BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kemiskinan yang serius, sebab kemiskinan hingga kini terus

BAB IV GAMBARAN UMUM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan adalah

dilakukan oleh sejumlah peneliti antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2010) dengan judul Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN PETANI (Studi Kasus : Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya dari pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA MANADO (TAHUN )

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, ilmu

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT (Studi Kasus Kebijakan Pembangunan Desa)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN BERAU. Dawami Buchori Amins. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN. Suwarno dan Mujiono Suwarno Dosen EP. FEB.

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA JAWA TENGAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI


Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara berkembang, terutama di daerah pedesaan (masyarakat petani). Pernyataan tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara terbelakang atau berkembang adalah negara yang dicirikan dengan kemiskinan seperti tercermin pada pendapatan perkapita yang rendah. Berdasarkan pendapat Jhingan tersebut, diketahui bahwa pada umumnya di negara berkembang masalah pendapatan yang rendah dan kemiskinan merupakan masalah utama dalam perekonomian. Menurut Todaro (2004), bahwa pandangan ekonomi baru menganggap tujuan utama pembangunan ekonomi bukan hanya pertumbuhan PDB semata, tapi juga pengentasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa kemiskinan menjadi salah satu masalah yang harus diatasi dalam konteks pembangunan ekonomi sesuai pandangan ekonomi baru. Keberhasilan suatu perekonomian tidak lagi hanya diukur melalui peningkatan PDB, melainkan juga kemampuan suatu negara dalam mengatasi masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum (Kuncoro, 2003). Kemiskinan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif. Adapun yang dimaksudkan dengan kemiskinan mutlak adalah jumlah penduduk yang hidup dibawah garis 1

kemiskinan tertentu, sedangkan kemiskinan relatif adalah pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan atau erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan. Kemiskinan dapat muncul sebagai akibat dari tingginya tingkat pengangguran suatu negara atau daerah tertentu. Akan tetapi kemiskinan tidak hanya diakibatkan oleh ketiadaan pekerjaan. Kondisi tersebut bisa juga terjadi karena kemalasan, ketidakmauan untuk bekerja keras yang hanya menunggu adanya pemberian dari orang lain. Selain itu persoalan kemiskinan juga dapat disebabkan kebijakan pemerintah yang justru tidak tepat sasaran. Menurut Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005), menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang mempunyai lima dimensi, yaitu: (1) kemiskinan (proper); (2) ketidakberdayaan (powerless); (3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency); (4) ketergantungan (dependence); dan (5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Kemiskinan juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota melaksanakan pembangunan dengan mengupayakan pelaksanaannya secara bersama-sama dan sistematis baik oleh hirarki pemerintahan, masyarakat, dunia usaha, koperasi dan lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya, guna mendayagunakan sumber daya manusia, sumber daya sosial dan sumberdaya alam secara bijak dan berkesinambungan, di dalam semangat kebersamaan. Nuansa yang dikembangkan adalah gotong royong, saling memberi dan kooperatif (BAPPEDA, 2013). Badan Pusat Statistik (2009) menyatakan bahwa seseorang masuk dalam kriteria miskin jika pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan. Berdasarkan 2

kriteria tersebut, persentase penduduk miskin di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2010 mencapai angka 10,48 % dari total jumlah penduduk. Angka tersebut masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Sumatera Barat yang hanya mencapai angka 9,39 % dari total jumlah penduduk. Kemudian pada tahun 2012, tingkat kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota turun menjadi 8,9 % dari total jumlah penduduk yang artinya masih ada sekitar 31.700 orang yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut turun dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2010 yang tercatat sebanyak 36.510 orang. Jika diperhatikan lebih lanjut, pada periode 2001-2013 angka kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota menglami fluktuasi yang relatif kecil, namun dalam tujuh tahun terakhir (2007-2013) kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki trend yang menurun. (Susenas 2010-2012). Meskipun tingkat kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki trend yang menurun tapi masih hal tersebut masih menjadi persoalan yang penting untuk diperhatikan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan diantaranya adalah pengangguran, pendidikan, dan upah minimum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kecamatan Jelebuk. Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukannya Wijarnako memberikan saran agar pemerintah harus melakukan upaya intesif pengentasan kemiskinan diantaranya dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan layanan pendidikan. Sukirno (2011) menjelaskan tentang bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan. Ia menjelaskan bahwa dengan buruknya tingkat pengangguran di suatu daerah akan mengurangi tingkat pendapatan masyarakat 3

yang pada akhirnya menurunkan tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Dengan adanya kebijakan penyediaan lapangan pekerjaan akan meningkatkan angka partisipasi kerja yang sekaligus menurunkan tingkat pengangguran yang tentu akan berdampak pada menurunnya angka kemiskinan. Selanjutnya kebijakan pemerintah berkaitan dengan penyediaan layanan pendidikan juga penting untuk diperhatikan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pendidikan yang semakin baik mengindikasikan mutu modal manusia yang semakin baik juga. Dengan semakin baiknya modal manusia yang dimiliki akan meningkatkan produktivitas manusia tersebut yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pendapatan dan kesejahteraan individu. (Becker, Schultz, dalam Satria, 2008). Hal inilah yang kemudian menjadi dasar pemikiran program pengentasan kemiskinan dapat digiatkan melalui peningkatan mutu modal manusia yang dapat dicapai melalui pendidikan. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah upah minimum. Upah minimum ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak yang dibutuhkan pekerja dengan harapan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja sehingga tingkat kemiskinan akan berkurang.(prastyo, 2010). Di Kabupaten Lima Puluh Kota sendiri, tingkat upah minimum ditentukan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi Sumatera Barat. Dari tahun 2004 hingga 2013, tercatat nilai UMR mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan sebesar 12% pertahun hingga pada tahun 2013 UMR 4

Kab. Lima Puluh Kota berada pada angka Rp. 1.350.000,-. Dengan konsistensi kenaikan UMR setiap tahunnya, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai pengaruhnya terhadap kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam periode 2001-2013 terjadi fenomena penurunan tingkat kemiskinan, tetapi rata-rata tingkat kemiskinannya dibanding sumatera barat adalah yang paling tinggi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabuapten Lima Puluh Kota, sehingga dapat digunakan sebagai dasar kebijakan bagi pemerintah dalam usaha mengatasi kemiskinan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Perkembangan Kemiskinan, Pengangguran, Pendidikan dan Upah Minimum di Kabupaten Lima Puluh Kota? 2. Bagaimana pengaruh Pengangguran, Pendidikan dan Upah Minimum Terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten Lima Puluh Kota? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar belakang dan tujuan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis perkembangan Kemiskinan, Pengangguran, Pendidikan dan Upah Minimum di Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Menganalisis pengaruh Pengangguran, Pendidikan dan Upah Minimum di Kabupaten Lima Puluh Kota. 5

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, yaitu : 1. Dapat memberikan serta menambah pengetahuan baru mengenai Pengangguran, Kemiskinan dan Upah Minimum terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Sebagai bahan acuan bagi penulis dan pihak yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang topik dan masalah yang sama di masa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Daerah Penelitian, Bab V Temuan empiris dan pembahasan, Bab VI Kesimpulan dan Saran. BAB I : PENDAHULIAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu, maka akan terbentuk suatu kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam pembahasan di bab selanjutnya. 6

BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan dekripsi tentang bagaimana penelitan akan dilaksanakan secara operasional yang menguraikan variabel penelitian, definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Bab ini berisikan mengenai kondisi geografis dan demografi, dan keuangan daerah Kabuapten Lima Puluh Kota. BAB V : PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis data, deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasannya. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran atas dasar penelitian. DAFTAR PUSTAKA 7