Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1986). Mark Snyder (1974) mengajukan konsep self-monitoring, yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISA DATA. Peneliti akan menjelaskan gambaran umum mengenai hasil perolehan data dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber :

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja dapat diidentikkan sebagai psychological moratorium yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era informasi saat ini, informasi menjadi sangat berharga dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Internet atau interconnection networking telah membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Self Presentation Model Androgini dalam Lingkungan Pertemanan

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

dasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

HUBUNGAN ANTARA SELF-MONITORING DENGAN STRATEGI SELF-PRESENTATION DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA REMAJA JAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi identitas Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian seperti identitas karir, identitas politik, identitas agama, identitas intelektual, minat, budaya, kepribadian, dan lain-lain (Santrock, 2011). Identitas juga dapat diartikan sebagai konsep diri yang terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan seseorang yang memiliki komitmen (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Dalam penjelasan mengenai perkembangan identitas yang dikembangkannya, Erikson (dalam Moshman, 2011) menempatkan identitas sebagai dimensi dengan berbagai pengetahuan tentang diri dan mengemukakan bahwa adanya identitas selalu berdampingan dengan adanya ego. Menurut Erikson (dalam Moshman, 2011), ego berkembang karena berhasil menyelesaikan tahap krisis sosial. Tahap tersebut dapat dilalui dengan membangun rasa percaya pada orang lain, mengembangkan identitas dalam masyarakat, dan membantu generasi berikutnya mempersiapkan untuk masa depan (McLeod, 2013). Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa identitas adalah gambaran mengenai diri yang didapat melalui keyakinan serta komitmen. 2.1.2. Definisi identitas ego Identitas ego dapat digambarkan sebagai komponen kepribadian pada masa remaja dari waktu ke waktu (Schwartz, Mullis, Waterman, & Dunham, 2000). Erikson (dalam Moshman, 2011) menyatakan bahwa identitas ego merupakan rasa diri yang sadar dari manusia yang berkembang melalui interaksi sosial. Identitas ego merupakan akumulasi pengalaman yang ada, keterampilan, bakat serta peluang yang ditawarkan oleh berbagai peran sosial menjadi satu identitas yang kompleks untuk individu (Subrahmanyam & Šmahel, 2011). Secara konstan, identitas ego dapat berubah karena adanya pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dalam interaksi dengan orang lain. Erikson (dalam Mandja, 2014) berpendapat bahwa identitas ego merupakan perkembangan yang dialami oleh setiap individu dimana mereka berada di dalam 7

8 kerangka lingkungan masyarakat dan budaya dan setiap individu dapat menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Adanya pembentukan identitas pada umumnya berada pada masa remaja dan merupakan sebuah kunci dalam teori pengembangan kepribadian Erickson (dalam Moshman, 2011). Menurut Purwadi (2004) pembentukan identitas remaja menjadi sangat penting karena krisis identitas bila tidak segera selesai akan menimbulkan terbentuknya kepribadian yang tidak jelas. Steinberg (dalam Purwadi, 2004) mengungkapkan bahwa perkembangan dan pembentukan identitas pada remaja dipengaruhi oleh konteks tempat mereka berada serta latar belakang lingkungan, sosiokultur masyarakat sekitar maupun keluarga memberikan arah proses perkembangan maupun proses pembentukan identias diri remaja tersebut. Dapat disimpulkan bahwa identitas ego merupakan identitas yang selalu berkembang dan dipengaruhi oleh interaksi sosial di lingkungan. 2.1.3. Dimensi identitas ego Berdasarkan teori Erikson yang dikembangkan oleh Marcia (dalam Schwartz, Luyckx, Vignoles, 2011) ada 2 kriteria atau dimensi dalam status identitas atau sering disebut identitas ego yaitu eksplorasi dan komitmen. 1. Eksplorasi Eksplorasi merupakan periode berpikir, memilih, serta mencoba peran dan rencana hidup kedepannya (Schwartz, Luyckx, & Vignoles, 2011). Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003) eksplorasi adalah suatu masa perkembangan identitas dimana remaja memilah alternatif yang berarti dan tersedia. Menurut Soenens (dalam Purnama, 2009) mengatakan bahwa eksplorasi adalah ketertarikan individu dalam mencari jati diri mengenai nilai, kepercayaan, tujuan dan proses eksplorasi menunjukkan percobaan dengan perbedaan aturan sosial, rencana dan ideologi. Eksplorasi melibatkan pertimbangan terhadap elemen identitas dengan kemungkinan alternatif dalam pencarian yang lebih lengkap terhadap diri (Purwadi, 2004). Meeus, Ledema, et al. (dalam Luyckx, Goossens, Soenens, & Beyers, 2006) berpendapat bahwa eksplorasi merupakan sejauh mana seorang remaja berpikir dan mengumpulkan informasi tentang komitmen yang akan mereka pilih dan eksplorasi mempertimbangkan berbagai alternatif sebelum membuat sebuah pilihan. Eksplorasi juga dipergunakan untuk mengevaluasi kembali komitmen yang telah dibuat (Bosma dalam Luyckx, Goossens,

9 Soenens, & Beyers, 2006, Cote dalam Luyckx, Goossens, Soenens, & Beyers, 2006, Levine dalam Luyckx, Goossens, Soenens, & Beyers, 2006, dan Kerpelman dkk, dalam Luyckx, Goossens, Soenens, & Beyers, 2006). Dengan kata lain, eksplorasi merupakan bagaimana individu mencari informasi lebih jauh tentang siapa dirinya dan mencoba berbagai hal untuk mencari indentitas yang benar-benar sesuai dengan dirinya, terutama dalam media sosial. 2. Komitmen Komitmen mengacu pada tingkat investasi pribadi individu yang dinyatakan dalam suatu tindakan atau keyakinan (Schwartz, Luyckx, & Vignoles, 2011). Sedangkan komitmen menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), merupakan bagian dari perkembangan identitas dimana remaja menunjukan adanya suatu investasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan. Komitmen merupakan keputusan untuk mematuhi set tertentu seperti tujuan, nilai-nilai, dan keyakinan, apakah diri dimulai atau diadaptasi dari orang lain (Purwadi, 2004). Menurut Whitbourne (2012) komitmen merupakan individu yang memiliki rasa yang kuat, mengetahui siapa mereka, dan merasa yakin dengan pilihan yang telah mereka buat. Dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan suatu keputusan yang didasari dengan keyakinan bahwa individu telah menemukan identitas yang sesuai dengan dirinya. 2.2. Presentasi diri 2.2.1. Definisi presentasi diri Goffman (1959) berpendapat bahwa individu dapat mempresentasikan dirinya kepada orang lain yang berinteraksi dengannya. Menurut Goffman (dalam Rui & Stefanone, 2013) presentasi diri merupakan cara berekspresi secara selektif dengan memberikan informasi tentang diri mereka sendiri dan berhati-hati untuk menanggapi informasi dari orang lain. Tujuan dari presentasi diri adalah untuk membuat orang lain menerima gambaran seorang individu, dan untuk mencapai tujuan ini, individu harus menampilkan diri mereka sesuai dengan peran sosial dan memastikan bahwa individu lainnya menilai secara positif memahami gambaran diri mereka (Goffman, dalam Rui & Stefanone, 2013). Menurut Baumeister & Hutton (1987) presentasi diri merupakan perilaku yang mencoba untuk menyampaikan beberapa informasi tentang diri sendiri atau beberapa gambar dari diri sendiri kepada orang lain. Definisi tersebut sama halnya

10 dengan yang diutarakan oleh Aronson, Wilson & Akert (2010) bahwa presentasi diri merupakan sebuah upaya individu untuk membuat orang lain melihat mereka karena mereka ingin terlihat. 2.2.2. Strategi presentasi diri Dalam presentasi diri, ada beberapa strategi yang dapat dipergunakan untuk menunjukan siapa diri dari seorang individu. Menurut Brown (1998) presentasi diri memiliki 5 strategi yang dapat dipergunakan, yaitu : 1. Ingratiation Merupakan salah satu strategi yang terbilang sukses untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dikatakan karena ingratiation merupakan bentuk mempresentasikan diri seorang individu agar individu lain menyukai hal-hal yang ada dalam diri (Jones dan Wortman, dalam Brown, 1998). Menurut Lewis dan Neighbors (2005), ingratiation merupakan memberikan pujian atau ucapan kepada orang lain agar mendapatkan perhatian dari individu yang mengamati. Prilaku tersebut tidak lain adalah motif tersembunyi yang ditampilkan untuk mengambil simpati individu lain dan menempatkan agar individu tersebut dapat dipercaya dan memiliki perhatian yang lebih pada orang disekitarnya (Jones & Wortman, dalam Brown, 1998). 2. Self-Promotion Menurut Rosenfeld (dalam Soran & Balkan, 2013) Self-Promotion sering digunakan ketika individu merasa di tantang atau direndahkan oleh orang lain. Selfpromotion atau promosi diri merupakan suatu bentuk usaha yang meyakinkan individu lain tentang kompetensi yang dimiliki. Menurut Lewis dan Neighbors (2005), presentasi diri merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk meyakinkan orang lain bahwa ia mampu melakukan suatu hal. Tujuan dari selfpromotion ini adalah mempresentasikan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki agar orang disekitar berfikir bahwa individu ini cerdas, berkompeten, berbakat dan mampu melakukan apa yang Ia yakini dapat dilakukan (Brown, 1998). 3. Intimidation Menurut Brown (1998) intimidasi merupakan suatu hal yang ditunjukan oleh seorang individu mengenai dirinya yang memiliki bentuk kekuasaan tertentu agar mendapat perhatian lebih dari individu lainnya. Hal tersebut diyakini oleh seorang individu yang memahami strategi ini agar dirinya dapat dipandang sebagai individu

11 yang memiliki tekad, kebijaksanaan dan merasa layak untuk dihormati serta disegani banyak orang. 4. Exemplification Exemplification merupakan individu yang selalu berusaha menciptakan suatu kesan bahwa mereka unggul secara moral, berbakti, memiliki kemampuan lebih dan dipandang sebagai individu yang selalu benar dalam segala hal (Brown, 1998). Menurut Lewis dan Neighbors (2005) adanya exemplification menunjukan adanya komitmen atas apa yang akan ditunjukkan pada orang lain. 5. Supplication Menurut Brown (1998) supplication merupakan tindakan mempresentasikan diri dalam hal melebih-lebihkan kelemahan atau kekurangan yang dimiliki. Biasanya individu yang menggunakan strategi presentasi diri ini memiliki latar belakang kasus yang tidak berkenan dalam hidupnya seperti merasa depresi atau memiliki permasalahan secara psikologis ( Gove, Hughes & Geerken, 1980 dalam Brown 1998). Menurut Lewis dan Neighbors (2005), supplication merupakan tindakan yang bertujuan untuk meminta dan menerima kasih sayang, perhatian dan bantuan dari orang lain. Maka dari itu individu yang menggunakan strategi ini lebih ingin menjadi pusat perhatian dari kelemahan atau kekurangan yang dimiliki dan dapat bergantung pada orang lain. 2.2.3. Online presentasi diri Subrahmanyam & Šmahel (2011) berpendapat bahwa disamping presentasi diri ada satu hal bernama presentasi diri secara online. Presentasi diri secara onlinemerupakan suatu cara yang berbeda yang dipergunakan oleh seorang individu untuk menampilkan dirinya dalam lingkup pengguna online (Subrahmanyam & Šmahel, 2011). Presentasi diri secara online merupakan sebuah subjek yang kompleks yang membentuk sebuah presentasi diri untuk diperlihatkan keseluruh individu lain secara online. Adanya teman di jejaring sosial, adanya testimonial, sharing tentang keseharian, foto, video dan semua tentang satu individu kepada orang lain merupakan unsur penting dalam presentasi diri secara online (Counts & Stecher, 2009). Dari pengertian yang ada dapat disimpulkan, presentasi diri secara online merupakan sebuah cara untuk menarik perhatian individu lain dalam konteks online.

12 2.3. Remaja 2.3.1. Definisi remaja Menurut Marcia (dalam Purwadi, 2004) remaja merupakan salah satu tahapan tentang hidup manusia yang sangat penting untuk pembentukan identitas. Menurut Erikson (1959) masa remaja merupakan masa yang paling penting dari seluruh tahapan perkembangan. Remaja merupakan sebuah tahapan utama dimana dari masa transisi anak-anak hingga dewasa, mereka harus belajar dan menempatkan diri menjadi individu yang dewasa. Para remaja akan mencari identitasnya dan mencoba mencari tahu kebenaran akan dirinya (McLeod, 2013). Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan sebuah masa dimana mereka terus mencari jati diri yang sesuai selama tahap perkembangannya. 2.3.2. Tahapan remaja Selama dalam perkembangan hidup, remaja merupakan tahapan dimana mereka mencari tau siapa mereka dan dimana mereka akan hidup. Hal tersebut sejalan dengan tahapan perkembangan Erickson (dalam Santrock, 2012) yaitu identity vs role confusion. Masa remaja adalah masa perubahan besar yang dimulai dari perubahan bentuk tubuh, penyesuaian sosial dan akademik hingga mendapatkan Self-Image (Fleming, 2004). Masa remaja merupakan permulaan terjadinya krisis identitas, atau dalam istilah Erikson (1968) yaitu "titik balik dari peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi" (Fleming, 2004). Tahap ini adalah sebuah tahap dimana individu akan memilih nilai-nilai dan keyakinan untuk diri sendiri. Individu tersebut akan mengalami masa krisis dalam pencarian identitas mereka. Masa krisis yang ditandai dengan kebingungan terhadap identitas mereka akan berakhir apabila orang tua mencoba untuk menyesuaikan pemikiran mereka dengan pemikiran remaja pada saat itu (Lint, 2011). Erickson (dalam McLeod, 2013) mengemukakan bahwa di tahap identity vs role confusion, para remaja akan membentuk identitas mereka sendiri berdasarkan hasil eksplorasi. Dalam bereksplorasi, munculnya kegagalan dapat mengakibatkan kebingungan dan memunculkan rasa tidak yakin pada diri sendiri. Untuk menanggapi adanya kebingungan tersebut (biasa disebut dengan krisis identitas), para remaja akan bereksperimen dalam hal gaya hidup hingga mendapatkan identitas yang sesuai dengan dirinya.

13 2.4. Kerangka berfikir Media sosial merupakan sebuah wadah dimana pengguna dapat dengan mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan konten, termasuk blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual (Meyfield, 2008). Saat ini, penggunaan media sosial dikalangan remaja sangat dibutuhkan untuk bertukar informasi, mulai dari informasi seputar sekolah atau pembelajaran hingga informasi seputar hobi, gossip hingga berita-berita terbaru yang menjadi perhatian semua orang. DKI Jakarta sebagai Ibu Kota negara merupakan salah satu dari berbagai kota yang ada di seluruh dunia yang termasuk dalam pengguna aktif media sosial. Menurut Fauzi (2015) berdasarkan penelitian yang dilakukan, di Indonesia, rata-rata pengguna media sosial adalah remaja umur 9-13 tahun dengan tolak ukur 10 media sosial yang sering dipergunakan. Media sosial saat ini menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan tersebut antara lain adalah kebutuhan bertukar informasi yang beredar luas di kalangan masyarakat. Beberapa media sosial yang sering dipergunakan oleh para remaja saat ini adalah Line, Facebook, BBM, YouTube dan Twitter yang menempati posisi 5 peringkat teratas pengguna media sosial di Indonesia (Fauzi, 2015). Adanya internet di zaman modern ini disusul dengan banyaknya penggunaan smartphone dikalangan remaja membuat banyak individu berkeinginan untuk mempresentasikan dirinya agar diketahui oleh banyak orang, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Meningkatnya penggunaan media sosial saat ini menjadi salah satu pilihan untuk mempresentasikan diri individu kepada orang lain. Tingginya angka penggunaan media sosial di Indonesia membuat para remaja pengguna media sosial mengeksplorasi segala informasi yang terbaru dalam lingkungan masyarakat, mulai dari pendidikan, politik hingga hobi. Banyak remaja yang menggunakan media sosial mulai menunjukan siapa dirinya kepada followers atau teman-teman di media sosial dengan menunjukan identitasnya. Beragam media sosial yang ada memfasilitasi remaja untuk mencari tahu tentang identitasnya. Dalam fase ini, remaja merupakan tahap ke 5 dari 8 tahap Erikson yaitu tahap yang disebut dengan identity vs role confusion. Fase tersebut melatar belakangi tahapan remaja yang mencari identitas yang pas bagi dirinya diantara banyak kebingungan atau krisis yang dirasakan. Untuk mencari tahu tentang identitas seorang individu melalui media sosial yang dimiliki atau di lingkungan sosial, para remaja biasa melakukan presentasi diri. Menurut

14 Baumeister dan Hutton (1987) presentasi diri merupakan perilaku yang mencoba untuk menyampaikan beberapa informasi tentang diri sendiri atau beberapa gambar dari diri sendiri kepada orang lain. Presentasi diri dapat dilakukan menggunakan berbagai strategi presentasi diri. Banyak strategi yang dapat dipergunakan oleh individu untuk mempresentasikan dirinya agar mendapat tanggapan dan perhatian dari orang disekitarnya. Pertama adalah ingratiation yang dapat membuat orang lain menjadi simpati dan percaya agar dirinya mendapat perhatian lebih. Contoh yang dapat disajikan oleh ingratiation adalah memberikan ucapan kepada teman yang berulang tahun melalui facebook, dengan tujuan agar individu yang memberi pujian terlihat memiliki perhatian lebih pada temannya dengan mengingat hari ulang tahunnya. Kedua adalah self-promotion, yaitu mempresentasikan kemampuan yang dimiliki agar orang lain mengakui bahwa dirinya pintar, berbakat dan cerdas. Sebagai contoh, menunjunjukan riwayat pendidikan di lembaga pendidikan internasional dalam media sosial yang dimiliki agar dianggap pintar dan beruntung bisa menempuh pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Ketiga adalah intimidation. Yang dimaksud dengan intimidation yaitu membuat orang lain merasa bahwa dirinya adalah orang yang berkuasa dan disegani banyak orang. Sebagai contoh, seorang pria mengunggah fotonya yang sedang menggunakan pakaian dinas TNI lengkap di media sosial dengan tujuan bila suatu saat bertemu di lingkungan sosial, dirinya merasa disegani banyak orang dan merasa dihormati. Yang keempat adalah exemplification, yaitu menciptakan suatu kesan bahwa dirinya adalah individu yang berkemampuan lebih dan selalu benar dalam bertindak. Dapat diambil contoh yaitu seorang pelajar mengunggah foto dan memperikan kata-kata dibawah fotonya ketika Ia menang Lomba Cerdas Cermat di sekolahnya. Hal tersebut dilakukan karena pelajar tersebut ingin dikenal sebagai pribadi yang berkemampuan lebih dalam segala hal. Yang kelima adalah supplication. Supplication merupakan suatu tindakan dengan cara melebih-lebihkan kekurangan yang dimiliki agar orang lain memperhatikannya. Sebagai contoh, X mengunggah foto bila Ia sedang sakit. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah banyak orang yang memperhatikannya atau tidak.

15 Strategi tersebut dapat dilakukan apabila dirinya melakukan banyak melakukan eksplorasi dalam mencari informasi seputar dirinya yang akan dipesentasikan kepada individu lainnya. Contoh dari eksplorasi yang sering dilakukan oleh remaja adalah membuat banyak akun dari berbagai media sosial yang sedang melambung popularitasnya karena sering dipergunakan para remaja. Membuat berbagai macam akun media sosial yang dilakukan juga sama dengan bereksplorasi dalam mencari sosial media mana yang pas untuk dirinya. Selain melakukan banyak eksplorasi, remaja saat ini juga harus memiliki komitmen untuk memilih salah satu dari apa yang ingin dibagikan secara luas pada pengguna media sosial lainnya seputar dirinya. Contoh dari komitmen pada remaja adalah dengan menampilkan seluruh data diri di media sosial yang telah ditentukan. Remaja tersebut telah mengambil keputusan untuk menampilkan data dirinya di media sosial agar dapat diketahui oleh teman-teman yang ada di media sosialnya. Dengan melakukan presentasi diri, remaja akan mendapat tanggapan baik positif maupun negatif dari orang disekitarnya. Dari tanggapan tersebut, identitas remaja dapat terbentuk. Ia akan mengetahui siapa dirinya dan seperti apa dirinya dari pendapat orang lain. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakanlah berbagai strategi yang dapat menghasilkan informasi mengenai dirinya. Hal tersebut sejalan dengan identitas ego yang dikembangkan oleh Erikson (dalam Moshman, 2011) yang menyatakan bahwa identitas ego merupakan rasa diri yang sadar dari manusia yang berkembang melalui interaksi sosial. Dengan adanya interaksi sosial, identitas seseorang remaja akan berkembang dan remaja akan membentuk identitasnya untuk meminimalisir terjadinya krisis identitas yang dapat menimbulkan sebuah kebingungan atau ketidak pastian atas identitas yang akan dipilih. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada hubungannya antara eksplorasi dan komitmen sebagai dimensi identitas ego dengan penggunaan strategi presentasi diri pada remaja, dan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah dimensi eksplorasi dan komitmen serta beberapa strategi presentasi diri sepert ingratiation, selfpromotion, intimidation, exemplification dan supplication. Pada penelitian ini, peneliti memiliki asumsi bahwa remaja yang bereksplorasi di media sosial cenderung menggunakan strategi ingratiation, strategi self-promotion, strategi intimidation, strategi exemplification, dan strategi supplication. Dengan kata lain, adanya eksplorasi

16 yang dilakukan oleh remaja memiliki hubungan dengan salah satu atau beberapa strategi presentasi diri. Banyaknya strategi presentasi diri yang dipergunakan menandakan ada hubungannya dengan remaja yang masih melakukan eksplorasi dalam mencari identitas atau jati diri yang pas dengan dirinya. Sedangkan, apabila remaja telah memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial cenderung menggunakan strategi ingratiation, strategi self-promotion, strategi intimidation, strategi exemplification, dan strategi supplication. Dengan kata lain, bila remaja sudah memiliki komitmen maka terdapat hubungan dalam penggunaan media sosial dengan salah satu atau beberapa strategi presentasi diri. Namun, banyaknya strategi presentasi diri yang dipergunakan belum tentu memiliki hubungan timbal balik dengan adanya komitmen yang dimiliki oleh remaja. Eksplorasi Komitmen Ingratiation Self-Promotion Intimidation Exemplification Supplication Gambar 2.1 Kerangka berpikir Sumber : Tabel Peneliti