BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, pihak pimpinan rumah sakit juga perlu mengembangkan kepemimpinan. partisipasi aktif dan sistem jaringan kerja yang saling

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 2009 pasal 54 ayat 1 di

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk miskin bertambah. Keadaan ini berpengaruh pada. kehidupan masyarakat antara lain penurunan daya beli masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga utama pada sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan keterampilan dalam bekerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian (Hartono, 2010). Menurut Farjam di institusi Rumah Sakit, tenaga paramedis perawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu aspek perilaku. manusia dalam penilaian kinerja menjadi dominan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ajarmah dan Hashem (2015) mendefinisikan kepuasan pasien sebagai penilaian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan Kepmenkes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke-21 yang semakin maju, sudah seharusnya bahwa pendekatan paripurna yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi yang paling diutamakan bagi institusi pelayanan kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat. Kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun selanjutnya Negara-negara maju di Asia Pasifik akan membuka pintu lebarlebar bagi komoditi dan jasa yang dihasilkan. Hal ini berarti, bahwa saat ini kita harus mampu bersaing khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan, tidak hanya bersaing di dalam negeri akan tetapi bersaing juga di luar negeri (Depkes, 2006). Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan atau kesehatan penunjang. Keberhasilan Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima Rumah Sakit.Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan yang paling dominan adalah sumber daya manusia antaralain perawat. Menurut Simarmata (2010), didalam pelayanan kesehatan, perawatlah yang menjadi garis terdepan dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien, karena perawat memiliki hubungan yang kuat 1

2 dengan pasien dan intensitas pertemuan yang lebih banyak dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain. Perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien sangat berpengaruh terhadap proses berlangsungnya program pengobatan untuk kesembuhan pasien secara paripurna. Pelayanan kesehatan di rumah sakit terhadap pasien yang utama adalah pelayanan keperawatan, sehingga perawat di tuntut untuk memiliki profesionalitas kerja yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan, mempunyai keahlian dan tanggung jawab profesionalitas, disiplin dan mematuhi peraturan serta kemampuan berinteraksi dengan pasien (Dehuber dalam Mukti, 2009). Perawat yang berkualitas dapat memberikan pengaruh positif terhadap pelayanan kesehatan termasuk terhadap mutu pelayanan rumah sakit, oleh karena itu kinerja perawat juga sangat menentukan mutu pelayanan tersebut. Baik buruknya kinerja perawat ditentukan dengan menggunakan penilaian kinerja sesuai dengan tupoksinya. Penilaiaan kinerja perawat merupakan alat ukur yang paling obyektif sehingga dapat digunakan oleh pimpinan keperawatan dalam mengontrol bawahannya dalam melaksanakan tupoksinya. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan pegawai dalam rangka memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprasial kinerja yaitu pengukuran penilaian kinerja, untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2003).

3 Kinerja dan kepuasan kerja perawat sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja perawat itu sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Suarli, 2005 bahwa kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan kunci dalam motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan pencapaian prestasi tersebut bisa berubah, biasanya sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi (lingkungan). Selain itu faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam menentukan kinerja perawat. Faktor lingkungan tersebut meliputi komunikasi, potensi pengembangan dan kebijakan individual (Nursalam, 2003). Hal yang cukup vital untuk menilai kinerja perawat di rumah sakit adalah berdasarkan dari potensi pengembangan dalam hal ini mencakup kesempatan untuk berkembang, meningkatkan karier dan mendapatkan promosi. Namun kenyataannya, masih ada rumah sakit saat ini belum mampu untuk meningkatkan kinerja perawat dan pelayanan keperawatan karena salah satunya masih menggunakan metode penugasan yang konvensional sehingga perawat menjadi jenuh dan sulit untuk berkembang.. Menurut Nurrachmah (2001) peningkatan pelayanan keperawatan (kinerja perawat) disuatu ruang rawat baik rawat inap maupun rawat jalan dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah metode penugasan/pemberi asuhan dan landasan model pendekatan kepada klien yang ditetapkan. Salah satu metode penugasan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan dan kinerja perawat adalah dengan melaksanakan penugasan oleh bidang keperawatan kepada perawat untuk

4 diberlakukannya sistem mutasi dan rotasi kerja bagi perawat dalam satu rumah sakit. Mutasi perawat merupakan perpindahan tenaga keperawatan dari satu unit ke unit lain, adapun rotasi perawat adalah suatu sistem yang ditujukan kepada perawat dengan melakukan perpindahan atau perputaran intern ruang rawat yang dilakukan oleh bidang keperawatan sesuai prosedur yang berlaku. Mutasi rotasi bertujuan untuk mengurangi rasa bosan perawat kepada pekerjaan serta meningkatkan motivasi dan semangat kerja perawat, selain itu untuk memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan minat dan bidang tugasnya, dimana dalam kegiatan pelaksanaan mutasi rotasi kerja sering disalah tafsirkan oleh sebagian besar perawat bahwa mutasi rotasi merupakan hukuman jabatan atau didasarkan atas hubungan baik antara atasan dengan bawahan. Pelaksanaan mutasi dan rotasi di RSUD Ajibarang belum dilaksanakan secara periodik. Pelaksanaan mutasi rotasi di RSUD Ajibarang yang terahir dilaksanakan pada tahun 2012. Sedangkan penilaian kinerja tenaga keperawatan dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh atasannya langsung. Penilaian kinerja tenaga keperawatan terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu : aspek penilaian kerja terdiri dari sikap dan kemampuan, aspek keterangan ringkas tentang pekerjaan terdiri dari pengetahuan, banyaknya pekerjaan, mutu, kecerdasan, tanggung jawab, dan kepribadian. Berdasarkan data penilaian evaluasi hasil kerja perawat pada tahun 2011, dapat diketahui bahwa jumlah perawat di RSUD Ajibarang adalah 154 orang, dan yang dilakukan mutasi rotasi berjumlah 33 orang tersebar pada semua instalasi, terkecuali instalasi

5 rawat jalan dan instalasi kamar bersalin. Dari data yang ada diketahui pula bahwa rata-rata kinerja tenaga keperawatan termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 77,79 (berada pada kategori C dengan nilai diantara 60-79 yang berarti tergolong cukup). Dari nilai yang tergolong dalam kategori cukup tersebut (77,79), serta hasil wawancara dengan 5 perawat yang dilakukan mutasi rotasi dapat disimpulkan bahwa rotasi mempengaruhi beban pikiran, mental, karena harus beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru contohnya sering ijin sakit, tidak ikut apel pagi, pulang tidak tepat waktu. Jika hal ini tidak segera ditindak lanjuti, maka dapat dikhawatirkan kinerja tenaga keperawatan tidak memberikan pelayanan paripurna, dan akan berpengaruh terhadap mutu pelayanan di RSUD Ajibarang. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kinerja perawat yang dilakukan mutasi rotasi dengan perawat yang tidak dilakukan mutasi rotasi di RSUD Ajibarang. Karena dengan diterapkannya sistem mutasi dan rotasi tenaga keperawatan, diharapkan kinerja tenaga keperawatan akan semakin baik terutama dalam hal pemberian pelayanan asuhan keperawatan di RSUD Ajibarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas, peneliti ingin mengetahui Adakah perbedaan kinerja perawat yang dilakukan mutasi rotasi dengan perawat yang tidak dilakukan mutasi rotasi di RSUD Ajibarang?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kinerja perawat di RSUD Ajibarang setelah dilakukannya mutasi rotasi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden perawat yang terkena mutasi rotasi. b. Untuk mengetahui karakteristik responden perawat yang tidak terkena mutasi rotasi. c. Untuk mengetahui kinerja perawat yang terkena mutasi rotasi. d. Untuk mengetahui kinerja perawat yang tidak terkena mutasi rotasi. e. Untuk mengetahui perbedaan kinerja perawat yang dilakukan mutasi rotasi dengan perawat yang tidak dilakukan mutasi rotasi di RSUD Ajibarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan bahwa program mutasi rotasi yang dilakukan secara periodik akan mempengaruhi kinerja tenaga keperawatan ke arah yang lebih baik sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

7 2. Bagi tenaga keperawatan Memberikan keyakinan kepada semua tenaga keperawatan bahwa dengan dilakukannya mutasi rotasi justru akan lebih meningkatkan kinerja tenaga keperawatan sehingga akan menghilangkan kesan bahwa mutasi rotasi adalah bukan merupakan suatu hukuman ataupun suka dan tidak suka. 3. Bagi Peneliti Memperoleh pengetahuan baru bahwa dengan dilakukannya program mutasi rotasi akan meningkatkan kinerja tenaga keperawatan. E. Keaslian Penelitian atau Penelitian yang terkait Penelitian tentang kinerja perawat sudah cukup banyak dilakukan, diantaranya adalah: 1. Simamora (2008) penelitian tentang Pengaruh Pelaksanaan Rotasi Kerja terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H Koesnadi Bondowoso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan cross-sectional yaitu pendekatan dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat di RSUD DHK Bondowoso sebagian besar pada tingkatan cukup yaitu sebanyak 29 dari 35 responden yang menunjukkan bahwa kinerja perawat di RSUD DHK Bondowoso tergolong cukup. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian ini hanya ingin mengetahui besarnya pengaruh pelaksanaan rotasi kerja terhadap kinerja perawatnya, sedangkan pada penelitian yang akan

8 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja perawat di RSUD Ajibarang dengan pendekatan komparatif yaitu melihat dari sisi perawat yang dimutasi rotasi dan perawat yang tidak dimutasi rotasi. 2. Adisasmito (2005) penelitian yang berjudul Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional (potong lintang) yaitu untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja pegawai pada tiap unit kerja instalasi rawat inap RSU Gunung Jati Cirebon berkisar antara 30%-62,9%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan dan lingkungan pekerjaan dengan kepuasan kerja, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja perawat di RSUD Ajibarang dengan melihat perbedaan kinerja antara perawat yang dimutasi rotasi dengan yang tidak dimutasi rotasi. 3. Rosyidah, dkk (2009) penelitiannya berjudul Hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul Tahun 2008. Adapun metode penelitiannya menggunakan metode survei analitik dengan menggunakan rancangan pendekatan cross sectional yaitu rancangan yang pengukuran variabel-

9 variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat dan bertujuan untuk mencari hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor motivasi internal dan faktor motivasi eksternal dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati Bantul, dan ada pengaruh yang signifikan antara faktor motivasi internal dengan faktor motivasi eksternal terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati Bantul. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian ini berisikan dua variabel yaitu motivasi perawat dan kinerja perawat sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya satu variabel. Selain itu, pada penelitian ini sasarannya hanya satu populasi yaitu perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan sasarannya ada dua yaitu perawat yang dimutasi dan perawat yang tidak dimutasi rotasi.