KEADAAN PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN TIGARAJA KECAMATAN GIRSANG SI PANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT I KECAMATAN MEDAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MIGRASI PENDUDUK KE DESA NDOKUMSIROGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO. Oleh : Drs. Walbiden Lumbantoruan, M.Si

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1.


KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

KONDISI FISIK DAN KUALITAS PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLITOLI

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

III. METODE PENELITIAN

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL. Kelurahan Bidara Cina merupakan salah satu dari delapan kelurahan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

RUMAH SUSUN PENJARINGAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk

Oleh: Mayang Sari 1, Sidharta Adyatma 2, Ellyn Normelani 2

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 05 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

HUBUNGAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR PADA SUMUR GALI DIKELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2013

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAM MASYARAKAT MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI PADANG KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

Transkripsi:

KEADAAN PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN TIGARAJA KECAMATAN GIRSANG SI PANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN Sonya Simangunsong 1 dan Walbiden Lumbantoruan 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan 20211 Telp.(061) 6627549 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Keadaan permukiman penduduk ditinjau dari kualitas rumah, kebersihan rumah, penataan bangunan rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berumah tangga dan bermukim di Kelurahan Tigaraja dengan jumlah 490 KK. Sampel ditentukan 10% sehingga jumlahnya 49 KK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah komunikasi tidak langsung dan observasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Keadaan permukiman ditinjau dari kualitas rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja adalah pada umumnya (95,91%) penduduk menghuni rumah berlantai semen dan keramik/ubin berarti tergolong layak huni. Di lihat dari jenis atap rumah sudah seluruhnya penduduk menghuni rumah dengan atap seng/asbes dan atap genteng sehingga sudah layak huni. Dilihat dari dinding sebahagian besar penduduk (63,37%) menghuni rumah dengan dinding keramik dan batu bata atau sudah sesuai dengan syarat kesehatan, selanjutnya dari luas ruang kamar tidur, sebahagian besar (71,43%) penduduk memiliki luas ruang kamar tidur tidak seimbang dengan jumlah anggota rumah tangga atau tidak layak huni. (2) Keadaan permukiman ditinjau dari kebersihan lingkungan rumah tinggal mayoritas (83,70%) penduduk membuang sampah tidak pada tempatnya tidak sesuai dengan syarat kesehatan, kemudian di lihat dari pembuangan air limbah sebahagian besar (60,46%) penduduk memiliki saluran air yang lancar atau sesuai dengan syarat kesehatan. (3) Keadaan permukiman ditinjau dari penataan bangunan rumah tinggal adalah sebahagian besar (69,39%) penduduk belum memenuhi persyaratan penataan bangunan atau (jarak bangunan terhadap tepian danau toba minimal 50 meter) sehingga belum sesuai dengan syarat. Kata Kunci : Permukiman Penduduk, Kualitas, Kebersihan, Penataan. Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 31

LATAR BELAKANG Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh rakyat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembangunan itu sudah banyak memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan dan lingkungan. Dalam usaha pembangunan sudah mengupayakan agar dampak negatif hanya terjadi seminimalnya sehingga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pembangunan dengan lingkungan dapat tercipta, namun demikian masih terjadi masalah lingkungan diantaranya masalah permukiman (Koestoer, 2001). Berkaitan dengan masalah tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai usaha diantaranya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, membangun perumahan masyarakat dengan tipe yang sederhana dan memberikan kemudahan kepada masyarakat meminjam uang dalam bentuk kredit lunak untuk pembangunan rumah. Demikian juga pemerintah kota dan kabupaten sudah menata daerah masing-masing termasuk dalam pembangunan permukiman akan tetapi belum sesuai dengan harapan atau masih menimbulkan masalah, di antaranya : (1) Kualitas rumah tinggal yang mencakup ; jenis lantai, atap, dinding, ruang tamu dan kamar tidur yang tergolong tidak layak huni. (2) Kurangnya kebersihan lingkungan rumah sebagai akibat dari pembuangan sampah tidak pada tempatnya dan pembuangan limbah atau saluran air yang tidak lancar sehingga menjadi sumber penyakit serta, (3) Kurangnya penataan bangunan menyebabkan lingkungan tidak teratur. (Kawarpi, 1976 dan BPS Pusat, 2007). Masalah perumahan itu pada umumnya ditimbulkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat. Penduduk bertambah banyak dan akal pikiran juga berkembang menyebabkan cara hidup dan bermukim tidak lagi diserasikan dengan lingkungan alam. Sehubungan dengan itu permukiman yang telah dibangun harus mendapat perhatian khusus dari penghuninya. Dengan adanya perhatian ini, maka rumah mempunyai fungsi yang baik yakni : (1) Sumber kenyamanan Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 32

hidup, (2) Sumber kemakmuran bagi pemiliknya, (3) Simbol status seperti kualitas bangunan, lingkungan sosial, jaminan keselamatan (Soekidjo, 2003). Keadaan tersebut juga terjadi di Sumatera Utara, banyak rumah tinggal yang tidak layak huni, tidak menjaga kebersihan lingkungan rumah, tidak memperhatikan jarak bangunan, sehingga permukiman itu tidak teratur. Oleh karenanya pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan peraturan yang diharapkan dapat menyelamatkan dan melestarikan kawasan danau toba yakni Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba. Salah satu di antaranya ditetapkannya larangan mendirikan bangunan dipinggir pantai sejauh 50 meter dari bibir pantai (tepi air danau toba). Keadaan permukiman tersebut tidak jauh berbeda dengan di Kelurahan Tigaraja karena kelurahan ini termasuk wilayah Kabupaten Simalungun yang berada di pinggiran danau toba. Kondisi perumahan di Kelurahan Tigaraja tidak terlepas dari jumlah penduduk yang membutuhkan rumah hunian. Pada tahun 2010 penduduk Kelurahan Tigaraja berjumlah 2398 jiwa (490 KK) dan rumah yang dihuni sebanyak 490 unit (Kantor Kelurahan Tigaraja, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan (2010) pada umumnya penduduk bermukim di pinggiran danau toba dan masih banyak rumah tinggal belum tertata dengan baik atau belum sesuai dengan aturan pemerintah daerah, selain itu masih ada sampah rumah tangga tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan masalah permukiman. Sehubungan dengan itu, perlu dikaji keadaan permukiman dari aspek kualitas rumah, kebersihan lingkungan rumah dan penataan bangunan rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun. METODOLOGI Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berumah tangga dan bermukim di Kelurahan Tigaraja yang berjumlah 490 KK. Sampel ditentukan 10% dari jumlah populasi sehingga berjumlah 49 KK. Penentuan sampel Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 33

dilakukan secara proporsional menurut lingkungan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana. Teknik pengumpulan data menggunakan komunikasi langsung dengan alat pedoman wawancara yang berisi pertanyaan tentang kualitas rumah tinggal, kebersihan lingkungan rumah tinggal dan penataan bangunan rumah tinggal. Disamping itu digunakan observasi langsung untuk mengamati keadaan yang sebenarnya di lapangan. Kemudian di analisis dengan teknik analisis deskripsi yaitu menyajikan fakta-fakta secara sistematis yang selanjutnya di analisis sehingga dapat memberikan gambaran dan lebih mudah untuk dipahami. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kualitas Rumah Tinggal Responden Kualitas rumah tinggal responden di Kelurahan Tigaraja dicermati dari jenis lantai, atap, dinding dan luas ruang kamar tidur. Jenis lantai rumah yang ditempati oleh setiap responden berbeda-beda, seperti terlihat pada tabel 1. Dari tabel itu dapat diketahui 57,14% responden menghuni rumah berlantai semen dan keramik/ubin dan paling kecil persentasenya adalah responden (4,09%) yang menghuni rumah berlantai tanah. Tabel 1. Jenis Lantai Rumah Responden Di Kelurahan Tigaraja Tahun 2011 No Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%) 1 Keramik 4 8,16 2 Ubin 15 30,61 3 Semen 28 57,14 4 Tanah 2 4,09 Jumlah 49 100,00 Sumber : Data Primer yang sudah diolah, 2011 Dilihat dari jenis atap rumah, sebahagian besar (65,30%) responden menghuni rumah beratap seng/asbes dan sebahagian kecil (34,70%) responden menghuni rumah dengan Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 34

atap genteng. Selanjutnya dari jenis dinding rumah yakni 48,00% responden menghuni rumah memiliki dinding yang terbuat dari batu bata dan hanya 18,37% responden menghuni rumah yang memiliki dinding keramik/marmer (lihat tabel 2). Tabel 2. Jenis Dinding Rumah Responden Di Kelurahan TigarajaTahun 2011 No Jenis Dinding Frekuensi Persentase (%) 1 Keramik 9 18,37 2 Batu Bata 24 48,00 3 Papan 16 32,63 Jumlah 49 100,00 Sumber : Data Primer yang sudah diolah, 2011 Dalam hal ruang kamar tidur, (lihat tabel 3), persentase responden yang paling besar (44,90%) adalah yang menempati ruang kamar tidur dengan ukuran 18 m2 dan paling kecil yakni responden yang menempati ruang kamar tidur dengan ukuran 9 m2. Tabel 3. Luas Ruang Kamar Tidur Responden Di Kelurahan TigarajaTahun 2011 No Luas Ruang Frekuensi Persentase (%) Kamar Tidur (m 2 ) 1 9 13 26,53 2 18 22 44,90 3 27 14 28,57 Jumlah 49 100,00 Sumber : Data Primer yang sudah diolah, 2011 Kebersihan Lingkungan Rumah Tinggal Responden Kebersihan rumah tinggal responden di Kelurahan Tigaraja dicermati dari cara pembuangan sampah yang dilakukan oleh responden. Ada 4 cara yang dilakukan yakni sampah dikumpulkan ke bak sampah, sampah dikumpulkan dan dibakar, dibuang di sembarang tempat dan terakhir dengan cara membuang langsung ke danau (lihat tabel 4). Dari tabel Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 35

tersebut dapat diketahui bahwa persentasi yang terbesar (32,70%) adalah responden yang mengumpulkan sampah di depan rumah lalu dibakar dan terkecil persentasenya (16,30%) yakni responden yang membuang sampah ke bak sampah yang disediakan. Dilihat dari saluran pembuangan air limbah rumah tangga responden, sebahagian besar (60,46%) responden memiliki saluran air yang lancar dan sebahagian kecil (39,54%) responden memiliki saluran air yang tidak lancer (air tergenang). Tabel 4. Tempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga Responden di Kelurahan Tigaraja Tahun 2011 Tempat No Pembuangan Frekuensi Persentase (%) Sampah 1 Bak Sampah 8 16,30 2 Dikumpulkan/dibakar 16 32,70 3 Disembarang tempat 10 20,40 3 Langsung ke danau 15 30,60 Jumlah 49 100,00 Sumber : Data Primeryang sudah diolah, 2011 Penataan Bangunan Rumah Tinggal Responden Penataan bangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam penciptaan kawasan lingkungan yang teratur. Penataan ini dicermati dari jarak bangunan rumah terhadap tepian danau toba (bibir pantai danau toba). Berdasarkan data yang diperoleh bahwa di Kelurahan Tigaraja sebahagian besar responden (34 KK atau 69,39%) menghuni bangunan rumah dengan jarak 1-10 meter dari tepian danau toba dan sebahagian kecil (15 KK atau 30,61%) responden menghuni bangunan rumah dengan jarak 51-55 meter dari tepian danau toba. Hal itu memperlihatkan ada perbedaan jarak yang nyata dari bangunan rumah responden terhadap bibir pantai danau toba. Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 36

Pembahasan Keadaan Permukiman Ditinjau dari Kualitas Rumah Tinggal Keadaan kualitas rumah tinggal dari jenis lantai, sebahagian besar (57,14%) penduduk menghuni rumah berlantai semen dan sebahagian kecil (38,77%) penduduk menghuni rumah berlantai keramik/ubin. Bila dikaitkan dengan BPS Pusat (2007) yakni rumah yang baik apabila menggunakan lantai keramik/ubin dan semen. Hal itu juga tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Kawarpi (1976) yakni lantai yang memenuhi kesehatan terdiri dari semen dan ubin yang bermutu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lantai rumah yang dihuni penduduk di Kelurahan Tigaraja sudah tergolong layak huni. Ditinjau dari jenis atap rumah, sebahagian besar (65,30%) penduduk menghuni rumah yang memiliki atap seng / asbes dan 34,70% penduduk menghuni rumah yang menggunakan atap genteng. Bila dihubungkan dengan BPS Pusat (2007) yakni apabila atap rumah dari seng sudah dapat dikategorikan rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan atap rumah terbuat genteng sudah sangat baik. Dengan demikian, bahwa atap rumah yang dihuni penduduk di Kelurahan Tigaraja sudah memenuhi syarat kesehatan. Ditinjau dari dinding rumah, sebahagian besar (63,37%) penduduk menghuni rumah dengan dinding terbuat dari keramik dan batu bata, hanya sebahagian kecil (32,63%) penduduk menghuni dengan diding papan. Bila dikaitkan dengan pendapat Kawarpi (1976) bahwa dinding rumah yang memiliki syarat kesehatan terbuat dari batu bata / tembok, tehel dan sejenisnya sedangkan dari papan belum sesuai dengan kesehatan. Hal itu berarti bahwa sebahagian besar penduduk di Kelurahan Tigaraja sudah menghuni rumah dengan dinding yang layak huni. Ditinjau dari luas kamar tidur sebahagian besar (71,43%) penduduk memiliki ruang kamar tidur tidak seimbang dengan jumlah anggota keluarga, dengan perincian : 26,53% penduduk memiliki ruang kamar tidur dengan ukuran 3m X 3m dihuni oleh 3 orang yang seharusnya untuk 2 orang dan 44,90% penduduk dengan ukuran kamar Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 37

tidur 4m X 4m yang dihuni 6 orang yang seharusnya 5 orang. Selain itu hanya 28,57% penduduk menghuni ruang kamar tidur yang seimbang dengan jumlah anggota keluarga, ini berarti sudah sesuai dengan syarat kesehatan. Keadaan tersebut seirama dengan pendapat Surowiyono (1984) bahwa ukuran ruangan yang standar sesuai dengan syarat kesehatan yakni ukuran 3m x 3m (9m2) dengan penghuni 2 orang, ukuran 3m x 4m (12m2) dengan penghuni 4 orang dan ukuran 4m x 4m (16m2) dengan penghuni 5 orang. Keadaan Permukiman Ditinjau Dari Kebersihan Lingkungan Rumah Tinggal Kebersihan lingkungan rumah tinggal merupakan kondisi lingkungan yang sehat dan indah serta memberikan suasana nyaman. Kebersihan ini dilihat dari pembuangan sampah di Kelurahan Tigaraja yakni 32,70% penduduk mengumpulkan sampah lalu dibakar, ini tidak baik karena menimbulkan polusi udara, 30,60% penduduk membuang sampah langsung ke danau, ini menunjukkan bahwa penduduk belum menyadari pentingnya kesehatan 20,40% penduduk membuang sampah disembarang tempat atau belum menyadari pentingnya manfaat lingkungan bagi kesehatan. Selanjutnya hanya sebahagian kecil (16,30%) penduduk membuang sampah ke bak sampah yang disediakan, ini berarti sesuai dengan syarat kesehatan. Kondisi demikian seirama dengan yang dikemukakan oleh Soekidjo (2003) bahwa sampah yang berasal dari rumah tangga hendaknya dibuang ke bak sampah (tempat pembuangan) yang telah disediakan sehingga memberikan suasana yang bersih dan sehat atau sesuai dengan syarat kesehatan. Ditinjau dari saluran pembuangan air limbah, sebahagian besar penduduk (60,46%) memiliki saluran air yang lancar atau sudah terhindar dari sumber penyakit dan 39,54% penduduk memiliki saluran tidak lancar sebagai akibat pembuangan sampah di sembarangan tempat sehingga terjadi genangan air yang dapat menimbulkan penyakit. Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan Sugiharto (1987) bahwa Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 38

saluran pembuangan air diusahakan tetap mengalir lancar untuk menghindari genangan air yang dapat menjadi sumber penyakit. Keadaan Permukiman Ditinjau Dari Penataan Bangunan Rumah Tinggal Penataan bangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam penciptaan kawasan lingkungan yang teratur dan strategis. Adapun jarak bangunan rumah penduduk ke bibir pantai danau toba adalah sebahagian besar (69,39%) penduduk menghuni rumah yang memiliki jarak 1-10 meter ke tepian danau toba dan sebahagian kecil (30,61%) penduduk memiliki jarak 50-55 meter ke tepian danau toba. Bila dikaitkan dengan peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba yakni melarang mendirikan bangunan di pinggir pantai sejauh 50 meter dari bibir pantai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penataan bangunan rumah di Kelurahan Tigaraja sebahagian besar penduduknya membangun rumah belum sesuai dengan aturan pemerintah daerah sehingga penciptaan kawasan lingkungan belum teratur atau belum sesuai dengan syarat kesehatan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Keadaan permukiman ditinjau dari kualitas rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja, pada umumnya (95,91%) penduduk menghuni lantai semen dan keramik / ubin atau sudah layak huni, seluruhnya (100%) penduduk menempati rumah dengan atap terbuat dari seng / asbes dan genteng sehingga tergolong layak huni. Dilihat dari dinding sebahagian besar (63,37%) menghuni rumah dengan diding terbuat dari batu bata dan keramik, ini berarti sesuai dengan syarat kesehatan. Selanjutnya dilihat dari luas ruang kamar tidur ternyata sebahagian besar (71,43%) memiliki ruang kamar tidak seimbang dengan penghuninya sehingga belum sesuai dengan syarat kesehatan. Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 39

2. Keadaan permukiman ditinjau dari kebersihan rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja, adalah pada umumnya (83,70%) penduduk membuang sampah dengan mengumpul di depan rumah lalu dibakar, membuang disembarang tempat dan ke danau toba, hal itu menyebabkan tidak layak huni. Selain itu dapat dilihat dari pembuangan air limbah yakni sebahagian besar (60,46%) penduduknya memiliki saluran air yang lancar, ini berarti sesuai dengan syarat kesehatan. 3. Keadaan permukiman ditinjau dari penataan bangunan rumah tinggal, sebahagian besar (69,39%) penduduknya memiliki jarak 1-10 meter dari bangunan rumah ke bibir pantai danau toba. Hal itu belum sesuai dengan peraturan yang berlaku di Kabupaten Simalungun menyebabkan belum memiliki syarat kesehatan. Sesuai dengan uraian kesimpulan, maka diperlukan beberapa saran antara lain : 1. Kualitas rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja masih memiliki masalah dalam hal lantai, dinding dan luas kamar tidur. Oleh karena itu sudah selayaknya penduduk tersebut membangun lantai tanah menjadi semen, mengganti dinding rumah menjadi batu bata. Demikian juga dalam hal luas ruang kamar tidur kiranya dapat menambah ruangan demi terpenuhinya syarat kesehatan bagi penghuninya pada masa yang akan datang. 2. Kebersihan rumah tinggal di Kelurahan Tigaraja masih memiliki masalah dalam pembuangan sampah terutama di sembarang tempat dank e danau toba, termasuk dalam saluran pembuangan air limbah, sehubungan dengan itu sudah selayaknya penduduk menyadari pentingnya arti dan manfaat lingkungan bagi kesehatan. Tidak ketinggalan kepada pemerintah setempat kiranya dapat memberikan arahan yang persuasif kepada penduduk dan memotivasi mereka dengan cara bergotong royong yang pada gilirannya tercipta lingkungan yang sehat dan indah yang mampu membrikan suasana yang nyaman. 3. Keadaan permukiman di Kelurahan Tigaraja di tinjau dari penataan bangunan sebahagian besar penduduknya Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 40

menghuni rumah dekat dengan bibir pantai atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk itu sudah sewajarnya penduduk mentaati aturan tersebut demi terciptanya lingkungan yang teratur dan sehat. Selain itu ditujukan juga kepada pemerintah setempat, kiranya dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam kepada penduduk tentang pentingnya penataan bangunan termasuk dalam menegakkan peraturan yang berlaku sehingga tercipta kelestarian lingkungan danau toba. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Mutiara Sumber Widya Blaang, C, Djemabut. 1968. Perumahan Dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia BPS. 2010. Kabupaten Simalungun Dalam Angka. Simalungun : BPS BPS Pusat.2010. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta : BPS BPS Pusat.2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta : BPS http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng-psikologilingkungan/bab4 kepadatan -dan kesesakan.pdf/ diakses 2011/03/22 Koestoer, Raldi, H. 1995. Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori Dan Kasus. Jakarta : UI-Press Kawarpi, E. 1976. Rumah dan Tata Laksana Rumah Tangga. Depdikbud : New Aqua Press Lumbantoruan, W. (2010). STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG. JURNAL GEOGRAFI, 2(2), 93-106. Pinem, M. (2011). Persebaran Permukiman Kumuh Di Kota Medan. JURNAL GEOGRAFI, 3(1), 27-38. Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 41

Pinem, M. (2010). PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN. JURNAL GEOGRAFI, 2(2), 71-80. Soekidjo, Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Sugiharto.1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas Indonesia. Surowiyono. 1984. Dasar Perencanaan Rumah Tinggal. Jakarta : Pustaka Sinar harapan. Jurnal Geografi Vol. 3 No. 2 Agustus 2011 42