KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. potensi pertanian di tengan perkembangan era modernisasi yang selalu. terdapat banyak keterbatasan dalam sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Subang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. arti penting pertanian, perikanan dan kehutanan secara proporsional dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, adanya pengembangan karir sampai faktor kepemimpinan.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

MENGEMBANGKAN ETOS KERJA PENYULUH PERIKANAN. SUMARDI S dan ANDIN H. TARYOTO KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAKL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia yang ada di dalamnya. Apabila sumberdaya manusia tersebut diperhatikan

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR : 31 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang jasa maupun industri pasti mempunyai tujuan yang

Kerangka Berpikir. Petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

dan tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian yang akan dilakukan. organisasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. aparatur negara dalam hal ini dititik beratkan kepada aparatur pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, keberadaan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dipenuhi melalui bantuan orang lain. mudah diperoleh apabila manusia masuk dalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN DI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan. Beberapa upaya yang dilakukan suatu organisasi untuk

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selalu dituntut untuk mempertahankan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah masuk dalam berbagai aspek kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Primora B Harahap, 25/03/2009, Http: //primora- harahap.blog.co.uk

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI GRAND ORCHID HOTEL SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, agar individu dapat memuaskan kebutuhannya sendiri walaupun

BAB I PENDAHULUAN. karyawan maupun organisasi, karena dianggap sebagai outcome yang positif.

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. BAB IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menjalankan operasional guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA GURU DAN KARYAWAN SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilupakan sebagai aset yang berharga dalam sebuah perusahaan. Padahal sumber

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

Transkripsi:

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dari fenomena-fenomena yang berkembang di masyarakat yaitu (1) perubahan lingkungan strategis seperti perdagangan bebas (globalisasi) dan perubahan penyelenggaraan pemerintahan (otonomi daerah), (2) tuntutan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kedua fenomena tersebut, diperlukan adanya kesiapan sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan dan perubahan-perubahan yang terjadi. Sumberdaya manusia dalam hal ini, penyuluh pertanian dituntut untuk memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan perubahan. Kompetensi penyuluh merupakan kemampuan dan kewenangan bertindak penyuluh yang didasarkan pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tugas pokok penyuluh pertanian, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19/KEP/MK.Waspan/5/ 1999, ada enam aspek kompetensi yang perlu dimiliki oleh penyuluh pertanian yaitu: (1) persiapan penyuluhan pertanian yang meliputi identifikasi potensi wilayah agroekosistem, penyusunan programa penyuluhan pertanian dan penyusunan rencana kerja penyuluh pertanian, (2) pelaksanaan penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan materi penyuluhan pertanian, penerapan metode penyuluhan pertanian dan pengembangan keswadayaan masyarakat, (3) evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian, (4) pengembangan penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyuluhan pertanian, perumusan kajian arah kebijaksanaan pengembangan pneyuluhan pertanian dan pengembangan metode dan sistem kerja penyuluhan pertanian, (5) pengembangan profesi penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmiah populer bidang penyuluhan pertanian, penerjemahan atau penyaduran buku penyuluhan pertanian dan bimbingan penyuluh pertanian, dan (6) penunjang penyuluhan pertanian seperti seminar dan lokakarya penyuluhan pertanian. Berdasarkan kebutuhan pembangunan masyarakat Sumardjo (2006:6) mengemukakan beberapa aspek kompetensi bagi penyuluh sarjana yaitu (1)

pemetaan agroekosistem (agroecosystem mapping), (2) komunikasi organisasi (3) kemitraan (net working), (4) majanemen sistem agribisnis, (5) advokasi agribisnis, (6) manajemen kelembagaan kelompok/komunitas, (7) manajemen pelatihan, (8) prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, (9) metode pengembagan partisipasi (PRA), (10) metode dan tehnik berkomuniaksi efektif, (11) pengolahan dan analisis data agroekosistem, (12) Rapid Rural Appraisal (RRA), (13) metode dan tehnik penyuluhan, (14) prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, (15) perencanaan dan evaluasi penyuluhan, (16) teknologi informasi, (17) perancangan pesan multimedia, (18) penyusunan karya tulis ilmiah, (19) identifikasi kebutuhan, pengembangan motivasi dan kepemimpinan, dan (20) konsep-konsep pembangunan agropolitan. Untuk menjawab perubahan lingkungan strategis dan tuntutan kebutuhan masyarakat, diperlukan adanya kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian yang sesuai dengan perkembangan yang ada. Berdasarkan kompetensi sesuai dengan tugas-tugas pokok penyuluh, kompetensi sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan didukung oleh hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori kompetensi, dalam penelitian ini dirumuskan sepuluh kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian (Tabel 1). Kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya; efektivitas pelatihan penyuluh, pengembangan diri penyuluh, karakteristik lingkungan penyuluh dan karakteristik pribadi penyuluh. Faktor-faktor tersebut diduga memberikan kontribusi terhadap kompetensi penyuluh sarjana dalam pembangunan pertanian. Dalam kaitannya dengan pelatihan, Bernadin dan Russel (1993:297) mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam proses pelatihan yaitu (1) perencanaan pelatihan, (2) pelaksanaan pelatihan, dan (3) evaluasi pelatihan. Blanchard dan Huszeza (Gomes, 2002:196) mengemukakan bahwa pelatihan yang efektif hendaknya mencakup perencanaan yang didasarkan pada kebutuhan, pengalaman belajar dan aktivitas-aktivitas terrencana. Berbagai permasalahan sering dijumpai dalam pelatihan, Rothwell (Departemen Pertanian, 2001:9), terdapat empat permasalahan berkaitan dengan pendekatan pelatihan yaitu : (1) kegiatan pelatihan sering kali tidak fokus terutama berkaitan dengan materi yang

diberikan, (2) lemahnya dukungan manajeman, (3) pelatihan kadang tidak direncanakan dan diselenggarakan secara sistematis, dan (4) materi pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi. Diduga efektivitas pelatihan penyuluhan akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi penyuluh. Selain dipengaruhi oleh pelatihan, kompetensi seseorang (penyuluh) juga dipengaruhi oleh pengembangan diri. Dalam kaitannya dengan pengembangan diri, Skinner (1971) mengemukakan bahwa manusia dapat direkayasa, manusia bukanlah sebuah manusia, tetapi seorang manusia. Disini terlihat bahwa dalam diri manusia ada suatu potensi, dan potensi tersebut bisa dikembangkan melalui proses belajar. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kompetensi seseorang bisa dikembangkan melalui proses belajar. Pengembangan diri adalah upaya memberikan kesempatan-kesempatan belajar kepada seseorang guna membatu dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan atau tugasnya yang berorientasi pada masa depan. Pengembangan diri penyuluh dapat dilakukan secara individu yaitu melalui kemandirian belajar penyuluh dan secara organisasi melalui pengembangan profesionalisme dan pengembangan karir. Menurut Sumardjo (1999:57-58), seorang penyuluh pertanian dikatakan mandiri bila penyuluh tersebut mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kualitas perilaku petani dalam meningkatkan taraf kehidupannya. Sejalan dengan kemandirian belajar, Soeprihanto (2000:3) mengemukakan bahwa, agar dapat memberikan kepuasan kerja pada setiap individu, yang berakibat pada peningkatan prestasi kerja bagi kepentingan organisasi diperlukan adanya pembinaan atau pengembangan karir para karyawan yang dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan atau peningkatan profesional karyawan. Kemandirian belajar sangat erat kaitannya dengan sumber belajar, artinya bahwa seseorang belajar tidak harus ada guru yang langsung mengajar, melainkan guru dalam proses belajar mandiri dianalogikan dengan sumber belajar. Mengacu dari konsep Klausmeier dan Goodwin, Sumardjo (1999:100) mengadaptasikan dan menganalogikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mandiri, dengan mengalami perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi proses belajar mandiri (penyuluh) sebagai berikut (1) karakteristik sumber informasi

(analog dengan teacher characteristic), (2) interaksi sumber informasi dengan penyuluh (analog dengan leaner-teacher behaviour), (3) fasilitas (analog dengan facilities), (4) karakteristik penyuluh (analog dengan learner characteristic), (5) inovasi/informasi (analog dengan subject matter), (6) karakteristik kelompok kerja penyuluh (analog dengan group characteristic), dan (7) kelembagaan pendukung (analog dengan outside forces). Diduga pengembangan diri penyuluh melalui kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian. Peningkatan kompetensi seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor atau karakteristik lingkungan. Karakteristik lingkungan merupakan faktor-faktor di luar diri atau individu yang mempengaruhi dalam kehidupannya. Pengaruh karakteristik lingkungan tersebut jika mendukung atau sesuai dengan kebutuhan seseorang maka akan membantu dalam kelancaran pelaksanaan tugas-tugas. Beberapa faktor eksternal atau pengaruh lingkungan luar yang berpengaruh terhadap seseorang diantaranya; iklim, bencana alam, kebijakan pemerintah, dukungan kelembagaan, ketersediaan sarana dan teknologi. Karakteristik lingkungan dalam penelitian ini meliputi kebijakan Pemda, struktur organisasi, dukungan teknologi dan dukungan sarana penyuluhan, dan pola kepemimpinan. Diduga bahwa karakteristik lingkungan penyuluh akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi dan kinerja penyuluh dalam pembangunan pertanian. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kompetensi seseorang adalah karakteristik individu atau pribadi seseorang. Rogers dan Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa karateristik pribadi merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri seseorang yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Lionberger dan Gwin (1982:45), mengemukakan bahwa karakteristik individu petani yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan adalah umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis ialah rasionalitas, fleksibilitas, mental, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis dan kemudahan menerima inovasi. Slamet (1992:16) mengemukakan bahwa umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan dan sikap merupakan faktor-faktor individu yang mempengaruhi proses difusi inovasi. Dalam penelitian ini, karakteristik pribadi penyuluh yang dilihat meliputi

umur, pendidikan, pengalaman kerja, kekosmopolitan dan motivasi. Diduga kelima karakteristik tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi penyuluh. Semakin besar dan positif dukungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi akan semakin meningkatkan kompetensi penyuluh yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja penyuluh. Kompetensi penyuluh berpengaruh terhadap kinerja penyuluh yang ditunjukkan oleh persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan, pengembangan profesi penyuluhan dan penunjang penyuluhan. Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi dan kinerja penyuluh, dijadikan konsep untuk merumuskan model pengembangan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian penelitian ini (Gambar 3). Hubungan antar Peubah Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan konsep kerangka berpikir kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian, maka dapat dibuat hubungan antar peubah penelitian seperti disajikan pada Gambar 4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut; (1) Tingkat kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian secara nyata dipengaruhi oleh tingkat pengembangan diri penyuluh, efektivitas pelatihan penyuluh, kesesuaian karakteristik lingkungan penyuluh, dan kesesuaian karakteristik pribadi penyuluh (umur, pengalaman kerja, pendidikan non formal, kekosmopolitan dan motivasi penyuluh). (2) Tingkat kinerja penyuluh secara nyata dipengaruhi oleh tingkat kompetensi penyuluh, tingkat pengembangan diri penyuluh, efektivitas pelatihan penyuluh, kesesuaian karakteristik lingkungan penyuluh, dan kesesuaian karakteristik pribadi penyuluh (umur, pengalaman kerja, pendidikan non formal, kekosmopolitan dan motivasi penyuluh).

ERA GLOBA- LISASI ERA OTONOMI DAERAH TUNTUTAN KEBUTUH-AN MASYARAKAT KARAKTERISTIK PERIBADI KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PELATIHAN PENGEM- BANGAN DIRI KOMPETENSI KINERJA PRODUKTIVITAS KERJA Gambar 3. Konsep Kerangka Berpikir Kompetensi dan Kinerja Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian

KARAKTERISTIK PRIBADI (X1) (X 1.1) Umur (X1.2) Pengalaman Kerja (X1.3) Pendidikan non formal (X1.4) Kekosmopolitan (X1.5) Motivasi KARAKTERISTIK LINGKUNGAN (X2) (X2.1) Kebijakan Pemda (X2.2) Struktur Organisasi (X2.3) Dukungan Teknologi (X2.4) Dukungan Sarana (X2.5) Pola Kepemimpinan EFEKTIVITAS PELATIHAN (X3) (X3.1) Kesesuaian Perencanaan (X3.2) Efektivitas Pelaksanaan (X3.3) Sistem Evaluasi TINGKAT PENGEMBANGAN DIRI (X4) (X4.1) Kemandirian Belajar Penyuluh (X4.2) Pengembangan Karir Penyuluh TINGKAT KOMPETENSI (Y1) (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) (Y1.4) (Y1.5) (Y1.6) (Y1.7) (Y1.8) (Y1.9) (Y1.10) Keefektifan komunikasi Pemanfaatan Media Internet Membangun Jejaring Kerja Akses Informasi Penguasaan Inovasi Kemampuan Bekerjasama Analisis Masalah Berpikir Sistem/Logis Pemahaman Potensi Wilayah Pemahaman Kebutuhan Petani TINGKAT KINERJA (Y2) (Y2.1) Perencanaan Penyuluhan (Y2.2) Pelaksanaan Penyuluhan (Y2.3) Evaluasi Penyuluhan (Y2.4) Pengembangan Penyuluhan (Y2.5) Pengembangan Profesi (Y2.6) Penunjang Penyuluhan PRODUKTIVITAS KERJA Gambar 4. Hubungan antar Peubah Penelitian Kompetensi dan Kinerja Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian