk lahan pertanian pangan pokok. Masyarakat berperan dalam pengawasan tanah telantar dengan melaporkan pemanfaatan lahan yang dinilai ditelantarkan untuk diusulkan sebagai lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Masyarakat berperan dalam pengawasan pemanfaatan tanah terlantar yang telah didistribusikan dengan melaporkan pemanfaatan kepada pihak yang berwenang agar lahan dimaksud dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, produktif, efisien, dan berkeadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9 Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan perlindungan dan pemberdayaan serta insentif yang sesuai kepada petani yang memiliki hak atas tanah yang ingin memanfaatkan tanahnya untuk pertanian pangan pokok, tetapi miskin dan memiliki keterbatasan akses terhadap faktor-faktor produksi sehingga menelantarkan tanahnya. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Yang dimaksud dengan konservasi tanah dan air, adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumberdaya lahan agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan/atau kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Yang dimaksud dengan pihak lain, adalah pihak yang ada kaitannya dengan pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan melalui berbagai pola pemanfaatan, misalnya penyewa, bagi hasil, kontrak, dan kerja sama operasional.

10 Pasal 27 Yang dimaksud dengan kelompok petani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Yang dimaksud dengan koperasi petani adalah koperasi yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat petani. Yang dimaksud dengan asosiasi petani adalah kumpulan petani yang tumbuh karena adanya kepentingan bersama dalam mengembangkan usaha tani yang spesifik, misalnya Asosiasi Petani Organik dan Asosiasi Petani Hortikultura. Pasal 28 Yang dimaksud dengan jaminan harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan adalah penetapan harga dasar produksi pertanian pangan yang menguntungkan petani. Yang dimaksud dengan pertanian pangan pokok adalah pertanian tanaman pangan yang menjadi sumber bahan pangan pokok, misalnya padi, jagung, dan ubi kayu. Huruf d Huruf e Pasal 29 Yang dimaksud dengan gagal panen adalah kejadian di luar kuasa petani dan tidak dapat dicegah dan dielakkan oleh petani, yang mengakibatkan kerugian bagi usahatani, misalnya wabah hama, banjir atau bencana alam lainnya. Yang dimaksud dengan penyuluhan adalah penyebaran informasi mengenai kebijakan pembangunan pertanian, inovasi teknologi, pemberdayaan petani dan hal-hal lain yang terkait dengan pengembangan pertanian. Yang dimaksud dengan pelatihan adalah upaya peningkatan sikap, pengetahuan dan kemampuan teknis petani melalui metoda tertentu.

11 Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Pasal 30 Alihfungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan persyaratan yang ketat, yaitu dalam hal terjadi bencana alam atau lahan tersebut diperlukan untuk kepentingan umum. Dalam hal dilakukan alihfungsi, maka pihak yang melaksanakan alihfungsi berkewajiban untuk memberikan kompensasi dan menyediakan lahan pengganti sesuai dengan klasifikasi lahan. Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Yang dimaksud dengan kesesuaian lahan adalah lahan yang secara biofisik terutama dari aspek kelerengan, iklim, sifat fisik, kimia, dan biologi cocok dikembangkan untuk pertanian pangan. Penyediaan lahan pengganti harus berlokasi di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

12 Lokasi pembukaan lahan pertanian pangan sebagai pengganti Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar Kabupaten/Kota dari lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pasal 36 Pasal 37 Lahan pengganti yang harus disediakan disesuaikan dengan klasifikasi lahan pertanian pangan yang dialihfungsikan. Pasal 38 Pasal 39 Pengganti lahan pertanian harus berlokasi di Kabupaten/Kota yang bersangkutan Pasal 40

13 Huruf d Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah desa/kelurahan. Huruf g Kepada petani yang berprestasi dalam meningkatkan produktivitas melalui pengelolaan lahan dan air serta sumber-sumber faktor produksi lainnya dapat diberikan penghargaan berupa pemberian hadiah yang menunjang kegiatan pertanian Ayat (4) Ayat (5) Pasal 41 Pasal 42 Ayat (4)

14 Pasal 43 Pasal 44 Seluruh ruang lingkup penyelenggaraan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan memerlukan sistem informasi yang terpadu dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan. Ayat (4) Yang dimaksud dengan fisik alamiah adalah informasi spasial atau nonspasial sumberdaya alam yang mendukung sistem produksi Pangan Pokok, termasuk di antaranya peta dasar, peta tematik, serta informasi yang diturunkan dari data penginderaan jauh dan survei lapangan. Yang dimaksud dengan fisik buatan adalah informasi tentang sarana dan prasarana fisik pertanian dan permukiman perdesaan yang terkait, termasuk sistem irigasi, jalan usaha tani, dan sarana angkutan pertanian/perdesaan. Yang dimaksud dengan sumberdaya manusia adalah informasi tentang keluarga petani dan pelaku lainnya yang terkait dengan sistem produksi pangan pokok. Yang dimaksud dengan sumberdaya sosial ekonomi adalah informasi tentang sosial budaya meliputi organisasi petani serta organisasi perdesaan lain yang terkait. Huruf d Yang dimaksud dengan status kepemilikan dan/atau penguasaan meliputi informasi terkait dengan hak yang melekat atas tanah. Huruf e Yang dimaksud dengan luas dan lokasi lahan meliputi informasi tentang data spasial dan data atribut mengenai lokasi lahan. Huruf f Yang dimaksud dengan jenis komoditas pangan tertentu yang bersifat pokok meliputi informasi mengenai pangan pokok yang diusahakan oleh petani.

15 Pasal 45 Pasal 46 Peranserta masyarakat adalah sarana menjamin hak-hak masyarakat seperti: a. menentukan dan mendefinisikan pengertian pangan pokok sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhannya; b. terlibat di dalam mengusulkan, menyetujui dan/atau menolak bagian lahan dan kawasannya untuk ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan atau lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan; c. mengusulkan organisasi atau kelompok yang harus terlibat di dalam penyelenggaraan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan; d. mengusulkan tata cara, mekanisme dan kelembagaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di tingkat lokal yang sesuai dengan karakteristik fisik wilayah, serta sosial-budaya lokal yang ada; e. menyampaikan laporan terkait dengan tanah telantar yang ada di lingkungannya untuk diusulkan sebagai lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan; f. menyampaikan laporan terkait dengan distribusi pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan agar pemanfaatannya berlangsung dengan produktif, efisien, dan berkeadilan; g. menyampaikan gugatan hukum atas bentuk-bentuk penyimpangan dan ketidaksesuaian pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan; h. menuntut agar dipenuhinya hak-hak perlindungan, pemberdayaan, dan insentif sesuai dengan ketentuan yang berlaku; i. memberikan usulan terkait dengan bentuk-bentuk perlindungan, pemberdayaan, dan insentif/disinsentif yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya; dan/atau j. mengusulkan permohonan pendaftaran tanah secara sistematik dan sporadik. Peranserta masyarakat dapat dilakukan secara perorangan dan/atau berkelompok dapat berupa kelompok tani, organisasi, atau badan usaha. Pasal 47 Yang dimaksud dengan paksaan Pemerintah adalah salah satu bentuk sanksi administrasi dimana si pelanggar harus melaksanakan sanksi yang ditetapkan, yang bersifat hukum memaksa (dwingendrecht).

16 Pasal 48 Yang dimaksud dengan pembekuan izin adalah salah satu bentuk sanksi administrasi dimana si pelanggar dilarang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan izin sampai dengan pembekuan izin dicabut. Pencabutan pembekuan izin hanya dapat dilakukan setelah si pelanggar melaksanakan ketentuan yang diperintahkan dalam keputusan pembekuan izin dimaksud. Huruf d Yang dimaksud dengan pencabutan izin adalah salah satu bentuk sanksi administrasi dimana izin yang telah diterbitkan dicabut, sehingga si pelanggar tidak dapat melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan izin, yang sifatnya permanen. Sifat penjatuhan sanksi adalah alternatif kumulatif, sehingga si pelanggar dapat dijatuhkan lebih dari satu jenis sanksi sekaligus. Pasal 49 Pasal 50 Ayat (4) Ketentuan ini diterapkan dalam hal pelanggaran terhadap perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan diancam dengan pidana yang lebih tinggi, maka diterapkan ancaman pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (5) Pasal 51

17 Ayat (4) Pasal 52 Pasal 53 Koordinasi untuk melaksanakan perlindungan meliputi koordinasi perencanaan dan penetapan, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, pengawasan sistem informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani, serta pembiayaan dan peran serta masyarakat dalam rangka perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Huruf d Huruf e Huruf f Pasal 54 Ketentuan ini dimaksudkan agar tidak terdapat rentang waktu yang cukup panjang antara berlakunya Peraturan Daerah dengan ditetapkannya petunjuk pelaksanaan. Pasal 55 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 90