BAB I PENDAHULUAN. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan anak dan berpengaruh terhadap penataan dan. pembangunan jangka menengah nasional , mempunyai visi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI DASAR TERHADAP STANDART PELAYANAN MINIMAL IMUNISASI (SPM) DI PUSKESMAS HELVETIA DAN PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2012

Zakiyah,et al, Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen...

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasan selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud imunisasi adalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. (Informed Consent) Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah, sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat antibodi yang dimasukkan kedalam tubuh melalaui suntikan seperti vaksin BCG, Hepatitis, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti Polio. Tujuan pemeberian imunisasi adalah balita menjadi kebal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PDI) sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Ismoedjanto, 2003). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2014, angka kematian balita masih mencapai 40/1.000 kelahiran hidup (KH), angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian neonatal 19/1.000 kelahiran hidup (KH). Data Riskesda 2014 menunjukkan sekitar 56 % kematian bayi dan 43% kematian balita terjadi pada periode neonatal (0-28 hari). Sebagian besar 78,5% dari kematian neonatal ini terjadi dalam satu minggu pertama (0-6 hari) kehidupan bayi baru lahir, penyebab kematian neonatal salah satunya adalah infeksi.((kenen Kes RI, 2015). Penyakit-penyakit yang dominan pada kelompok ini adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, polio, tuberkolosis, campak dan tetanus. Angka kematian akibat tetanus adalah 19,3% sedangkan difteri, polio, dan campak sebesar 9,4% (Kemen Kes RI, 2014). Upaya menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi 1

2 yang tinggi dan merata disemua desa/kelurahan yang dapat dinilai dari cakupan Universal Child Immunization (UCI). UCI adalah suatu kondisi dimana 80% dari jumlah bayi (9-11 bulan) yang ada di suatu desa/kelurahan telah mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang meliputi Hepatitis B, BCG, DPT-HB, Polio, dan Campak (Kemen Kes RI 2015). Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi balita terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular yaitu balita. Imunisasi dasar pada balita melindungi balita tehadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Seseorang balita di imunisasi dengan vaksin yang disuntikan pada lokasi tertentu atau di teteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap balita wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari ; 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hb, 4 dosis Polio, 1 dosis Campak (Kemen Kes RI, 2015). Cakupan imunisasi dasar pada balita tingkat Nasional tahun 2015 : BCG sebesar 4.501.247 (92,2%), HB < 7 hari sebesar 4.172.051 (85,4%), DPT/HB1 dan DPT HB-HiB (1) sebesar 4.544.533 (95,0%), DPT/HB3 dan DPT-HB-HiB (3) sebesar 4.455.314 (93,1%), Polio sebesar4,412.471 (92,2%), Campak sebesar 4.414.829 (92,3%). Cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 4.139.903 (86,5%) (Kemen Kes RI, 2015). Cakupan imunisasi dasar pada balita tingkat propinsi Jawa Tengah tahun 2015 : BCG sebesar 548.066 (100%), HB < 7 hari sebesar 529.753 (85,4%), DPT/HB1 dan DPT HB-HiB (1) sebesar 544.500 (108%), DPT/HB3 dan DPT-HB-HiB (3) sebesar 549.524 (101,7%), Polio sebesar 540.663 (100,0%), Campak sebesar 543.217 (100,5%).Cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 535.847 (99,22%) (Kemen Kes RI, 2015). Kabupaten Pemalang yang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dimana cakupan imunisasi tahun 2015 sebagai berikut : HB < 7 hari sebesar 24.109 (96,9)%, BCG 24.954 (103,3%), Polio1 25.479 (102,5%), DPT +HB+Hb1 24.854 (100%), Polio2 23.951 (96,3%), DPT +Hb2 24.323 (97,8%), Polio3 23.572 (94,8%), DPTHB3 24.430 (98,2%), Polio4 23.832 (95,8%), Campak 24.821 (99,8%), Imunisasi lengkap 22.119 (88,9%) (DKK Kab. Pemalang 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang memperoleh keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan pencapaian

3 Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Pemalang tahun 2015 sebesar 100%, sama seperti tahun 2014 sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2010 sebesar 100% (DKK Kab. Pemalang 2015). Menurut laporan yang diperoleh dari Puskesmas Rowosari dimana cakupan imunisasi tahun 2015 sebagai berikut : HB < 7 hari sebesar 523 (94,06)%, BCG 445 (80,04%), Polio1 448 (80,58%), DPT +HB+Hb1 476 (85,61%), Polio2 477 (85,79%), DPT +Hb2 463 (83,27%), Polio3 435 (78,24%), DPTHB3 430 (77,34%), Polio4 381 (68,53%), Campak 425 (76,44%), Imunisasi lengkap 115 (20,68%) (Pusk Rowosari, 2015). Menurut laporan yang diperoleh dari Puskesmas Rowosari dimana cakupan imunisasi desa Rowosari tahun 2015 sebagai berikut : HB < 7 hari sebesar 78 (80,4)%, BCG 67 (69,1%), Polio1 73 (75,2%), DPT +HB+Hb1 68 (71,1%), Polio2 70 (72,2%), DPT +Hb2 72 (74,2%), Polio3 66 (68%), DPTHB3 60 (61,8%), Polio4 55 (56,7%), Campak 55 (56,7%), Imunisasi lengkap 15 (15,5%) (Pusk Rowosari, 2015). Dari data tersebut cakupan imunisasi desa Rowosari sebesar 68,5% belum memenuhi UCI (Universal Child Imunization), UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan di mana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Faktor-faktor penyebab kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita adalah : umur ibu, umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kematangan seseorang baik dalam berpikir, bertindak, maupun belajar. Kematangan dalam berpikir seseorang yang dapat mempengaruhi ibu dalam mengasuh balita, diantaranya dalam memperhatikan kesehatan balita terutama dalam hal kelengkapan status imunisasi. (Arifin, 2009). Pendidikan : ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya, ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya

4 keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidkan rendah, karena pengetahuan imunisasi sering kurang dipahami oleh ibu balita yang tingkat pendidikanya rendah, sehingga memberi dampak dalam mengakses pengetahuan tentang kesehatan khususnya imunisasi sehingga berdampak pada status imunisasi balita tidak lengkap (Notoatmodjo, 2007). Pekerjaan : jika ibu balita bekerja mencari nafkah maka akan berkurang kesempatan atau waktu untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan/posyandu, sehingga akan mengakibatkan balitanya tidak mendapatkan pelayanan imunisasi dasar lengkap. Penghasilan : kesejahteraan seseorang anak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya pada keluarga yang kurang mampu lebih mementingkan kebutuhan rumah tangga misalnya kebutuhan sehari-hari daripada kesehatan balitanya terutama imunisasi, daripada keluarga yang mampu yang lebih mementingkan kesehatan balitanya dengan imunisasi. (Bengkuh, 2013). Jumlah anak kunjungan ke pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk untuk mencari pelayanan imunisasi terhadapa balitanya oleh karena itu jumlah anak yang dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada balitanya. Semakin banyak jumlah anak ke tiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Dalam penelitian Ali (2002), hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kapatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar, dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada balita, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan ibu. Sehingga semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada balita. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Utami dkk (2015), menunjukkan bahwa dukungan keluarga tentang imunisasi dasar lengkap dari 53 ibu balita hampir setengahnya mendapatkan dukungan keluargan baik sebesar 23 ibu balita (44%). Menurut Feiring dan Lewis dalam Friedman (1998) dukungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kematangan usia ibu balita, tingkat pendidikan dan

5 juga tingkat pekerjaan. Kematangan usia ibu balita dipengaruhi karena faktor sistem kerja horman yang sudah berfungsi dengan baik, tingkat pendidikan ibu balita ditandai dengan kepemilikan ijasah, tingkat pendapatan atau pekerjaan ibu balita ditandai dengan pekerjaan ibu balita di tempat tinggalnya dimana ibu mempunyai balita bekerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan usia ibu balita yang sudah matang pendidikan ibu balita yang tinggi, ibu balita yang bekerja di daerah tempat tinggalnya sendiri dan juga ibu balita yang mempunyai dua anak dapat mempengaruhi ibu balita mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Berdasarkan data dan uraian diatas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan imunisasi berdampak pada penurunan angka kesehatan balita di desa Rowosari kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang masih menunjukkan nilai yang masih rendah, dan peneliti juga ingin mengetahui dukungan keluarga terhadap imunisasi balita usia 12-24 bulan yang merupakan unsur pentng dalam imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan di desa Rowosari kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas peneliti merumuskan suatu permasalahan penelitian yaitu adakah hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan di desa Rowosari kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan di desa Rowosari kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang. 2. Khusus a. Mendeskripsikan dukungan keluarga untuk Imunisasi. b. Mendeskripsikan kelengkapan status imunisasi dengan dukungan keluarga.

6 c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan di desa Rowosari kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian dan menerapkan pengetahuan yang didapat dibangku kuliah. ilmu 2. Bagi Program Hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai bahan masukkan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan dan pengelolaan program imunisasi yang berkaitan dengan dukungan keluarga dengan kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Rowosari. 3. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dalam meningkatkan dukungan kelurga dalam kelengkapan status imunisasi pada balita usia 12-24 bulan. E. Bidang Ilmu keluarga. Penelitian ini termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas ilmu keperawatan F. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan dukungan keluarga tehadap kelengkapan status imunisasi pada balita.

7 Tabel 1.1 Judul-Judul Penelitian No Judul, Variabel yang Sasaran Nama, tahun diteliti Metode Hasil 1 2 3 4 5 6 1. Analisis faktorfaktor Ibu Variabel bebas : Cross 1.Hasil penelitian yang balita. Analisis faktor- sectional disimpulkan bahwa berhubungan faktor pengetahuan ibu, dengan Variabel terikat : sikap ibu, dukungan imunisasi dasar Imunisasi dasar kelurga dan lengkap pada lengkap pelayanan petugas balita di desa Botubarani kesehatan berhubungan secara Kecamatan bermakna terhadap Kabila imunisasi dasar Kabupaten Bone Bolango. (Ismet, 2014). lengkap pada balita (p < 0,05). 2,Diharapkan petugas kesehatan setempat untuk memberikan informasi lebih kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang imunisasi. 2. Hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melakukan melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigobolon Kecamatan Sidomanik (Roria,2014). Ibu balita Variabel bebas : Dukungan keluarga Variabel terikat : Kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar. Cross sectional Hasil penelitian menunjukkan frekuensi ibu yang patuh sebanyak 24 orang (65,4%) dan tidak patuh sebanyak 18 orang (34,6%). Hasil uji statistik menjelaskan variabel dukungan keluarga informasional, penilaian, instrumental dan emosional berpengaruh terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak. 3. Hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluaga dengan ketepatan waktu Ibu Balita Variabel bebas : Pengetahuan dan dukungan keluarga Variabel terikat : Cross sectionl Penelitian yang diperoleh adalah 52 orang (60,47%) pememempunyai pengetahuan yang baik, 53 orang

8 No Judul, Variabel yang Sasaran Nama, tahun diteliti Metode Hasil 1 2 3 4 5 6 pemberian Ketepatan waktu (61,63%) memiliki imunisasi pemberian dukungan keluarga campak di desa imunisasi campak. yang baik dan Pasir Kalilki ketepatan waktu Bandung (Supriati, 2015). pemberian imunisasi campak sejumlah 52 orang (60,47%). Hasil analisa bivariat diperoleh hasil p- value untuk variabel dependen 0,002 sedangkan variabel dukungan keluarga didapat p-value 0,0027 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi campak.