I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

Upaya Menanamkan Karakter Jujur Bagi Siswa Ssekolah Dasar. Farida F PGSD FIP Universitas Negeri Padang. Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

I. PENDAHULUAN. sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang pesat pada masa reformasi ini telah

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

I. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Fakir miskin dan anak terlantar harus dipelihara oleh negara, ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

I. PENDAHULUAN. pengembangan, definisi istilah, dan ruang lingkup penelitian. konsep yang saling berkaitan yaitu belajar (learning) dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan dan membudayakan serta memberdayakan anak didik untuk dirinya sendiri dan kehidupannya. pada pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik berdasarkan nilai-nilai kehidupan. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdasakan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela Negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara serta membentuk WNI dan kehidupan masyarakat bangsa NKRI religious, cerdas, demokratis, damai, tentram, sejahtera dan berkepribadian Indonesia serta membelajarkan dan melatih anak didik secara demokratis, humanistik dan fungsional. Sedangkan ditinjau dari hakekat pembelajaran PKn untuk menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga Negara yang baik antara lain yang berbudi pekerti mulia. Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat bersumber dari suatu norma yaitu norma agama, norma hokum, norma adat, norma sopan santun dan norma insantitas, karena itu prilaku yang tidak berbudi pekerti pada dasarnya prilaku yang

2 melanggar atau bertentangan dengan nilai-nilai yang bersumber pada normanorma yang hidup dan berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan di SMA N I Way Tuba Way Kanan, masih banyak prilaku siswa yang menunjukkan budi pekerti yang tidak baik. Dengan melihat buku pelanggaran yang dicatat oleh BP di SMA N I Way Tuba. Tabel 1 Data pelanggaran siswa yang diperoleh melalui buku KASUS BK dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012 No Prilaku Jumlah Kelas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sering tidak masuk sekolah Berkelahi (berantam) Bolos Lompat pagar Tidak masuk kelas Duduk dikantin Merokok Tidak memakai seragam Bermain kartu disaat jam belajar 6 2 12 4 3 5 3 2 5 X, XI, XII XI X,XI,XII X XI XI,XII X,XI,XII X XII di kantin Jumlah 42 kasus Sumber buku kasus Bp SMA N I Way Tuba Tahun 2012 Berdasarkan data di atas menunjukkan masih cukup banyak siswa yang menunjukkan budi pekerti yang kurang baik. Salah satu alternative yang dapat dilakukan untuk memperbaiki budi pekerti yang tidak baik tersebut, adalah pembelajaran sistem among dalam mata pelajaran PKn di sekolah. SMA N I Way Tuba Way kanan adalah satu-satunya SMA yang ada di Kecamatan Way Tuba, oleh karena itu SMA N I Way tuba tempat melanjutkan ketingkat menengah negri yang ada diwilayah Kecamatan Way tuba. SMA N I Way Tuba yang berada di pinggir jalan lintas Sumatra sangat rentan dengan kebiasan dipinggir jalan, yaitu untuk tidak masuk sekolah (bolos) dan nongkrong

3 dipinggir jalan. Dengan kebiasan yang demikian inilah menyebabkan banyak nya prilaku siswa di SMA N I Way Tuba yang melanggar tata tertib. Selain kebiasan yang sering di hadapi siswa-siswi SMA N I Way Tuba adapula penyebab kurangnya prilaku siswa yang berbudi pekerti baik, misalnya dari kurangnya perhatian orang tua yang rata-rata sibuk berladang dan kuarang memeprhatikan kebiasan dan prilaku siswa di lingkungan sekolah dan dirumah. Cara belajar siswa yang kurang menarik juga melatar belakangi prilaku siswa berbudi pekerti baik, yaitu dengan cara belajar yang monoton pada setiap pembelajaran. Pembelajaran sistem among pada dasarnya merupakan proses kegiatan pembelajaran seperti pada umumnya yang berlangsung disekolah-sekolah, hanya saja proses belajar pembelajaran yang diterapkan lebih dilandasi oleh semangat kekeluargaan agar terciptanya budi pekerti yang baik, terutama sikap dan prilaku yang harus ditanamkan pamong (guru) terhadap siswa. Pada SMA N I Way Tuba, siswa-siswi dalam proses pembelajaran dikelas biasanya diterapkan proses pembelajaran seperti biasanya, tidak menggunakan pendekatan secara kekeluargaan, dengan demikian prilaku siswa masih terlihat dan tidak menunjukkan prilaku sikap yang berbudi pekerti baik. Pendekatan secara kekeluargaan yang diterapkan didalam kelas dengan menggunakan sistem among diharapkan siswa dapat lebih dekat dengan guru sebagai pamong dan mencerminkan prilaku siswa yang beradap. Sistem among merupakan metode pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan mempunyai dua sendi dasar, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, jiwa kekelurgaan mewarnai hubungan atau interaksi

4 antara pamong (guru) dan siswa. Pamong di dalam kelas tidak saja berfungsi sebagai pengasuh yang siap mengarahkan dan membimbing siswa menuju perilaku manusia yang beradab, berbudaya, disiplin dan bertanggung jawab dalam konteks kekeluargaan, tetapi bagaimana sistem among dikhususkan pada pembentukan budi pekerti yang baik. Tema pendidikan yang melalui tumbuh menurut kodrat inilah yang kemudian disebut dengan sistem among. Among atau mengasuh, berarti mempercayai anak untuk bergerak tumbuh leluasa, tetapi tidak berarti membiarkan begitu saja. Menurut Irna H.N. Hadi Soewito (1991 : 104) Pamong wajib Tut Wuri Andayani, ini berarti mengikuti dan mempengaruhi agar yang diasuh dapat berjalan ke arah yang lebih baik. Dalam soal pendidikan, Ki Hadjar Dewantara berpendapat, bahwa salah satu syarat bagi yang memimpin haruslah memiliki sifat moed en beleid, yakni keberanian dan kebijaksanaan. Sedangkan yang dipimpin hendaklah mempunyai rasa moed en trouw, yaitu keberanian dan kesetiaan. Keperwiraan dan kebijaksanaan pimpinan akan melahirkan keberanian dan kesetiaan para pengikutnya. Dewantara bermaksud untuk mengganti sistem pendidikan kolonial yang menggunakan cara perintah, paksaan dan hukuman itu, dengan sistem among, dimana guru harus menjadi pimpinan yang berdiri di belakang serta berkewajiban untuk menyingkirkan segala apa yang merintangi perjalanan anak-anak tersebut. Guru hanya dapat bertindak aktif dan tidak mencampuri tindakan anak didik, apabila mereka tidak dapat menghindari diri dari bahaya yang mengancam keselamatan mereka sendiri. Pendidikan yang teratur, ialah pendidikan yang bersandarkan pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan.

5 Profesional guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang baik terkait dengan bidang keilmuan yang diajarkan, kepribadian dan metodologi, pembelajaran, maupun psikologi belajar. Dengan demikian dalam menggunakan metode sistem among ini diharapkan siswa SMA N I Way Tuba dapat berprilaku yang baik dan berbudi pekerti yang baik dalam mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas, dan tidak melanggar tata tertib disekolah, sehingga tertanam sikap dan prilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Budi pekerti adalah kehendak yang biasa dilakukan atau segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan, kemudian diwujudkan dalam bentuk perbuatan sebagai kebiasaan. Peran guru disekolah adalah menjadikan siswa untuk memahami pengetahuan serta menjadikan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik sebagaimana tuntutan konstitusional bangsa dan negara yakni religious, jujur, disiplin, tanggung jawab toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka, dan penuh pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, tidak suka berbuat onar, kreatif dan inovatif. Sedangkan hakikat pembelajaran PKn untuk menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga Negara yang baik. Sehubungan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pembelajaran PKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara konseptual mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi tujuan

6 pengembangan kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Proses pembelajaran PKn dengan cara mengajarkan peserta didik untuk memiliki moral yang baik, cerdas secara emosional, cerdas secara rasional, sosial dan spiritual serta membentuk peserta didik menjadi warga Negara yang baik karena tujuan pendidikan budi pekerti pada PKn terintegrasi menjadi satu. Serta memberikan penanaman nilai-nilai kewarganegaraan yang akan menjadikan manusia Indonesia yang berkualitas dan punya watak atau kepribadian yang terpuji seperti agamis atau religious. Transparan, jujur, disiplin, percaya diri, tanggung jawab, sederhana, teguh, lugas, antisipatif, kritis, cepat tanggap atau peka, demokratis, modern dan tetap menjaga kemajemukan masyarakat dan bangsa Indonesia. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah pembelajaran sistem among dalam pembentukan budi pekerti yang baik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan tahun pelajaran 2012-2013. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan focus penelitian, permasalahan penelitian merumuskan sebagai berikut.

7 1. Bagaimanakah rencana pembelajaran dengan sistem among dalam pembentukan budi pekerti pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan? 2. Bagaimanakah pelaksanaan sistem among dalam pembentukkan budi pekerti pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan? 3. Bagaimanakah pembentukkan budi pekerti melalui sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis, sebagai berikut. 1. Merencanakan pembelajaran dengan sistem among dalam pembentukan budi pekerti pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan. 2. Melaksanaan sistem among dalam Pembentukan Budi Pekerti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan. 3. Mengevaluasi sikap siswa terhadap pembelajran sistem among dalam pembentukan budi pekerti pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di SMA N I Way Tuba Way Kanan.

1.5 Manfaat Penelitian 8 Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses pembelajaran siswa. 1.5.1 Manfaat teoritis Manfaat secara teoritis penelitian ini sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukkan kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. 2. Untuk menjelaskan keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan pendidikan IPS yang dapat dikaji melalui konsep social studies sebagai pendidikan kewarganegaraan yang memiliki makna bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan subsistem dari pendidikan IPS yang memfokuskan diri pada pembentukan warga Negara yang demokratis, khususnya mengembangkan siswa untuk menjadi warga Negara yang memiliki pengetahuan, nilai sikap, dan keterampilan untuk bekal kelak hidup didalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Dapat juga dijadikan sebagai salah satu alternative bagi guru dalam menerapkan model yuresprodential inquiry khususnya dalam pembelajaran PKn dan mata pelajaran secara umum.

1.5.2 Secara Praktis 9 Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah, sebagai berikut. 1. Bagi siswa, dapat menumbuhkan pentingnya pendidikan sistem among dalam pembentukkan budi pekerti yang baik disekolah dan dimasyarakat serta dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman dalam melakukan pembelajaran pada siswa yang berbeda tetapi memiliki kondisi permasalahan yang relatif sama, mengenai pentingnya pendidikan sistem among dalam pembentukan budi pekerti yang baik disekolah. Khususnya bagi penulis dan para guru pada umumnya untuk dapat menanggulangi dan memperbaiki tingkat emosi, perbaikan etika, dan ketangguhansiswa disekolah sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sebagai riset bidang kajian sosial dengan tujuan kependidikan dalam penanaman nilainilai edukasi. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru yang berkaitan dengan sikap dan prilaku untuk peningkatan hasil belajar. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS, rincian lengkapnya sebagai berikut.

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian 10 Berdasarkan fokus penelitian, terdapat tiga hal yang difokuskan pada pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Way Tuba Way Kanan yang menggunakan sistem among yang merupakan pokok-pokok pikiran dari Ki Hajar Dewantara. SMA N I Way Tuba Way Kanan menerapkan Pembelajaran Sistem among dalam pembentukan budi pekerti yang baik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMAN I Way Tuba Way Kanan, terdapat berbagai jenis muatan pembentukan budi pekerti yang baik dipelajari siswa. 1.6.2 Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup kajian ilmu IPS sebagai pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat sudah seharusnya memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun disiplin ilmu. Ada lima tradisi social studies, yaitu (1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social studies as citizens hip transmission); (2) IPS sebagai ilmu-ilmu social (Social studies as social sciences); (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social studies as reflective inquiry); (4) IPS sebagai kritik kehidupan social (Social studies social criticism); (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social studies as personal development of the individual) (Sapriya, 2009: 13).

11 Merujuk pada lima tradisi ini, maka kajian dan implementasi IPS bukan hanya dikembangkan di tingkat sekolah melainkan juga di tingkat perguruan tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa istilah PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu adalah PIPS yang dikaji dan dikembangkan secara ontologis, epistemologi, dan aksiologis di perguruan tinggi baik pada jenjang S1, S2, dan S3. Pendidikan disiplin ilmu berbeda dengan kajian disiplin ilmu yang telah banyak dikenal karena kajian pendidikan disiplin ilmu bersifat synthetic, integrated, dan multidimensional sehingga cakupan dan keterkaitan bidang kajian ini sangat luas, baik dengan agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat pancasila, sains, teknologi, maupun masalah-masalah sosial dan kealaman. Ini berarti PIPS juga berkaitan dengan Pendidikan kewarganegaraan karena pendidikan kewarganegaraan adalah suatu studi tentang bagaimana membentuk budi pekerti yang baik. Dalam kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama yang berfungsi sebagai mengatur alur untuk kurikulum social di setiap tingkat sekolah, kesepuluh tema tersebut terdiri dari, (1) budaya, (2) waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat dan lingkungan, (4) individu, pengembangan dan identitas, (5) individu, kelompok dan lembaga, (6) kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, (7) produksi, distribusi, dan konsumsi, (8) saint, teknologi dan masyarakat, (9) koneksi global dan (10) cita-cita dan praktek warganegara (National Council for The Social Studies, 1994: 19).