UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK MENGANGKAT TERHADAP PEKERJA DI UNIT PENGANTONGAN PUPUK PT. PUSRI BELAWAN MEDAN Syamsul Gultom Abstrak Pemindahan material secara manual yang tidak ergonomi seperti yang dilakukan pekerja di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal terhadap pekerja. Responden dalam penelitian ini adalah 20 orang pekerja yang mengangkat pupuk dari conveyor ke truk di Unit Pengantongan Pupuk (UPP) Pupuk PT. PUSRI Belawan.Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan, dan untuk mengumpulkan data keluhan mulculoskeletal digunakan symptom survey ergonomics program, yang diberikan sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi.intervensi yang dilakukan untuk mengurangi keluhan musculoskeletal adalah: perbaikan postur kerja dengan teknik mengangkat yang ergonomi, streching, latihan kekuatan otot dan melakukan cooling down pada saat istirahat dan setelah selesai bekerja.hasil analisis symptom survey ergonomics program menunjukkan bahwa setelah intervensi, keluhan rasa sakit di setiap lokasi rata-rata menurun sebesar 52% dan rata-rata penurunan keluhan berdasarkan gambaran rasa sakit sebesar 34,26%. Uji statistik (uji-wilcoxon) yang dilakukan pada data yang dikumpulkan dengan symptom survey ergonomics program menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf keyakinan 95%. Kata kunci : Pemindahan material, keluhan musculoskeletal, pelatihan PENDAHULUAN Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik maupun mental dengan usaha-usaha prenventif maupun kuratif terhadap penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan linkungan kerja. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 2 menyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Pemindahan material secara manual jika tidak dilakukan secara ergonomis akan dapat menimbulkan kecelakaan. Data statistik 50
kompensasi para pekerja di bagian New South Wales, Australia menunjukan bahwa 93% kecelakaan adalah diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan) dan data strain 61% berada di bagian punggung. Untuk meningkatkan derajat kesehatan pekerja, sebaiknya pekerjaan dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah pemindahan material secara ergonomis. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan berat beban yang harus diangkat, cara mengangkat yang benar, dan frekuensi pemindahan material. Jika pemindahan material tidak dilakukan dengan teknik mengangkat yang benar akan berdampak terhadap kesehatan pekerja yaitu berupa nyeri di punggung, pinggang, bahkan dapat menimbulkan rasa nyeri dan cedera di bagian tulang belakang. Unit Pengantongan Pupuk (UPP) PT. PUSRI Belawan yang berkantor pusat di Palembang adalah salah satu tempat kerja yang mempunyai kegiatan utama yaitu pembongkaran, penyimpanan pupuk curah dari kapal ke bulg storage, pengantongan pupuk urea, dan pengiriman pupuk kantong ke gudang maupun ke distiributor. Sebelum pupuk kantongan disimpan di gudang dan didistribusikan ke konsumen ada kegiatan yang dilakukan pekerja yaitu mengangkat pupuk dari conveyor ke truk yang dilakukan secara manual. Pada saat pekerja mengangkat pupuk dari conveyor ke truk terjadi kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang berat meyebabkan peredaran darah ke otot berkurang, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulya rasa nyreri otot. Dampak beban angkat yang berlebih, postur kerja dengan teknik mengangkat yang tidak ergonomis di Unit Pengantongan Pupuk (UPP) PT. PUSRI Belawan dapat dicegah dengan menerapkan teknik mengangkat yang benar dan 51
perbaikan postur kerja. Secara garis besar tehnik mengangkat dengan postur kerja yang benar terdiri dari: pegangan terhadap material yang harus diangkat harus tepat, lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus, posisi tulang belakang harus tetap lurus, posisi kaki harus merenggang untuk membagi momentum dalam posisi mengangkat, dan beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh. (Thurman, Louzine, dan Kogi, 1998; Grandjean, 1993 dan Helander, 1995) Menurut survey pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa jumlah pekerja yang mengangkat pupuk sebanyak 42 orang dengan rincian satu mesin terdapat 7 orang; terdapat 3 mesin di unit pengantongan dengan kegiataan yang dilakukan secara bersamaan yang terdiri dari dua grup yaitu grup A sebanyak 21 orang dan grup B 21 orang. Grup A mulai bekerja pada pukul 07.00 WIB-15.00 WIB, sedangkan grup B bekerja pukul 15.00-23.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan adalah mengangkat pupuk dari conveyor ke truk secara manual dengan berat beban 50 kg. Frekuensi jumlah pengangkatan beban sekitar 16 kali per menit sejauh 2 meter. Dalam waktu 30 menit jumlah pupuk yang diangkat sekitar 500 sak untuk satu truk (trado) yang dikerjakan oleh satu orang. Di samping berat beban dan frekuensi jumlah pengangkatan yang tinggi peneliti juga menemukan bahwa pekerja belum menerapkan teknik mengangkat dengan postur kerja yang benar. Hal ini dapat dilihat pada saat pekerja melakukan pengangkatan pupuk dari conveyor ke truk dengan posisi pegangan terhadap beban yang kurang tepat, posisi lengan jauh dari badan, serta posisi tulang belakang agak membungkuk. Akibat mengangkat pupuk yang dilakukan tidak menerapkan teknik mengangkat dengan postur kerja yang ergonomis, berat beban melebihi ketentuan yang telah di tetapkan sesuai dengan yang di rekomendsikan ILO akan dapat menyebabkan keluhan-keluhan musculoskeletal terhadap pekerja. Menurut hasil wawancara langsung 52
dengan pekerja yang berjumlah 21 orang mengeluh rasa sakit pada musculoskeletal setelah selesai bekerja yaitu di punggung selebihnya di leher serta di pinggang. Dari permasalahan yang di timbulkan perlu dilakukan upaya pencegahan dampak berupa pelatihan yang terdiri dari perbaikan postur kerja dengan penerapan teknik mengangkat yang benar, melakukan streching sebelum melakukan kegiatan angkat serta latihan meningkatkan kekuatan otot dan melakukan cooling down setelah selesai bekerja. Berdasarkan uraian latar belakang dan survey pendahuluan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Beban angkat dan frekuensi jumlah pengangkatan yang telah melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal terhadap pekerja berupa rasa nyeri di punggung, bahu,leher serta di pinggang. b. Postur kerja dengan teknik mengangkat yang tidak ergonomis berpotensi menimbulkan dampak terhadap pekerja berupa keluhan musculoskeletal. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti tentang postur kerja dengan teknik mengangkat yang benar dan bukan meneliti tentang desain lingkungan kerja. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mencegah keluhan musculoskeletal akibat pemindahan material ecara manual terhadap pekerja. Adapun yang menjadi tujuan khususnya adalah: a. Untuk mengetahui keluhankeluhan pekerja sehubungan dengan gangguan musculoskeletal. b. Untuk mengetahui pengaruh intervensi yang diberikan terhadap keluhan musculoskeletal pada pekerja. c. Untuk mengetahui persentase penurunan keluhan musculoskeletal. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai bahan masukan kepada perusahaan untuk mengambil langkah dan kebijakan dalam 53
upaya pencegahan dampak yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih, postur kerja dan teknik mengangkat yang tidak ergonomis. b. Untuk meningkatkan kesehatan pekerja khususnya pencegahan keluhan musculoskeletal. c. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti. Pemindahan Material Secara Manual Pemindahan material secara manual jika tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan dampak terhadap pekerja. Dampak tersebut ialah gangguan pada muskulosekeletal, yaitu nyeri di punggung, bahu, leher serta di pinggang. Disamping gangguan musculoskeletal dilaporkan 74% cedera tulang belakang di sebabkan oleh aktivitas mengangkat (Grandjean, 1993). Faktor faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material (Nurmianto, 1996) sebagai berikut: a. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan pekerja. b. Jarak horizontal dari beban yang di angkat terhadap pekerja. c. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban. d. Jumlah frekuensi pengangkatan beban e. Metoda angkat yang benar. Kebutuhan untuk mengangkat secara manual harus benar-benar diteliti secara ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas angkat manusia (Nurmianto, 1996). Beberapa faktor di atas menjadi parameter untuk melakukan upaya pencegahan terhadap dampak yang ditimbulkan beban angkat yang berlebih. Mengukur dan Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Musculoskeletal Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan musculoskeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi harapan dan toleransi kelelahan 54
(Water & Anderson, 1996). Alat ukur ergonomi dapat digunakan dengan metoda Cheklist. Cheklist merupakan alat ukur ergonomi yang diarahkan untuk megidentifikasi keluhan/ penyakit. Untuk mengetahui sumber keluhan otot, pada umumnya daftar pertanyaan yang diajukan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertanyaan yang bersifat umum dan khusus. Pertanyaan yang bersifat umum biasanya mengarah pengumpulan data tentang tingkat beban kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kondisi lingkungan kerja waktu dan sikap kerja. Sedangkan pertanyaan khusus diarahkan untuk memperoleh data yang lebih spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan dan frekuensi kerja. METODE PENELITIAN. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di unit pengantongan PT. PUSRI Belawan. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu dari bulan januari sampai dengan bulan juni. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian intervensi pada suatu kelompok partisipan. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti tentang postur kerja atau pun sikap kerja dan tidak meneliti desain maupun peralatan di lingkungan kerja. Untuk mengetahui keberhasilan intervensi dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Populasi Populasi dalam penelitian ini ialah pekerja yang melakukan kegiatan mengangkat pupuk dari conveyor ke truk sebanyak 42 orang di unit pengantongan pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006 Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposif yaitu peneliti menentukan jumlah sampel. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu pekerja grup A yang bekerja di pagi hari, yang mempunyai keluhan rasa sakit pada musculoskeletal, berat badan lebih dari 50 kg, berbadan sehat, dan bersedia menjadi sampel. Jumlah sampel adalah sebanyak 20 orang. 55
Variabel Penenelitian. Variabel bebas adalah pelatihan. Variabel terikat adalah penurunan keluhan musculoskeletal terhadap pekerja. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil uji Wilcoxon pada rata-rata keluhan Musculoskeletal berdasarkan gambaran rasa sakit dapat dilihat bahwa nilai signifikansi( ) lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan dapat menurunkan musculoskeletal keluhan-keluhan berdasarkan gambaran rasa sakit pada taraf signifikansi 5%. Persentase Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan Keluhan Lokasi Rasa Sakit pada Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006 No Lokasi rasa sakit Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Persentase Penurunan Keluhan (%) n % n % 1 Bahu 13 65 8 40 38.5 2 Pinggang 11 60 7 35 36.4 3 Punggung 14 70 5 25 64.3 4 Leher 10 50 6 30 40.0 5 Paha 3 15 0 0 100.0 6 Betis 8 40 6 30 25.0 7 Lengan 10 50 4 20 60.0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh intervensi terhadap penurunan keluhan musculoskeletal paling tinggi adalah di punggung (lokasi 1) yakni sebanyak 9 orang (64%). Rata-rata penurunan persentase rasa sakit yang dialami responden berdasarkan lokasi sebelum dan sesudah intervensi adalah 52%. Penurunan persentase keluhan ini sangat erat kaitannya dengan intervensi yang diberikan. Streching dan latihan kekuatan otot yang teratur membuat otot punggung, perut, leher, paha dan tungkai menjadi lebih lentur, kuat, dan memperbaiki penampilan dan kessehatan secara umum (Markusic, 2003; Hedge 2003). Selanjutnya menurut Kolettis (2004), kelenturan otot pada daerah punggung, akan besar pengaruhnya 56
dalam menurunkan terjadinya cedera. Streching pada sekelompok otot, berpengaruh tehadap distribusi berat badan dan perbaikan postur kerja dan menurunkan tekanan pada punggung bawah. Keberhasilan latihan kekuatan untuk meningkatkan kekuatan otot baik di punggung maupun di lokasi lain tergantung kepada fokus latihan yang harus ditujukan pada kelompok otot yang menyokong punggung dan menghindari latihan yang meningkatkan tekanan pada punggung. Menurut Dana (2003), latihan berupa penguatan otot dan meningkatkan kelenturan tubuh selama 30 menit sebanyak 4 kali seminggu dapat meningkatkan kekuatan otot sampai 50%. Persentase Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan Gambaran Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum dan Sudah Intervensi di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006 No Gambaran rasa sakit Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Persentase penurunan rasa sakit (%) n % n % 1 Kejang 2 10 1 5 50.0 2 Kebas 4 20 3 15 25.0 3 Nyeri 20 100 17 85 15.0 4 Bengkak 1 5 1 5 0.0 5 Ngilu 15 75 6 30 60.0 6 Kaku 9 45 4 20 55.6 Tabel di atas menunjukkan keluhan yang dialami responden berdasarkan gambaran keluhan rasa sakit setelah intervensi pada umumnya menurun pada semua jenis keluhan yaitu, kejang menurun 50%, kebas 25%, nyeri 15%, ngilu 60% dan kaku 55,6%. Rata-rata penurunan keluhan berdasarkan gambaran rasa sakit adalah 34,3%. Intervensi yang diberikan yakni, streching dan cooling down akan memulihkan otot kembali sehingga penumpukan asam laktat di otot dapat berkurang. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang dialami responden menurun (Giam, 1993). Persentase Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan Lamanya Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum Dan Sudah Intervensi di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006. Lamanya rasa sakit Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi 57
No n % n % 1 < 1 hari - - 5 25 2 1-3 hari 12 60 15 75 3 4-7 hari 8 40 0 0 Jumlah 20 100 20 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi, lama sakit yang dialami semua responden di atas satu hari dan 40% berada di atas empat hari. Setelah diberikan intervensi 25% responden mengalami lama sakit di bawah satu hari, dan 75% responden mengalami rasa sakit antara satu sampai tiga hari. Hal ini menunjukkan bahawa intervensi yang diberikan berpengaruh terhadap penurunan lamanya rasa responden. sakit yang dialami Menurunnya lama sakit yang dialami responden disebabkan oleh pengaruh cooling down yang diberikan setelah selesai bekerja. Pemberian cooling down dapat mengurangi tumpukan asam laktat sehingga rasa sakit pada otot lebih cepat menurun (Giam, 1993) Persentase Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan Tingkat Keluhan Rasa Sakit yang Dialami Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006 No Tingkat keluhan rasa Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi sakit n % n % 1 Ringan 2 10 9 45 2 Sedang 7 35 11 55 3 Berat 11 55 0 0 Jumlah 20 100 20 100 Sebelum dilakukan intervensi, pada umumnya tingkat keluhan responden adalah dalam kategori sedang dan berat, yakni 35% sedang dan 55% berat. Setelah dilakukan intervensi, kategori tingkat keluhan responden menjadi 45% ringan, 55% sedang dan tidak ada lagi tingkat keluhan responden dalam kategori berat. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan dapat menurunkan tingkat keluhan responden. Menurut Dana (2003) untuk menentukan kategori ringan, sedang, berat maka pada saat post intervensi 58
melakukan observasi terhadap responden dengan mengulang pertanyaan dan tindakan yang sama pada saat pre intervensi yaitu sebagai berikut: a. Ringan: Jika responden membungkuk menggapai kaki mengeluh rasa sakit. b. Sedang: Jika responden mengeluh rasa sakit pada pinggang dalam posisi sedikit membungkuk belum menggapai kaki. c. Berat: Jika responden mengeluh rasa sakit pada pinggang dalam posisi sedikit membungkuk Persentase Cara Menghilangkan Keluhan Musculoskeletal yang Dialami Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi di Unit Pengantongan Pupuk PT. PUSRI Belawan Tahun 2006. Sebelum Sesudah No Cara menghilangkan keluhan Intervensi Intervensi n % n % 1 Istirahat 10 50 13 65 2 Berbaring meluruskan tubuh 5 25 5 25 3 Dikusuk 7 35 1 5 4 Digosok balsem 8 40 4 20 5 Streching dan cooling down 0 0 20 100 6 Perbaikan postur dan cara mengangkat 0 0 20 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan responden untuk menghilangkan rasa sakit setelah dilakukan intervensi. Sebelum diberikan intervensi, semua responden belum mengetahui cara menghilangkan keluhan rasa sakit dengan streching dan cooling down serta perbaikan postur kerja dengan penerapan teknik mengangkat yang ergonomis. Setelah diberikan intervensi, pengetahuan responden untuk menghilangkan rasa sakit bertambah. Hal ini dapat dilihat bahwa seluruh responden memilih streching, cooling down dan perbaikan postur kerja sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit. 59
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum intervensi responden mengalami keluhan rasa sakit di bagian musculoskeletal berupa: rasa sakit di punggung 70%, bahu 65%, pinggang 60%, leher 50%, lengan 50%, betis 40% dan paha 15%. Setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan persentase di masing-masing lokasi yaitu di punggung sebesar 64%, di bahu 38,5%, di pinggang 36,4 %, di leher 40%, lengan 60%, betis 25% dan paha 100%. 2. Pelatihan sebagai intervensi yang dipilih dapat menurunkan keluhan pekerja berdasarkan lokasi rasa sakit, rata-rata sebesar 52%. 3. Intervensi yang diberikan dapat menurunkan rata-rata persentase keluhan berdasarkan gambaran rasa sakit sebesar 34,26%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada pekerja a. Mengubah perilaku pekerja untuk perbaikan postur kerja dengan teknik mengangkat yang ergonomis. b. Melakukan latihan streching, latihan kekuatan otot dan cooling down secara teratur sesuai dengan yang dianjurkan. 2. Kepada pihakperusahaan. a. Memberikan perhatian lebih besar terhadap bahaya ergonomi yang terdiri dari perbaikan desain kerja, sosialisasi tentang bahaya mengangkat penggunaan alat. dan pelatihan b. Agar pihak perusahaan memberikan pelatihan yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulan dampak mengangkat terhadap pekerja. Daftar Pustaka Adams, M.A. and Hutton, W.C(1981). The effect of posture on the strength of the lumbar spine, Engineering in Medicine, v10, pp.199-202. Barnes, W.S.(1980) The relationship between maximum isometric strength and intramuscular 60
circulatory occlusion, ergonomics, V23,351-357 Alter M, (1996) 300 Tehnik Peregangan Olahraga, Cetakan Pertama, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Arikunto, S.,(2002) Prosedur Penelitian- Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Penerbit Rinneka Cipta, Jakarta. Bernard, B. P.(1997) Muskuloskeletal Disorder and Work Place Factor, Center for Disease Control and Prevention, NIOSH, Cincinatti. Benezech, M. and L Epee. (1983) Skeleton in I.L.O. Encyclopaedia of occupational health safety, Geneva. Chaffin, D.B., and Park K.S.(1973) A Longitudinal Study of low back pain as associated with occupational lifting factors, American Industrial Hygiene Association Journal, v 34,p.513. Dana, L.(2003) LD Preventive Injuris at work, http://www.spineuniverse.co m/ displayartticle.php/article 2026. Davidson, M., Keating, J.A.(2002) A Comporiso of Five Low Back Pain Disability Questionaire : Rehability and Responsiveness, Physical Therapy, Vol 82, No 1 Melbourne Australia. Eidelson,S.G, (1997) Sprain Strain-Soft Tissue Injury, http://www. scuedu.au/1997. Fessler, W. (2004) Low Back Pain What You Need to Know Spine, http://www. spineuniverse.com/displayarti cle.php/article 1932. Giam C.K dan Teh K.C (1993), Ilmu Kedokteran Olahraga, Cetakan Pertama, Binarupa Aksara, Jakarta. Grandjen, E. (1993) Fitting the task to the Man, 4 th edr. Taylor & Francis Inc. London. Health and Safety Commision (U.K),(1982) Proposals for Health and Safety (Manuall Handling of Loads). Regulations and guidance, HMSO, London. Jhon W, (2001) Mencegah Nyeri Punggung. http://www.indomedia.com/ intisari/punggung.htm. Kolettis, G.J.(2000) Can Exercise Control Back Pain, http:www spineverse. Com/ displayarticle.php/article 1854. Kuorinka, I. Forcier, L.(1998), Training Elements, http://www.cdc.gov/niosh/tbrt 3. html. Lawrence, K.L., Your Aching B (1996): A Look at Back Strain in the Work Place, Job Safety and Health Quarterly. Markusic,J.(2003) Maintaning A Health Spine Postur, http://www.spineuniverse.co m/ displayarticle.php/article 183. NIOSH, (1981) NIOSH Work practices guide to manual lifting. National Institute for Occupational Safety and Health, Cincinnati, Ohio 45226. 61
NIOSH, Guidelines for Evaluation of Hospital Occuputional Health and Safety Program, http://www.cdc.gov/hcwold,html., 1998. Nurmianto, E.(1991) Desain stasiun kerja industri : Tinjauan ergonomi dalam industri. Proccedings Seminar Nasional Desain Produk Industri. FTI-FTSP ITS. Surabaya 6011. Nurmianto, E.(1990) Biomechanics of Posture. M.Eng.Sc. Thesis, School of Mechanical and Industrial Engineering. UNSW, Sidney, Australia. Notoadmojo S, (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ke-12,rineka Cipta, Jakarta. Patel, T. A. ;Ogle, A. A, Diagnosis and Management of Accut Low Back Pain, Am, Fam Physician 2000 ; 61 : 1779-86, 1789-90. Sonoda, T.(1962) Studies on the compression, tension and torsion strength of the human vertebral column, J.Kyoto Prefecture Med. Univ. v71, pp.963-985. Stevenson, M.G.(1987), Readings in RSI : The Ergonomic approach to repetition strain injuries, Sydney : UNSW Press. Snook, S.H.(1978) The design of manual handling tasks,ergonomics, v21, pp.963-985. Thurman. J.E., Louzine, A.E. & Kogi, K.(1988) Higher Productivity and a Better Place to Work. Action manual. International Labour Office, Geneva. 25-32. 62