HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

Puji Hastuti F

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pengetahuan kepada anak didik (Maksum, 2016). pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diteliti dalam bidang manajemen sumberdaya manusia. Potensi kaum wanita pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan lama. Karena salah satu sumber daya yang sangat penting yang. dimiliki oleh perusahaan adalah sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

I. PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang setidak-tidaknya menawarkan tiga iklim: perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II LANDASAN TEORI. A. Stres Kerja. adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sehubungan dengan pesatnya pembangunan dan didukung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dialami. manusia semakin kompleks. Tuntutan dan kebutuhan hidup semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : R. Aswin Bramasta F. 100 020 103 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa perkembangan zaman yang semakin modern bertambah kompleknya kehidupan, bertambah pula intensitas peran yang dijalani oleh kaum wanita. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tetapi mempunyai peran lain di luar rumah yaitu sebagai wanita karir. Sadli (dalam Lestari, 1996) mengemukakan wanita karir adalah wanita yang bekerja atau melakukan kegiatan yang direncanakan untuk mendapatkan hasil berupa uang atau jasa. Diterangkan lebih lanjut bahwa bekerja bagi wanita selain untuk mendapatkan uang sebagai tambahan ekonomi juga terkait dengan kesadaran akan kedudukan wanita baik dalam keluarga maupun masyarakat sehingga menyebabkan wanita secara khusus perlu menguatkan kemampuan dan memberdayakan dirinya sendiri untuk bekerja. Wanita yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa mereka pada work-family conflict. Meskipun laki-laki juga dapat mengalami workfamily conflict tetapi wanita tetap menjadi sorotan utamanya, karena berkaitan dengan tugas utama mereka sebagai ibu dan istri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich (2002) menunjukkan wanita atau ibu yang bekerja ternyata lebih sering mengalami work family conflict dan lebih menekankan pentingnya family work 1

2 conflict, ketika keluarga sebagai domain yang paling penting bagi kebanyakan wanita mempengaruhi pekerjaan dapat menjadi gangguan bagi mereka Berbagai peran (multiple role) wanita tersebut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja, terutama ibu, dimana pada kenyataannya disatu sisi ibu tetap terus bekerja dan berkarir sementara disisi lain mereka tidak bisa lepas dari perannya sebagai ibu dan istri, belum lagi bila dikaitkan dengan pembagian kerja domestik rumah tangga dimana ibu yang masih lebih banyak mengerjakannya. Betapapun sibuk dan suksesnya wanita disektor publik, namun masyarakat tetap menuntut agar mereka tetap bertanggung jawab atas seluruh keluarganya disektor domestik. Jelaslah bahwa wanita harus berperan ganda mencari nafkah dan mengurus rumah tangga, sehingga beban kerjanya lebih besar dari pada laki laki. Hal tersebut merupakan konsekuensi negatif yang diperkirakan wanita jika ia terlihat berprestasi dalam pekerjaan atau pendidikan. Konsekuensi ini muncul dari adanya ketakutan akan sukses (fear of success) dalam diri wanita, yang pada akhirnya memunculkan adanya motivasi menghindari sukses (motivation to avoid success). Dahesisari dan Seniati (2002) dalam penelitiannya tentang fear of succes memaparkan adanya korelasi negatif antara fear of succes dengan komitmen organisasi, hal ini dapat diinterpretasi bahwa semakin tinggi fear of succes maka akan semakin rendah keterikatan mereka pada insititusi dimana subjek bekerja. Hasil temuan di atas dapat terjadi karena komitmen afektif dipengaruhi oleh pengalaman kerja, dan penolakan sosial secara langsung maupun tidak langsung membentuk pengalaman kerja.

3 Takut sukses (fear of success) sebagai suatu disposisi takut sukses, karena kesuksesan diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif, seperti penolakan sosial dan hilangnya sifat-sifat feminin. Seniati (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa takut sukses muncul karena wanita takut melanggar norma sosial yang ditetapkan masyarakat. Norma sosial yang ditanamkan pada wanita adalah untuk tampil feminin, yaitu patuh, mengabdi, pasif, mengurus rumah tangga, dan bergantung pada orang lain. Namun beberapa hasil penelitian skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunjukkan wanita bekerja Indonesia memiliki ketakutan yang rendah terhadap kesuksesan, dengan kata lain, wanita Indonesia sebenarnya tidak takut sukses. Hal ini terlihat pada wanita bekerja yang tinggal di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. Bidang pekerjaan yang dijalani responden juga bervariasi, yaitu karyawan swasta, dosen, serta pegawai negeri sipil. Penelitian dilakukan pada tahun 1991, 1992, 1993, 1995, dan 2002. Rendahnya ketakutan akan sukses terlihat baik pada wanita yang sudah menikah maupun belum menikah. Selain itu, wanita bekerja yang memiliki tingkat pendidikan sarjana, magister, doktor memiliki ketakutan akan sukses yang tergolong rendah. Menurut Rini (2002) persoalan yang dihadapi wanita karir sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai hambatan dan kesulitan yang mereka alami dari masa ke masa, berasal dari sumber-sumber yang sama antara lain masalah internal yaitu adalah persoalan yang timbul dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu yang lebih senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga, yang sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun, keadaan

4 menuntut nya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan keluarga. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stress karena bekerja bukanlah timbul dari keinginan diri namun seakan tidak punya pilihan lain demi membantu ekonomi rumah tangga. Selain itu ada pula tekanan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan peran ganda itu sendiri. Memang, kemampuan manajemen waktu dan rumah tangga merupakan salah satu kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja. Mereka harus dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin baik di tempat kerja maupun di rumah. Mereka sadar, mereka harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk anak-anak serta menjadi istri yang baik bagi suami serta menjadi ibu ruman tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, mereka pun mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan pada mereka hingga mereka harus menunjukkan prestasi kerja yang baik. Sementara itu, dari dalam diri mereka pun sudah ada keinginan ideal untuk berhasil melaksanakan kedua peran tersebut secara proporsional dan seimbang. Selain masalah internal, masalah eksternal seperti pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh para ibu bekerja yang mempunyai anak kecil/balita/batita. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang bekerja. Biasanya pengasuhan anak, sementara dipercayakan pada famili lain yang dapat membantu atau membayar orang untuk membantu mengasuh.

5 Rini (2002) menambahkan masalah pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat sang ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Keadaan ini biasanya keluarga di rumah mendukung misalnya suami dan anak-anak (yang sudah besar) bisa bekerja sama dan mau gantian melayani dan membantu sang ibu, atau sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga. Pada dasarnya teori-teori yang lebih berbasis kesadaran (kognisi) dan sosial (sering disebut teori-teori psiko-sosial) menyatakan bahwa setiap orang (termasuk wanita), mempunyai dorongan untuk maju. Menurut Sarwono (2004) dorongan maju itu tidak terhambat oleh takut sukses (fear of success) yang bersumber pada Oedipoes complex, melainkan pada ada atau tidak adanya dukungan sosial terhadap diri seseorang. Seseorang akan jauh dari takut sukses (fear of success) kalau ia percaya diri dan kepercayaan diri timbul jika ia dipercaya dan mendapat dukungan dari orang lain di sekitarnya, khususnya oleh orang-orang yang terdekat (orangtua, kerabat, teman, guru, atasan). Sejalan dengan teori di atas ketakutan sukses pada wanita karir dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Koentjoro (2003) sebagai

6 informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Sarwono (2004) mengemukakan bahwa wanita karir yang mendapat dukungan sosial misalnya termasuk ayah dan suaminya, akan lebih maju ketimbang wanita yang tidak mendapat dukungan seperti itu. Fakta sehari-hari di masyarakat pun tidak jauh berbeda dari itu. Wanita-wanita karir yang sukses (dari artis, sampai dosen atau diplomat), mempunyai suami dan keluarga yang tidak saja mendukung, tetapi juga mendorong karirnya. Seringkali para suami itu sendiri adalah orang yang juga sukses dalam bidangnya. Pendapat di atas sejalan dengan hasil penelitian Hartanti (2002) menyatakan bahwa seseorang (dalam hal ini wanita karir) harus lebih banyak membutuhkan dukungan suami terutama kebutuhan psikis, karena dukungan dari dukungan suami menjadi sangat berharga dan akan menambah motivasi diri. Menurut Frieze (Nainggolan dkk, 1996) harapan stereotipe tentang tingkah laku feminis, menyebabkan individu berada dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stres bagi dirinya ataupun orang lain dengan tuntutan ganda ini dapat menyebabkan perempuan mengalami tekanan, beban yang berlebihan dan ketakutan terhadap kesuksesan. Seniati (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa takut akan sukses muncul karena wanita takut melanggar norma sosial yang ditetapkan

7 masyarakat. Norma sosial yang ditanamkan pada wanita adalah untuk tampil feminin, yaitu patuh, mengabdi, pasif, mengurus rumah tangga, dan bergantung pada orang lain. Namun beberapa hasil penelitian skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunjukkan wanita bekerja Indonesia memiliki ketakutan yang rendah terhadap kesuksesan, dengan kata lain, wanita Indonesia sebenarnya tidak takut sukses. Hal ini terlihat pada wanita bekerja yang tinggal di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. Bidang pekerjaan yang dijalani responden juga bervariasi, yaitu karyawan swasta, dosen, serta pegawai negeri sipil. Santoso (2005) mengemukakan suatu ketakutan dalam bentuk apapun pasti akan menghambat bagi kesuksesan seseorang. Ketakutan dapat mengurung seseorang sehingga tidak pernah dapat melakukan tindakan apapun. Ketakutan yang terasa begitu nyata dapat membatalkan semua niatan untuk memulai hal baru. Ketakutan merupakan hambatan terbesar bagi seseorang untuk meraih sukses. FEAR (Fantacies Emphasizing Appearing Real) adalah khayalan yang berlebihan hingga tampak nyata. Inilah yang ada dibelakang setiap ketakutan sehingga menghalangi seseorang untuk bertindak dan membuat individu tidak pernah dapat maju. Perusahaan seringkali menerapkan kebijakan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja karyawannya, antara lain dengan mengusahakan terciptanya kondisi yang dapat memotivasi karyawan dalam bekerja. Berdasarkan prinsip The Right Man In The Right Place seperti yang dijelaskan oleh Gibson dkk (1990) bahwa untuk mencari tenaga kerja harus ada kesesuaian antara kemampuan dengan pekerjaannya. Akibat dari adanya kesesuaian tersebut, maka karyawan

8 dengan mudah dapat menyelesaikan pekerjaaannya dengan baik, hal tersebut menunjukan bahwa orang yang bekerja pada jabatan yang tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, menjadi semakin sempit termotivasi dalam bekerja, dan selanjutnya dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Wanita karir sering menghadapi berbagai permasalahan saat bekerja. Saat menghadapi permasalahan tersebut, mereka dituntut untuk mengetahui sikapnya terhadap karakteristik pekerjaan yang dimiliki. Besar kecilnya sikapnya terhadap karakteristik pekerjaan ditentukan oleh kesanggupan, perhatian dan pengalaman individu selain motivasi. Pengalaman dan pengetahuan tersebut berhubungan dengan situasi yang dihadapi. Berkembangnya sikap terhadap karakteristik pekerjaan secara positif diharapkan dapat mencapai prestasi kerja yang optimal. Menurut Gibson dkk (1990) selama individu dan lingkungan kerjanya dapat saling memenuhi tuntutannya, interaksi akan tetap terpelihara dan terjaga. Bila tuntutan tidak terpenuhi, individu atau lingkungan akan bergerak untuk merubah atau memutuskan interaksi yang terjadi. Bila kesesuaian minimal tercapai, individu akan memelihara hubungan tersebut dan menetap dalam lingkungan kerjanya.pada kenyataannya penilaian yang baik dan buruknya terhadap karakteristik pekerjaan ditentukan oleh penilaian atau sikap karyawannya. Individu atau karyawan mungkin menganggap pekerjaan yang sama adalah buruk sedangkan yang lain baik. Hal ini disebabkan karena ada perbedaan sikap masing-masing individu terhadap karakteristik pekerjaan yang ada

9 Suatu permasalahan akan timbul bila karakteristik pekerjaan yang menjadi tanggung jawab karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkan, baik yang menyangkut kebutuhan tujuan ataupun harapan-harapannya. Apabila karyawan memiliki sikap yang positif pada karakteristik pekerjaan maka diharapkan akan meningkatkan motivasi kerja dan loyalitasnya terhadap perusahaan dan sebaliknya apabila karyawan memiliki sikap yang negatif pada karakteristik pekerjaan maka semakin rendah motivasi kerja dan loyalitasnya terhadap perusahaan sehingga akan menimbulkan ketakutan akan sukses pada karyawan, khususnya wanita karir. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dan karakteristik pekerjaan menjadi bagian yang penting dalam diri wanita karir karena dukungan sosial diharapkan mampu membantu seseorang melalui tindakan yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian positif pada individu atas usaha yang telah dilakukannya. Dukungan sosial inilah nanti yang diharapkan membantu individu memiliki motivasi berprestasi tinggi bekerja secara optimal dan penuh semangat, percaya diri, aktif dan berani dalam menghadapi sesuatu sehingga dapat mengendalikan ketakutan akan suksesnya. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir? Mengacu dari rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

10 judul: Hubungan antara dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir. 2. Hubungan antara dukungan sosial dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir. 3. Hubungan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir. 4. Sumbangan atau peranan dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan terhadap ketakutan akan sukses pada wanita karir. 5. Tingkat atau kondisi dukungan sosial, sikap terhadap karakteristik pekerjaan dan ketakutan akan sukses pada wanita karir. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi ilmuwan psikologi sehingga dapat mengembangkan ilmu psikologi khususnya

11 yang berkaitan dengan dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses. 2. Secara Praktis a. Bagi subyek penelitian. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir. b. Bagi pimpinan perusahaan atau Instansi Hasil penelitian memberikan gambaran dan informasi mengenai dukungan sosial dan sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan dukungan sosial, sikap terhadap karakteristik pekerjaan dengan ketakutan akan sukses pada wanita karir c. Bagi Ilmuwan psikologi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pengembangan penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan dukungan sosial, karakteristik pekerjaan dan ketakutan akan sukses pada wanita karir.