BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh masyarakat di dunia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. pada saluran pencernaan disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). Penduduk yang. Daerah (Riskesdas) oleh Departemen Kesehatan RI meningkat dari 23,2%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

PENELITIAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH. Di SDN 1 Gabel Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

HUBUNGAN WAKTU, TEKNIK MENGGOSOK GIGI DAN YANG DIKONSUMSI DENGAN KEJADIAN KARIES GIG SDN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga kesehatan gigi mempunyai manfaat yang besar dalam menunjang. kesehatan dan penampilan, namun masih banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami defekasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah mereka yang berusia 1-12 tahun (Kawuryan, 2008). Menurut Titin cit Kawuryan (2008), anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan dimasa datang. Pembinaan kesehatan anak merupakan satu upaya kesehatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan kesehatan pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terkecuali bagi anak-anak. Kelompok ini mempunyai ciri khas, yaitu sedang menjalani proses tumbuh kembang, banyak melakukan kegiatan jasmani dan mulai aktif berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun alam sekitarnya. Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa kelompok ini merupakan salah satu kelompok yang perlu mendapat perhatian khusus, karena itu menentukan kualitas generasi yang akan datang. Gigi bagi seorang anak penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu sebagai alat pengunyah sebagaimana mestinya, membantu dalam berbicara, sebagai keseimbangan wajah, penunjang 1

2 estetika wajah anak dan khususnya gigi sulung berguna untuk pertumbuhan gigi permanen (Budiardjo, 1997). Kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh karena kerusakan yang terjadi terlalu dini dapat merubah tatanan pertumbuhan gigi yang selanjutnya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi (Boediharjo, 1992) masalah utama yang dihadapi oleh anak-anak sekolah yaitu banyaknya anak sekolah yang menderita penyakit karies gigi dan jaringan periodontal. karies gigi mempunyai dampak yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup antara lain keterbatasan fungsi gigi (sulit mengunyah, makanan sangkut, nafas bau, pencernaan terganggu), disabilitas fisik (diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak bisa menyikat gigi dengan baik), keluhan rasa sakit setiap mengunyah makanan, ngilu, sakit kepala, sakit di rahang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat menderita, kuatir), dan disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu) (Situmorang, 2005). Disabilitas psikis bisa menyebabkan turunnya kemampuan belajar anak sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Pratiwi, 2007). Karies gigi merupakan kerusakan gigi yang progresif dari email dan dentin yang dimulai dari bekerjanya mikro-organisme pada permukaan gigi (Ni Geeet al cit Kastella, 2005). Data dari World Health Organization penyebab karies gigi adalah adanya interaksi dari berbagai faktor, diantaranya adalah faktor perilaku dalam memelihara kebersihan

3 gigi dan mulut, faktor diet, atau kebiasaan makan dan factor ketahanan dan kekuatan gigi. Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000). Gigi yang mudah sekali terserang karies gigi adalah gigi sulung (gigi anak) karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Oleh karena itu, dalam mencegah kerusakan gigi harus dilakukan sedini mungkin. Penjalaran karies mulamula terjadi pada email yang merupakan jaringan terkeras dari gigi. Bila jaringan kariesnya tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan terus menjalar ke dalam kamar pulpa (ruangan pembuluh saraf dan pembuluh darah di dalam gigi) yang bisa menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Nowak, 2005). Faktor-faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi,

4 jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Tarigan, 1999). Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Rahardjo (2007), membuktikan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) terdapat 76,2 persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kirakira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang dan pada tahun 2004 meningkat mencapai 90,05%. Hal ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup laten yaitu minimnya kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi di masyarakat. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan.

5 Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007). Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya (Musyrifah dkk., 2005). Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Adapun ayat-ayat Al- pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut: Al- -Mujadillah ayat 11 berbunyi: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat Ayat ini menerangkan Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan. Hal ini tentunya termasuk pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. Nabi Muhammad SAW Bersabda:

6 "Menggosok gigi itu (berguna untuk) membesihkan mulut dan disenangi Allah" (HR. Ahmad, Nasa'i dan Tarmidzi). Bahkan dalam hadist riwayat Abu Hurairah, dinyatakan Nabi Muhammad SAW Bersabda: "Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya Aku suruh menggosok gigi disetiap kali berwudhu" (HR. Malik, Syafi'i, Baihaqi & Hakim) Kedua hadits ini menunjukkan betapa pentingnya menggosok gigi bagi kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 185 murid di SDN Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul Yogyakarta didapatkan data murid yang memiliki gigi berlubang yaitu sekitar 72,98% sedangkan murid yang giginya tidak berlubang yaitu 27,02%. Sebagian besar murid yang memiliki gigi berlubang mengatakan bahwa ibu mereka jarang menyuruh anaknya menggosok gigi atau ke dokter gigi sekedar untuk memeriksa kesehatan gigi dan mulut anaknya. Berdasarkan alasan-alasan di atas penulis tertarik untuk meneliti suatu permasalahan yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul Yogyakarta..

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul Yogyakarta C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui terkait tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak. b. Untuk mengetahui kejadian karies gigi pada anak di SDN Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi sekolah Sebagai bahan referensi dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak.

8 2. Bagi orang tua responden Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi anak dan perawatannya. 3. Bagi peneliti Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian dan prosesnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah : 1. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku perawatan gigi anak Oleh Waris Tryani (2009). Menggunakan metode deskriftif analitik yang menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian ini yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku perawatan gigi anak. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel, yakni pada penelitian Waris Tryani, variabel terikatnya yaitu perilaku ibu dalam perawatan gigi anak, sedangkan pada penelitian ini adalah kejadian karies gigi pada anak. Kemudian perbedaan berikutnya terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan subyek. Persamaannya terletak pada metode penelitiannya, sama-sama meneliti tentang kesehatan gigi dan mulut. 2. Hubungan antara pengetahuan ibu, konsumsi makanan kariogenik dan kebersihan mulut anak dengan karies gigi pada anak Sekolah Dasar Negeri oleh Nur Rahmi Kastella (2005). Menggunakan metode

9 penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan dan kebersihan gigi pada anak Sekolah Dasar Negeri Gedung Tengen 1 yogyakarta. Perbedaan penelitian terletak pada jumlah variabel, yaitu pada penelitian Kastella ada tiga variabel antara lain variabel bebas, variabel terikat dan variabel antara, sedangkan pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, kemudian perbedaan lain terletak pada tempat penelitian, subyek penelitian dan waktu penelitian. Persamaan terletak pada variabel terikat yaitu karies gigi.