BAB IV ANALISA. Analisa Pelaku Kegiatan Asrama Mahasiswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

KUESIONER. Fasilitas yang diperlukan untuk asrama (boleh pilih lebih dari satu) a. Kantin. e. Laundry b. Warnet. f. Mini Market c.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi


TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

Transkripsi:

BAB IV ANALISA IV.1 IV.1.1 Analisa Aspek Manusia Analisa Pelaku Kegiatan Asrama Mahasiswa 1. Mahasiswa Asrama ini digunakan oleh mahasiswa Bina Nusantara yang dikhususkan bagi mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta dan dipergunakan selama 1 tahun pertama (2 semester awal). Setelah batas waktu tersebut, mahasiswa diminta untuk keluar dari asrama dan mencari hunian lain. 2. Pengelola Pengelola merupakan pihak yang bertanggung jawab atas segala kegiatan di dalam dan di lingkungan asrama. Pihak-pihak pengelola terdiri dari bagian administrasi, bagian keamanan, bagian kebersihan, dan lain-lain. 3. Penunjang Penunjang merupakan pihak yang menunjang asrama mahasiswa Bina Nusantara ini, di antaranya adalah kantin, minimarket, laundry, warnet, 4. Pengunjung Pengunjung merupakan tamu untuk penghuni (orang tua dan teman) dan tamu untuk pengelola. 5. Service Service merupakan pihak yang bertugas untuk membersihkan dan merawat gedung asrama dan ruang luar, mekanikal elektrikal, serta peralatanperalatan yang lainnya. 35

IV.1.2 Analisa Daya Tampung Asrama Mahasiswa Tabel 3. Jumlah mahasiswa aktif periode 2004 2007 Jumlah daya tampung asrama mahasiswa BiNus University akan dibandingkan dengan daya tampung asrama yang telah disurvey di Universitas Indonesia Depok pada tanggal 28 Februari 2008 dan Universitas Pelita Harapan pada tanggal 27 Februari 2008. Berdasarkan survey yang telah dilakukan maka diperoleh jumlah penghuni asrama UI Depok sebanyak 1.248 orang dan jumlah penghuni asrama Universitas Pelita Harapan sebanyak 160 orang. Berdasarkan jumlah mahasiswa aktif periode 2004 2007 (sumber: IT Directorat Data Center UBiNus), diperoleh perbandingan antara pria dan wanita sebagai berikut: 36

Tahun Pria Wanita 2004 660 312 2005 1189 665 2006 1443 736 2007 1573 865 Tabel 4. Jumlah mahasiswa berdasarkan jenis kelamin (sumber: IT Directorat Data Center UBiNus) Rata-rata perbandingan antara pria dengan wanita yang kuliah di Bina Nusantara adalah sekitar 65% : 35%. Dari data-data di atas, maka perhitungan perkiraan daya tampung mahasiswa BiNus University adalah sebagai berikut: Angkatan Jumlah mahasiswa luar daerah Kenaikan 2005 1854 2006 2153 16% 2007 2440 13% Asumsi 3 tahun mendatang dengan kenaikan 14,5% per tahun Jumlah mahasiswa luar daerah Binus (100%+(14,5%x3)) x 2.440 3502 Kenaikan rata-rata 14,5% Jumlah mahasiswa luar daerah Jumlah penghuni asrama Perbandingan UI 6573 1228 19% UPH 2564 160 6% BiNus 3502 438 12,5% Persentase antara pria dan wanita mahasiswa luar daerah (2007) 65% : 35% Perkiraan 284 : 154 penghuni asrama Tabel 5. Perhitungan perkiraan jumlah penghuni 12,5% 37

IV.1.3 Analisa Jenis dan Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan UTAMA a. Pribadi b. Sosial PENGELOLA PENUNJANG SERVICE Kegiatan Ruang Sifat ruang Pengguna Tidur Kamar tidur Private Mahasiswa Mandi, buang air Berkumpul bersama Menyambut tamu Mengurus pembayaran asrama Mengurus asrama Membuat minuman Buang air, ganti baju Tempat berjualan makanan Area berjualan Buang air, cuci tangan Tempat pertemuan Kamar mandi Service Mahasiswa Ruang komunal Hall / Lobby Ruang administrasi Ruang Kepala Asrama Public Public Public Private Mahasiswa Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola Pantry Service Pengelola Loker, Ruang Ganti, dan Toilet Karyawan Kantin Retail Toliet Ruang Serba Guna Service Public Public Service Public Pengelola Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu Pengelola, mahasiswa, tamu Olahraga Lapangan Public Mahasiswa Mengontrol listrik Ruang Panel Service Pengelola Persyaratan ruang Ada tempat tidur, butuh ketenangan Ventilasi udara harus lancar Ruang gerak harus cukup, tidak harus menghadap view Mudah diakses dari luar Mudah diakses dari luar Membutuhkan privasi Ventilasi udara harus lancar Ventilasi udara harus lancar Membutuhkan tempat duduk Standar Ventilasi udara harus lancar Membutuhkan ruang gerak yang cukup luas Membutuhkan ruang gerak yang cukup luas Dinding harus kedap suara Tempat pompa air Ruang Pompa Service Pengelola Menyimpan Gudang Service Pengelola Membutuhkan ruang 38

GUEST HOUSE peralatan Menurunkan/ menaikan barang Area parkir kendaraan Pembuangan sampah Menyambut tamu gerak yang cukup luas Loading Dock Service Pengelola Harus terdapat ramp Parkir Mobil dan Motor Service Pengelola, mahasiswa, tamu TPS Service Pengelola Lobby Public Pengelola Tidur Ruang tidur Private Tamu Mandi, Kamar mandi Service Tamu buang air dalam Tabel 6. Tabel jenis dan kebutuhan ruang Jauh dari hunian dan area public Mudah diakses dari luar Ada tempat tidur, butuh ketenangan Ventilasi udara harus lancar IV.1.4 Analisa Pengelompokan Zoning Secara garis besar, pengelompokan zoning dalam perancangan asrama mahasiswa ini adalah sebagai berikut: Zoning asrama Zoning asrama ditujukan untuk para mahasiswa yang akan tinggal di dalam lingkungan asrama ini. Zoning asrama ini terbagi menjadi zoning asrama putra dan zoning asrama putri. Zoning pengelola Zoning ini merupakan zoning untuk pengelola asrama yang mengurus semua administrasi, pengeleloaan, dan perawatan gedung.. Zoning penunjang 39

Zoning ini merupakan zoning yang bertujuan untuk menunjang asrama yang terdiri dari berbagai kios yang dibutuhkan oleh penghuninya, seperti kantin, laundry, kios buku, dan minimarket. Zoning service Zoning ini merupakan zoning yang berhubungan dengan dengan bagian service seperti bagian kebersihan, bagian keamanan, ruang mekanikal dan elektrikal, serta ruang pompa dan genset. Zoning pengunjung Zoning ini ditujukan untuk para tamu yang akan menginap di asrama ini (baik orang tua penghuni, teman, ataupun tamu kampus). IV.1.5 Analisa Skema Hubungan Makro Para pelaku (baik penghuni asrama, pengelola, maupun tamu) yang datang dapat memasuki lingkungan asrama melalui main entrance, kemudian menuju plaza (bila berjalan kaki ataupun di drop di plaza) dan juga menuju parkiran (bila membawa kendaraan). Setelah itu baru dapat menuju ke gedung yang dituju. Plaza Main Entrance Parkir Gedung Pengelola Gedung Asrama Gedung Guest House Penunjang Service IV.1.6 Analisa Skema Hubungan Mikro Kegiatan Utama (Asrama) 40

Sebelum memasuki asrama masing-masing harus melewati lobby yang berfungsi memisahkan antara gedung asrama putra dengan gedung asrama putri. Setelah itu penghuni dapat menuju ke area yang dituju. Entrance Lobby Ruang Komunal Kamar Asrama Kamar Mandi Kegiatan Pengelola Para pelaku (baik pihak pengelola, penghuni asrama, maupun tamu) akan memasuki entrance yang langsung berupa ruang tunggu, baru kemudian menuju ke ruangan yang dituju. Entrance Ruang Tamu Ruang Staff Pantry Toilet Ruang Kepala Asrama Kegiatan Penunjang Para pelaku (baik petugas kios, penghuni asrama, dan tamu) akan langsung menuju ke kios-kios yang dituju. 41

Lobby Kios-kios Kios-kios Kegiatan Guest House Para tamu yang akan menginap akan memasuki entrance yang berupa lobby yang akan disambut oleh recepsionist, kemudian dapat langsung menuju ke unit kamar tamu. Entrance Lobby Kamar Tamu IV.1.7 Analisa Pola Tinggal Penghuni Analisa pola tinggal penghuni bertujuan untuk mengelompokkan penghuni yang akan tinggal di dalam asrama dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin bertujuan untuk memisahkan asrama wanita dengan asrama pria, memudahkan pengawasan, serta menjaga agar tidak mengganggu kegiatan dan privasi masing-masing penghuni. Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin ini dapat dilakukan dengan cara merancang gedung bangunan yang terpisah. Pengelompokan berdasarkan jumlah penghuni dalam 1 kamar 42

o Kamar untuk 1 orang Kamar ini biasanya dihuni oleh orang yang lebih menyukai privasi daripada keramaian. Keuntungan yang diperoleh oleh si penghuni adalah kebebasan untuk beraktivitas di dalam kamar, tanpa harus takut mengganggu orang lain. o Kamar untuk 2 orang Kamar untuk 2 orang sangat cocok dihuni oleh orang yang tidak suka menyendiri tetapi tidak terlalu ramai sehingga privasi penghuninya masih tetap terjaga. o Kamar untuk 3 orang Kamar untuk 3 orang lebih ramai daripada kamar untuk 1 orang ataupun 2 orang. Privasi masing-masing individu sudah mulai terganggu karena adanya perbedaan dari setiap individu. o Kamar untuk 4 orang Kamar yang dihuni oleh 4 orang pasti terasa lebih ramai daripada kamar untuk 3 orang. Biaya sewa yang dikeluarkan juga lebih murah, tetapi ruang gerak di dalam unit hunian akan terasa lebih sempit sehingga dimensi unit hunian yang dibuat harus besar. Tiap unit hunian asrama BiNus (baik asrama putra maupun asrama putri) dirancang untuk ditempati oleh 2 orang dalam 1 kamar karena tidak terlalu ramai sehingga privasi penghuninya masih tetap terjaga. IV.1.8 Analisa Program Ruang Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi 2 61 747,25 Shower 1,2 m 2 / org NAD 1 24 28,80 43

Closet 1,8 m 2 / org Asumsi 1 16 28,80 Wastafel 0,9 m 2 / org NAD 1 12 10,80 R. Komunal 1,5 m 2 / org Asumsi 20 4 120,00 Sub Total 935,65 Gedung Asrama Putra Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi 2 134 1641,50 Shower 1,2 m 2 / org NAD 1 56 67,20 Closet 1,8 m 2 / org Asumsi 1 32 57,60 Urinoir 0,3 m 2 / org Asumsi 1 32 9,60 Wastafel 0,9 m 2 / org NAD 1 16 14,40 R. Komunal 1,5 m 2 / org Asumsi 25 8 300,00 Sub Total 2.023,10 Pengelola Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Hall / Lobby 0,9 m 2 / org NAD 80 2 144,00 Ruang Staff 28 m 2 Asumsi 1 2 56,00 R. Kepala Asrama 12,25 m 2 Asumsi 1 1 25,00 Sub Total 225,00 Penunjang Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Kantin 4 m 2 / 4 org Asumsi 50 1 200,00 Dapur 40 m 2 Asumsi 1 1 40,00 Minimarket 30 m 2 Asumsi 1 1 30,00 Retail 12,25 m 2 Asumsi 1 4 49,00 Kamar mandi 12,25 m 2 / org Asumsi 2 1 12,25 R. Serba guna 300 m 2 Asumsi 1 1 300,00 Sub Total 631,25 Guest House Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Ruang tidur 24 m 2 Asumsi 1 16 384,00 Kamar mandi dalam 4 m 2 Asumsi 1 16 64,00 Sub Total 448,00 Service Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Ruang Panel 12 m 2 Asumsi 1 1 12,00 44

Genset 28 m 2 Asumsi 1 1 28,00 Ruang Pompa 35 m 2 Asumsi 1 2 35,00 Laundry 28 m 2 Asumsi 1 1 28,00 R. M&E 28 m 2 Asumsi 1 1 28,00 TPS 7 m 2 Asumsi 1 2 14,00 Sub Total 145,00 Total 4.408,00 Sirkulasi 20% 881,60 Grand Total 5.289,60 Tabel 7. Program ruang Keterangan: NAD : Neufert Data Architect Luas total kebutuhan ruang adalah 5.289,60 m 2 ( 5.289,60 m 2 < 18.400 m 2 OK ) Kebutuhan ruang parkir Parkir mobil Parkir mobil di dalam kompleks asrama ini hanya disediakan untuk tamu dan pihak pengelola saja. Penghuni asrama tidak diperkenankan membawa mobil pribadi. Asumsi parkir tamu = 16 mobil Asumsi parkir pengelola = 4 mobil Jumlah parkir mobil = 20 mobil Luas parkir mobil = 20 x 5 m 2 = 100 m 2 Parkir motor Parkir motor yang disediakan di dalam kompleks asrama ini sebanyak 25% dari jumlah penghuni asrama 45

25% x 390 = 98 motor 100 motor Asumsi parkir motor karyawan = 10 motor Total parkir motor = 110 motor Luas parkir motor = 110 x 2 m 2 = 220 m 2 Parkir service Asumsi 2 mobil box = 2 x 30 m 2 = 60 m 2 IV.2 IV.2.1 Analisa Aspek Lingkungan Kondisi di Dalam Tapak Gambar 19. Lokasi tapak Lokasi Proyek : Jl. Kebun Jeruk Raya Peruntukan Lahan : Asrama untuk mahasiswa UBiNus Luas Lahan : ± 9.200 m 2 KDB : 50% KLB : 2 GSB : 10 m 46

Ketinggian Maksimum : 4 lantai Luas lantai dasar yang dapat dibangun = 50% x 9.200 m 2 = 4.100 m 2 Luas lantai bangunan yang dapat dibangun = 2 x 9.200 m 2 = 18.400 m 2 Luas total kebutuhan ruang adalah 5.289,60 m 2 ( 5.289,60 m 2 < 18.400 m 2 OK ) Batas wilayah: Utara : Jl. Kebon Jeruk Raya Selatan : Sekolah, rumah kost Barat : Perumahan penduduk Timur : Jl. Rawa Belong IV.2.2 Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak Kios pulsa Pertigaan Kebon Jeruk Tempat penyewaan film Tanah kosong Gambar 20. Kondisi lingkungan sekitar tapak 47

Situasi di sekitar tapak merupakan daerah yang cukup ramai dan mengalami macet pada jam-jam tertentu. Hal ini terjadi karena banyaknya angkot dan metro mini yang berhenti untuk menaikkan / menurunkan penumpang di daerah pertigaan jalan tersebut. Bangunan-bangunan yang berada di sekeliling tapak sebagian besar digunakan untuk bangunan komersil, antara lain warung makan, kios pulsa, tanah kosong, tempat penyewaan film, dan tempat foto kopi. IV.2.3 Analisa Matahari Bentuk dan orientasi bangunan yang dirancang dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti kebisingan, panas matahari yang diterima, dan sebagainya. Berikut ini adalah tabel perbandingan suatu bentuk massa bangunan terhadap radiasi matahari. Luas A 2 A 2 A 2 Radiasi Panas 1,76 A 1,52 A A Cahaya Alami 0,26 A 2 0,27 A 2 0,25 A 2 Tabel 8. Perbandingan bentuk massa bangunan terhadap radiasi matahari Berdasarkan tabel perbandingan bentuk massa bangunan tersebut diperoleh hasil bahwa bangunan dengan bentuk segi empat memiliki radiasi matahari terkecil dibandingkan dengan betuk lingkaran ataupun segitiga. Selain itu, bentuk 48

massa bangunan segi empat juga dapat memperoleh pencahayaan alami yang baik. Perletakan dan orientasi massa bangunan berdasarkan orientasi dan radiasi matahari adalah sebagai berikut Bentuk bangunan dirancang tipis memanjang dan menghadap arah timurbarat sehingga mendapat panas dan radiasi matahari secara langsung. Hal tersebut menyebabkan naiknya suhu di dalam ruangan sehingga untuk mengurangi temperatur ruangan yang tinggi dibutuhkan pendingin ruangan buatan seperti Air Conditioner ataupun kipas angin. Dengan menggunakan pendingin buatan di dalam ruang akan mengakibatkan borosnya penggunaan energi dan biaya pemakaian listrik. Gambar 21. Perletakan bangunan menghadap timur-barat Jika bangunan terpaksa menghadap timur-barat maka radiasi matahari yang masuk dapat dikurangi dengan cara: o Membuat teritisan atau overstek yang cukup untuk mengurangi masuknya radiasi matahari Gambar 22. Overstek untuk mengurangi masuknya radiasi matahari 49

o Menanam pepohonan di daerah timur / barat Gambar 23. Pepohonan untuk mengurangi masuknya radiasi matahari o Meletakkan area service di daerah barat o Menggunakan sun shading pada kulit bangunan Bentuk bangunan dirancang tipis memanjang dan menghadap arah utaraselatan sehingga tidak mendapat panas dan radiasi matahari sebanyak bangunan yang menghadap arah timur-barat, tetapi tetap mendapatkan sinar matahari yang cukup. Dengan perletakan massa bangunan yang menghadap utara-selatan, maka radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan sedikit sehingga temperatur udara di dalam ruangan sejuk dan tidak membutuhkan adanya pendingin udara buatan. Gambar 24. Perletakan bangunan menghadap utara-selatan 50

Bangunan asrama yang akan dirancang sebaiknya memiliki bentuk bangunan yang tipis memanjang dan menghadap ke arah utara selatan untuk mengurangi daerah yang terkena radiasi matahari langsung. Untuk daerah yang menghadap barat timur, radiasi matahari yang masuk dapat dikurangi dengan menggunakan overstek, sun shading, dan menanam pepohonan. IV.2.4 Analisa Kebisingan Gambar 25. Analisa kebisingan Asrama yang akan dirancang terletak di pertigaan antara Jl. Kebun Jeruk Raya dengan Jl. Rawa Belong. Kebisingan yang terjadi akibat suara kendaraan bermotor yang melewati kedua jalan tersebut, tetapi daerah yang mengalami kebisingan terbesar terletak tepat di pertigaan tersebut. Kebisingan juga terjadi akibat perumahan penduduk dan lingkungan sekitar yang ramai. Daerah kios-kios menyebabkan banyaknya orang-orang yang lalu lalang di sekitar tapak. Untuk mengurangi kebisingan yang masuk dapat dilakukan dengan cara : 51

Menjauhkan daerah private (bangunan hunian) dari dekat jalan raya Meletakan daerah public ke daerah dekat kebisingan Menanam pepohonan di sekitar sumber bising Membuat tembok untuk mengurangi suara yang masuk Gambar 26. Solusi untuk mengurangi kebisingan IV.2.5 Analisa Pencapaian Tapak Analisa pencapaian tapak berfungsi untuk mengetahui dari arah mana saja para pelaku dapat menuju ke lokasi asrama. Analisa ini bertujuan untuk menentukan main entrance yang jauh dari sumber kemacetan dan mempermudah sirkulasi kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan asrama. 3 1 2 Gambar 27. Arah pencapaian tapak 52

Untuk menuju ke tapak / lokasi asrama mahasiswa yang akan dirancang dapat melalui 3 alternatif jalan, yaitu: 1. Alternatif 1 dari arah Jl. Kebun Jeruk Raya 2. Alternatif 2 dari arah Kampus BiNus Anggrek 3. Alternatif 3 dari arah Rawa Belong IV.2.6 Analisa Sirkulasi Dalam Tapak Analisa sirkulasi berfungsi untuk menentukan letak main entrance, side entrance untuk service, dan entrance untuk pejalan kaki. Main entrance sebaiknya diletakkan di dekat jalan besar agar mudah terlihat dan dicapai oleh kendaraan, tetapi tetap jauh dari daerah kemacetan. Gambar 28. Alternatif entrance Terdapat 4 alternatif yang dapat dijadikan entrance karena terletak di jalan besar. Alternatif 1 dapat dijadikan main entrance karena terletak tepat di jalan besar dan agak jauh dari sumber macet. Alternatif 2 juga dapat dijadikan main entrance karena terletak di jalan raya tetapi kurang strategis dari jalan utama. Alternatif 3 dapat dijadikan akses keluar kendaraan. Alternatif 4 tidak dapat dijadikan main entrance dan side side entrance karena trelalu dekat dengan 53

tikungan. Entrance untuk pejalan kaki sebaiknya dekat dengan entrance kendaraan tetapi tidak digabung menjadi satu agar tidak saling mengganggu. IV.2.7 Analisa Zoning Perletakan massa bangunan dipengaruhi oleh analisa zoning di dalam tapak dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan pada analisa-analisa sebelumnya. Analisa zoning berfungsi untuk menentukan perletakan area parkir, pengelola, hunian, penunjang, service, dan open space. Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan analisa zoning: Gambar 29. Analisa zoning publik dan hunian Pertimbangan perletakan daerah publik Daerah publik diletakkan di dekat main entrance agar mudah terlihat dari jalan utama dan mudah diakses oleh calon penghuni asrama ataupun tamu yang datang untuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan asrama. Pertimbangan perletakan daerah hunian 54

Daerah hunian diletakkan di daerah yang jauh dari jalan utama yang merupakan sumber kebisingan karena daerah hunian membutuhkan ketenangan dan kenyamanan. Pertimbangan perletakan daerah penunjang dan servis Daerah penunjang diletakkan di tengah di antara area hunian untuk membatasi antara asrama putra dengan asrama putri. Daerah penunjang dapat berupa lapangan olahraga ataupun taman-taman untuk tempat belajar dan bersosialisasi. Daerah servis seperti parkir dan loading dock diletakkan di dekat side entrance agar sirkulasi parkir dan loading dock tidak mengganggu sirkulasi penghuni dan tamu. Gambar 30. Analisa zoning tapak Penataan zoning vertikal pada bangunan asrama dibagi menjadi area public, semi public, private, dan service. Area public dapat berupa lobby; area semi public berupa ruang komunal atau ruang belajar bagi penghuni; area private berupa hunian untuk penghuni; dan area service berupa tangga, kamar mandi, dan tempat pembuangan sampah. 55

Gambar 31. Zoning secara vertikal IV.2.8 Analisa Tata Ruang Luar Orientasi bangunan Kompleks asrama mahasiswa BiNus yang akan dirancang harus mempunyai orientasi ke luar dan orientasi ke dalam. Orientasi ke luar dimaksudkan agar bangunan yang dirancang serasi dan selaras dengan lingkungan sekitarnya, serta bersifat mengundang orang-orang yang melihatnya. Sedangkan yang dimaksud dengan orientasi ke dalam adalah memfokuskan lingkungan di dalam kompleks asrama ini agar memiliki suasana yang mendukung proses pembelajaran mahasiswa. Elemen pengisi ruang luar Lingkungan kompleks asrama mahasiswa BiNus ini harus memperhatikan ruang luar yang akan dimikmati oleh pengguna bangunan (penghuni asrama, pengelola, dan tamu). Ruang luar yang tercipta dapat berupa elemen keras dan elemen lunak. Elemen keras yang akan digunakan dapat berupa aspal, beton cetak, grass block, ataupun batu alam yang dapat digunakan untuk sirkulasi kendaraan maupun manusia. Penggunaan grass block sebagai sirkulasi kendaraan dan manusia jauh lebih baik daripada menggunakan aspal karena grass block dapat meresap air hujan lebih banyak dan tidak menaikkan suhu udara di sekitarnya. Batu alam dapat 56

digunakan sebagai jalan setapak manusia dan juga dapat digunakan untuk memperindah facade bangunan. Gambar 32. Grass block (sumber: http://www.grasscrete.com/docs/pdfs/08grassblock.pdf) Gambar 33. Batu alam Gambar 34. Pohon dan rumput Elemen lunak yang akan digunakan dapat berupa pepohonan, rerumputan, dan juga tanaman hias sehingga dapat memperindah ruang luar bangunan dan juga dapat digunakan sebagai peresapan air hujan. Parkir Menurut buku Architect s Data edisi ke-3 karangan Ernst dan Peter Neufert, ada berbagai jenis parkiran yaitu: Parkir pararel Parkir 30 Parkir 45 Parkir 60 Parkir 90 Gambar 35. Berbagai jenis parkiran 57

Parkiran yang akan digunakan di dalam kompleks asrama mahasiswa BiNus ini menggunakan parkir 90 karena lebih efisien dan menghemat lahan daripada parkir mobil dengan sudut kemiringan tertentu. IV.3 IV.3.1 Analisa Aspek Bangunan Analisa Jenis Massa Bangunan Terdapat 2 jenis pola massa bangunan yang biasa digunakan, yaitu: Pola massa bangunan tunggal Pola massa bangunan tunggal biasanya digunakan di daerah yang luas lahannya tidak terlalu besar dan lebih mengutamakan pemusatan kegiatan di dalam satu bangunan. Pola massa bangunan majemuk Pola massa bangunan majemuk biasanya digunakan di daerah yang luas lahannya besar dan ingin memisahkan bangunan berdasarkan kegiatan di dalamnya. Hal ini menyebabkan sirkulasi bangunan menjadi lebih dinamis. Pola massa bangunan yang akan dirancang di dalam kompleks asrama BiNus ini bersifat majemuk karena beberapa pertimbangan, antara lain: o Adanya pemisahan gedung asrama putra dan asrama putri. o Adanya pemisahan kelompok kegiatan utama (hunian), pengelola, penunjang, guest house, dan service. 58

o Membuat open space di antara massa bangunan sehingga sirkulasi udara antarbangunan menjadi lebih lancar. IV.3.2 Analisa Organisasi Ruang Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, organisasi ruang dibagi menjadi: o Organisasi terpusat sebuah ruang dominan dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder. o Organisasi linier suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang. o Organisasi radial sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang linier berkembang menurut arah jari-jari. o Organisasi cluster kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. o Organisasi grid organisasi ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lain. Gambar 36. Macam-macam organisasi ruang 59

Bangunan yang akan dirancang di dalam komples asrama mahasiswa ini memiliki organisasi ruang terpusat dengan pemusatan bangunan terletak pada area dalam bangunan yang berupa taman / plaza sebagai pengikat antarbangunan. Gambar 37. Organisasi ruang antarbangunan Untuk organisasi ruang di dalam bangunan memiliki organisasi ruang linier karena adanya pengulangan ruang yang memiliki bentuk, ukuran, dan fungsi yang sama. (sumber: http://ocw.gunadarma.ac.id/course/civil-and-planning- engineering/study-program-of-architectural-engineering-s1/teori-arsitektur- 1/organisasi-ruang) IV.3.3 Analisa Tampak Bangunan Tampak bangunan asrama harus didesain semenarik mungkin agar terlihat indah dan asri dengan lingkungan sekitarnya. Tampak bangunan asrama yang dirancang juga harus: Memperlihatkan perbedaan antara fungsi bangunan Memperlihatkan perbedaan facade bangunan yang menghadap barat timur 60

Memperhatikan perletakan outdoor AC bila menggunakan AC Split Bentuk dan jenis sun shading yang digunakan Foto 10 dan 11. Contoh tampak bangunan asrama IV.3.4 Analisa Modul Pada perancangan asrama mahasiswa ini terdapat beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan patokan untuk modul hunian, antara lain: dimensi furniture, ruang gerak, serta dimensi material keramik dan plafon yang digunakan. Keramik yang akan digunakan berukuran 30 cm x 30 cm, dan ukuran plafond yang akan digunakan adalah 1,2 m x 2,4 m. Dengan pertimbangan material yang digunakan maka modul yang akan digunakan adalah kelipatan 3,5 meter x 3,5 meter sehingga material yang digunakan tidak terbuang sia-sia. Gambar 38. Denah dan perspektif unit hunian 61

IV.3.5 Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi secara horizontal sirkulasi yang digunakan di dalam bangunan asrama ini berupa double loaded. Sirkulasi yang digunakan bersifat linier karena adanya koridor pada tiap unit hunian sehingga membentuk garis. Gambar 39. Contoh double loaded Sirkulasi secara vertikal yang digunakan pada bangunan ini menggunakan tangga. Bangunan asrama mahasiswa ini mempunyai tangga darurat karena bangunan ini terdiri dari 4 lantai IV.3.6 Analisa Sistem Struktur dan Konstruksi Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan bangunan asrama mahasiswa BiNus ini terbagi menjadi: Struktur Bawah Pondasi yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini adalah pondasi borepile karena pondasi tersebut dapat menopang beban bangunan 4 lantai. Sturktur Atas 62

o Struktur rangka kaku struktur ini terdiri dari balok dan kolom. Struktur ini mampu menahan beban lateral (beban gempa dan beban angin) dan beban vertikal (beban gravitasi). Kelebihan dari penggunaan struktur ini adalah terciptanya banyak bukaan. Kekurangan dari penggunaan struktur ini adalah terciptanya ruang yang terbuang akibat tonjolan yang ditimbulkan oleh kolom. Gambar 40. Penggunaan kolom pada unit hunian o Struktur dinding geser struktur ini merupakan struktur yang sangat kaku. Penggunaan dinding geser pada bangunan menyebabkan kurangnya bukaan yang dapat dibuat. Hal tersebut dikarenakan agar kekakuan dinding tersebut tetap terjaga. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan dinding geser adalah ruangan yang dirancang terbebas dari kolom sehingga tidak ada space yang terbuang. Gambar 41. Penggunaan shear wall pada unit hunian 63

Struktur atap baja ringan Penggunaan baja ringan untuk rangka atap lebih disukai daripada menggunakan kayu karena dibuat secara prefabrikasi sehingga proses pembuatannya cepat. Selain itu keuntungan dari penggunaan rangka baja ringan adalah proses pemasangannya mudah dan cepat, lebih tahan lama, dan mempunyai berat yang cukup ringan sehingga mengurangi beban yang dipikul oleh bangunan. Struktur bentang lebar Penggunaan struktur bentang lebar akan digunakan di ruang serba guna sehingga tidak ada kolom di dalam ruangan tersebut. IV.3.7 Analisa Utilitas Utilitas air bersih Sumber air bersih berasal dari PDAM. Air bersih ditampung di reservoir bawah terlebih dahulu baru kemudian dipompa ke reservoir atas agar kotoran tidak ikut terbawa ke reservoir atas. Setelah itu baru dialirkan menuju kamar mandi bersama, dapur, dan laundry. Selain dari PDAM, air hujan juga dapat digunakan kembali untuk kotak hydrant dan menyiram tanaman. o Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan air pencegah kebakaran adalah sebagai berikut : Jumlah hidrant = 2 x Luas total bangunan 800 = 2 x 5.289,6 800 = 14 unit 64

Kebutuhan air hidran = Jumlah hidran x 400 liter/menit x 30menit = 14 x 400 x 30 = 168.000 liter Total kebutuhan air untuk proteksi kebakaran (Tpk) = 168.000 liter o Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan kebutuhan air untuk bersih untuk kesehatan adalah: Untuk asrama, pemakaian air tiap orang diasumsikan 135 liter/hari Jumlah orang sekitar 400 orang, maka Kebutuhan air keseharian (Tak) = 135 x 400 = 54.000 liter Total kebutuhan air bersih = Tak + Tpk = 54.000 + 168.000 = 222.000 liter Utilitas air kotor Air kotoran akan dipadatkan dan disalurkan menuju STP, sedangkan air bekas cucian akan ditampung di dalam bak kontrol kemudian disalurkan menuju sumur resapan, dan disalurkan menuju ke riol kota. IV.3.8 Analisa Penghawaan Sistem penghawaan di bangunan asrama BiNus menggunakan 2 sistem penghawaan, yaitu: Penghawaan alami Sistem penghawaan udara alami dapat dibuat dengan membuat bukaan yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara di dalam ruangan (menggunakan ventilasi silang / cross ventilation) dengan 65

menggunakan jendela ataupun bukaan yang cukup, baik di unit hunian maupun di dalam bangunan. Gambar 42. Cross ventilation Penghawaan buatan Sistem pendingin udara buatan (Air Conditioner) diperlukan apabila temperatur udara di dalam ruangan tidak dapat memenuhi kenyamanan termal para pengguna asrama. Biasanya AC digunakan di ruangan-ruangan yang digunakan oleh banyak orang, seperti pada ruang serba guna, ruang makan bersama, ruang komunal, ruang belajar, perpustakaan, dan lain-lain. Berikut ini adalah macam-macam air conditioner yang digunakan: AC Window, AC Split, dan AC Central. Berikut ini adalah perbandingan kelebihan dari masing-masing tipe AC: AC Window AC Split AC Central Temperatur setiap Distribusi udara lebih ruangan dapat dikontrol baik dari masing2 unit. Tidak perlu ducting. Instalasi sangat sederhana. Tidak bising (terbagi: in & out door unit), evaporator di dalam ruangan, condensor di luar ruangan. Dapat dipergunakan lebih dari satu ruang Distribusi udara lebih baik Energi secara keseluruhan lebih hemat Tidak bising. Pemeliharaan mudah Tabel 9. Perbandingan kelebihan macam-macam AC 66

Berikut ini adalah perbandingan kekuranganan dari masing-masing tipe AC: AC Window AC Split AC Central Penempatan pada dinding dapat merusak wajah gedung. Ada instalasi ducting. Bising Umur relatif pendek -4 th. Butuh ruang untuk out door dan ruang perawatan Harga awal lebih mahal dari AC Window Initial cost (biaya awal) tinggi Butuh Ruang ducting, isolasi, shaft, AHU. Perlu disiapkan unit tambahan pada saat service. Energi besar. Tabel 10. Perbandingan kekurangan macam-macam AC Pendingin udara buatan yang akan digunakan pada bangunan asrama ini menggunakan AC Split karena pendistribusian udaranya lebih baik dan dapat digunakan oleh lebih dari 1 ruangan. Penggunaan AC Spilt ini juga dapat diatur pemakaiannya sesuai kebutuhan penggunanya. Perhitungan pemakaian AC pada Guest House Luas kamar = 24 m 2 Tinggi plafond = 2,8 m Koefisien AC = 50 Kapasitas AC = (24 x 2,8) 50 = 1,34 = 1 PK IV.3.9 Analisa Pencahayaan Pencahayaan Alami Pencahayaan alami dapat digunakan untuk menerangi ruangan di dalam bangunan agar lebih menghemat energi dan biaya listrik. 67

Pencahayaan alami dapat diperoleh dengan membuat bukaan yang cukup atau juga membuat skylight. Gambar 43. Penggunaan jendela untuk pencahayaan alami Pencahayaan Buatan Menurut Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE dalam bukunya yang berjudul Sistem Bangunan Tinggi, cara yang paling umum digunakan untuk merancang penerangan buatan adalah menentukan tata letak lampu yang dapat memberikan kuat cahaya pada bidang datar yang letaknya berada di sebelah bawah dari letak sumber cahaya. Untuk memperoleh tingkat kenyamanan dan kelancaran operasional bagi pengguna bangunan dalam melakukan akitivitasnya, maka setiap kegiatan atau fungsi ruang mempunyai kuat penerangan yang berbeda. Sumber Cahaya Penerangan Buatan Lampu-lampu yang biasa digunakan dalam bangunan digolongkan atas lampu pijar, lampu fluorescent, lampu metal halida, lampu merkuri, dan lampu sodium. Lampu-lampu tersebut dibedakan atas: - Konstruksi dan cara kerjanya - Persyaratan untuk menyalakannya - Mutu cahaya yang dihasilkan oleh lampu, termasuk warna cahayanya 68

- Efisiensi (perbandingan antara lumen dan watt). - Usia operasional lampu - Depresiasi cahaya yang dipancarkan sehubungan dengan usia penggunaan - Ragam daya lampu (watt) dan konfigurasinya pada penggunaan o Lampu fluorescent (lampu TL/TLD, PL, dan SL) mempunyai efficacy tinggi sehingga biayanya rendah. Lampu fluorescent memberikan suasana sejuk dan dapat memantulkan warna benda seperti aslinya. Penggunaan lampu fluorescent lebih disukai dibandingkan lampu pijar karena: - Menghasilkan 3 5x lumen per Watt - Usia lampu 7 20x dari lampu pijar - Menghasilkan panas yang lebih yang kecil - Dapat tetap beroperasi pada suhu rendah, sampai -28 C - Suhu lampu maksimal 40 C Gambar 44. Berbagai jenis lampu fluorescent o Lampu metal halida, merkuri, dan sodium cocok untuk penerangan di luar bangunan. Lampu metal halida mempunyai daya antara 250-2.000 Watt. Lampu merkuri mempunyai daya antara 50-1.000 Watt. Lampu 69

sodium tekanan tinggi mempunyai daya antara 70-2.000 Watt, sedangkan lampu sodium tekanan rendah mempunyai daya antara 18-180 Watt. Gambar 45. Lampu metal halida, lampu merkuri, dan lampu sodium IV.3.10 Analisa Sistem Sumber Daya Listrik Sumber daya listrik yang akan digunakan di dalam kompleks asrama ini menggunakan listrik dari PLN dan photovoltaic system. Gambar 46. Photovoltaic system Menurut Prasasto Satwitko dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Sadar Energi: Pemanfaatan Komputer dan Internet untuk Merancang Bangunan Ramah Lingkungan, sel surya berasal dari bahan semikonduktor silikon (Si). Berdasarkan bahan pembentuknya, sel surya dibagi menjadi 3 yaitu Monocrystalline Silicon, Polycrystalline Silicon, dan Amorphous Sillicon. Berikut ini adalah keuntungan dari menggunakan sel surya antara lain: 70

Membangkitkan listrik tanpa ada bagian yang bergerak sehingga tidak menimbulkan kebisingan maupun asap. Memungkinkan untuk memperoleh listrik di lokasi yang tidak dilalui oleh jaringan listrik umum. Ringan, mudah dipasang, mudah disetel untuk menghasilkan output maksimal, awet, bandel, dan tahan cuaca. Hanya memerlukan perawatan kecil, seperti pembersihan. Tanpa biaya bahan bakar dan hampir tanpa biaya perawatan. Sekali dipasang, hampir selamanya menghasilkan listrik gratis. Menghasilkan listrik searah (DC Direct Current) yang langsung dapat disimpan di baterai. Tersedia dalam bentuk modul, sehingga mudah ditambah kurangi sesuai kebutuhan dan dana. Menurut Norbert Lechner dalam buku Heating, Cooling, Lighting: Design Methods For Architects, photovoltaic terdiri dari 2 macam yaitu: Photovoltaic tanpa baterai energi yang ditangkap dari sinar matahari langsung diubah menjadi energi listrik dan dipakai langsung untuk keperluan listrik sehari-hari. 71

Gambar 47. Photovoltaic tanpa baterai Photovoltaic yang menggunakan baterai energi yang ditangkap dari sinar matahari langsung diubah menjadi energi listrik dan sebagian dipakai langsung untuk keperluan listrik sehari-hari dan sebagian lagi disimpan di dalam baterai yang dapat digunakan pada malam hari. Gambar 48. Photovoltaic dengan baterai Sumber daya listrik yang akan digunakan di dalam kompleks asrama BiNus ini menggunakan listrik dari PLN, dan sebagian lagi menggunakan photovoltaic. Photovoltaic yang akan digunakan menggunakan sistem photovoltaic dengan menggunakan baterai sehingga dapat digunakan pada malam hari. 72

Berikut ini adalah perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005): Kebutuhan listrik untuk penerangan: Hunian asrama = 10 Watt/m 2 Luas total bangunan = 5.289,60 m 2 Kebutuhan listrik untuk penerangan = 52.896 Watt = 53 kw Kebutuhan listrik AC: o AC Guest house Unit kamar guest house menggunakan AC split 1 PK yang membutuhkan listrik sebesar 690 Watt berdasarkan situs http://sharp-indonesia.com/id/produk/home-appliance/air-conditioner/. AC guest house = 16 unit x 690 Watt = 11.040 Watt = 11 kw Kebutuhan listrik pompa air Berdasarkan buku Panduan Ssistem Bangunan Tinggi oleh Jimmy. S.J (2005), perhitungan kebutuhan listrik untuk pompa air dengan total kebutuhan air bersih sebanyak 222.000 liter adalah sebagai berikut: Qmax = c x total air bersih T = 1,5 x 222.000 10 = 33.300 liter/jam = 0,6 m 3 /menit Tinggi angkat total (Ht) = FF x jumlah lantai x 1,3 = 3,4 x 4 x 1,3 = 17,68 m Daya listrik pompa = 0,163 x 1,2 x Qmax x Ht x γair η 73

= 0,163 x 1,2 x 0,6 x 17,68 x 1 0,6 = 3,4 kw Perkiraan total kebutuhan listrik adalah sebagai berikut: Kebutuhan listrik penerangan = 56 kw Kebutuhan listrik AC = 11 kw Kebutuhan listrik pompa air = 3,4 kw Total kebutuhan listrik = 70,4 kw Selain listrik dari PLN, sumber daya listrik yang akan digunakan adalah photovoltaic system. Penggunaan photovoltaic system sebesar 20% dari total pemakaian listrik. Berdasarkan situs http://sharp-indonesia.com/id/produk/photovoltaic/solarpanel-%3cbr%3end%11130t1j/details/, photovoltaic system merk Sharp dengan tipe ND-130T1J memiliki dimensi 0,671 m x 1,491 m x 0,046 m dapat menghasilkan daya listrik sebesar 130 Watt. Listrik yang akan dihasilkan oleh photovoltaic system adalah 20% x 70.400 Watt = 14.080 Watt Luas photovoltaic system yang diperlukan adalah 14.080 Watt x 0,671 m x 1,491 m = 108 m 2 130 Watt IV.3.11 Analisa Sistem Pencegah Kebakaran Detektor Untuk mencegah terjadinya kebakaran diperlukan alat peringatan 74

dini atau detektor asap dan panas. Berikut ini adalah beberapa jenis detektor yang biasa digunakan dalam bangunan: Gambar 49. Jenis-jenis detektor Dalam bangunan asrama ini, detektor yang digunakan hanya detektor ionisasi yang ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisi gas yang mudah terbakar/meledak. Hidrant dan selang kebakaran Jika terjadi kebakaran di dalam bangunan, maka perlu tindakan pemadaman yang dapat dilakukan oleh semua orang dengan menggunakan pemadam api ringan (PAR Fire Extinghuiser) dan selang pemadam kebakaran. Hidrant perlu diletakkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya. Gambar 50. Alat-alat pemadam kebakaran Sprinkler Bangunan yang memiliki ketinggian kurang dari 25 meter jika terjadi kebakaran masih dapat dipadamkan dari luar dengan menggunakan tangga dan selang penyemprot yang dibawa oleh petugas pemadam kebakaran. Oleh sebab itu, penggunaan sprinkler kurang diperlukan dalam bangunan tersebut. 75

IV.3.12 Analisa Sistem Penggunaan Material Material-material yang digunakan dalam perancangan asrama ini harus yang mempunyai dampak negatif terkecil terhadap lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia yang beracun. Material bangunan yang tahan lama juga dapat mempengaruhi umur suatu bangunan dan semakin hemat energi bangunan tersebut maka semakin minimal dampak negatif yang dihasilkan. IV.3.13 Analisa Sistem Keamanan Sistem keamanan gedung terdiri dari 2 macam, yaitu Sistem keamanan dengan menggunakan anak kunci Terdapat dua sistem perkuncian (key system), yaitu : o Sistem master key Gambar 51. Sistem master key Kunci grand master dapat digunakan untuk membuka seluruh pintu dalam satu bangunan. Kunci master dapat digunakan untuk membuka seluruh pintu pada satu lantai tertentu dalam bangunan. o Sistem penguncian yang dipusatkan (central locking system) Beberapa anak kunci tertentu yang berbeda dapat digunakan untuk membuka satu pintu tertentu. 76

Sistem keamanan tanpa anak kunci. Kunci elektronik yang menggunakan kartu magnetik sebagai pengganti anak kunci merupakan sistem pengendalian akses (access control system). Kartu elektronik memuat data-data pemilik kartu tersebut sehingga akan memudahkan jika diperlukan pelacakan. Gambar 52. Kunci tombol digital dan kartu Sistem keamanan yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini menggunakan kartu magnetik sebagai pengganti anak kunci biasa. Kartu magnetik tersebut tidak bisa diduplikasi seperti anak kunci biasa sehingga keamanannya lebih terjamin. IV.3.14 Analisa Sistem Penangkal Petir Penangkal petir sangat diperlukan untuk bangunan bertingkat untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh petir baik berupa kebakaran ataupun kerusakan jaringan listrik dan elektronik. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir: - Keamanan secara teknis - Penampang hantaran-hantaran pengebumian 77

- Ketahanan mekanis - Ketahanan terhadap korosi - Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi - Faktor ekonomis Ada 2 macam penangkal petir yang biasa digunakan pada bangunan, yaitu: Penangkal petir sistem Thomas Penangkal petir sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya. Gambar 53. Penangkal petir sistem Thomas Gambar 54. Penangkal petir dan pengebumian sistem Thomas 78

Penangkal petir sistem Prevectron Penangkal petir sistem Prevectron mirip dengan sistem Thomas. Areal perlindungan sistem Prevectron berbentuk paraboloid. Gambar 55. Penangkal petir sistem Prevectron Penangkal petir yang akan digunakan pada bangunan asrama BiNus ini menggunakan penangkal petir sistem Thomas karena mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas. IV.3.15 Analisa Sistem Pembuangan Limbah dan Sampah Pembuangan limbah Penggunaan septictank pada bangunan yang dihuni oleh orang banyak dirasa kurang memadai, oleh karena itu digunakan sistem pengolahan air limbah (STP Sewage Treatment Plant) 79

Gambar 56. Sistem pengolahan limbah Pembuangan sampah Banyaknya penghuni asrama menyebabkan banyaknya sampah yang dibuang tiap harinya. Oleh sebab itu diperlukan saluran pembuangan sampah yang efektif dan efisien yang memerlukan jalur tersendiri. Di tiap lantai disediakan corong pembuangan sampah yang dibuat serong ke bawah agar sampah yang dibuang tidak masuk ke lantai di bawahnya. Setelah penuh, sampah akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang sudah penuh akan dibuang keluar bangunan dengan kendaraan pengangkut sampah. 80

Gambar 57. Saluran pembuangan sampah 81