BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia maya. Dalam hidupnya, individu dapat menghabiskan waktu jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya (Marc, 2001). Angka pengguna internet di Indonesia juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, sebanyak 104,2 juta penduduk Indonesia mengakses internet (statista, 2016a). Terlebih, angka penggunaan media sosial mengalami peningkatan sebesar 8.7% atau bertambah sekitar 176 juta orang pengguna dalam satu tahunnya (Noviandari, 2015). Berdasar data statistik tahun 2014 angka pengguna media sosial di Indonesia telah mencapai ± 100 juta orang pengguna (Telkom, 2014), hampir semua pengguna media sosial tersebut masih ada dalam usia remaja. Tahun 2016, sebanyak 80,9% pengguna internet di Indonesia ada dalam rentang usia tahun dan mengakses media sosial internet melalui telepon genggamnya (mobile phone) (statista, 2016c). Bagi remaja, menggunakan jejaring sosial adalah bagian yang sangat penting dalam hidupnya (Helmi & Pertiwi, 2012). Remaja mendominasi penggunaan media sosial atau jejaring sosial karena sedang mengalami fase perubahan, berada dalam masa pembentukan identitas diri, serta belajar beradaptasi dengan lingkungan, hal ini dilakukan oleh remaja melalui 1

2 2 pembentukan jalinan pertemanan yang lebih luas (Borca, Bina, Keller, Gilbert, & Begotti, 2015; Santrock, 2012), salah satunya melalui internet, seperti media sosial. Sebanyak 91.2% remaja di Indonesia memiliki akun media sosialnya (Hanjani, 2013). Remaja menggunakan media sosial untuk mengungkapkan apa yang tengah dirasakan, berbagi mengenai aktivitas yang sedang dilakukan, serta memperluas dan memperdalam jalinan pertemanan (Hum, Chamberlin, Hambright, Portwood, Schat, & Bevan, 2011). Bagi remaja, mendapatkan dukungan dan pengakuan dari lingkungan sekitar akan menjadikan dirinya individu yang lebih berharga di tahapan perkembangan kehidupan selanjutnya (Santrock, 2012). Selain untuk memperluas pertemanan, pengguna media sosial menggunakan akunnya untuk berbagai macam fungsi lain, seperti membentuk identitas, berkomunikasi dengan orang-orang terdekat, mencari informasi dan hiburan, mengurangi kejenuhan (Borca, Bina, Keller, Gilbert, & Begotti, 2015), berkomunikasi dengan teman dekatnya di dunia nyata (Gross, 2004), berbagi informasi personal, mensubstitusi dan melakukan kompensasi terhadap kehidupan nyata yang tidak memiliki teman (Song, Seelig, Kim, Drent, Victor, & Omori, 2014), mengungkapkan emosi, serta mencari pengakuan dari pengguna lain (Tifferet & Yavetz, 2014). Berbagai hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak variasi gaya komunikasi. Meskipun terdapat beragam tujuan penggunaan media sosial, pada remaja media sosial juga digunakan untuk eksplorasi identitas diri, seksualitas, intimasi, dan juga mencari pengetahuan atau dukungan dalam hal akademis (Borca, Bina, Keller, Gilbert, & Begotti, 2015). Pembentukan identitas diri pada remaja

3 3 merupakan hal yang sangat esensial (Passer & Smith, 2009; Santrock, 2012). Tujuan penggunaan media sosial kerap kali berhubungan dengan kepribadian individu. Individu dengan karakter ekstraversi cenderung lebih sering mengunggah status dan foto, memberi komentar, serta memiliki jumlah teman yang lebih banyak di dalam media sosialnya, Facebook. Sedangkan individu yang memiliki tingkat narsisme tinggi senang menuliskan status (Lee, Ahn, & Kim, 2014). Beragam aktivitas yang dilakukan oleh individu di dunia maya pada dasarnya bertujuan untuk memperlihatkan diri sehingga mendapat perhatian dari pengguna lain. Media sosial menyediakan beragam layanan untuk individu agar dapat membangun online self sesuai dengan diri idealnya. Beberapa platform media sosial menyediakan layanan untuk menulis status, membuat note, mengunggah foto dan video, bahkan memberikan layanan berkirim pesan secara langsung atau chatting (Junco & Cole-Avent, 2008). Di dalam profil akun media sosial, foto menjadi sorotan utama dan yang pertama kali dilihat oleh pengunjung profil, sehingga seseorang selalu ingin terlihat baik di dalam foto profilnya (Hum, Chamberlin, Hambright, Portwood, Schat, & Bevan, 2011; Dhir, Kaur, & Nieminen, 2016), baik dengan cara mengedit atau mem-filter, maupun menyaring konten yang ingin ditampilkan melalui media sosial. Dahulu banyak individu mengunggah foto melalui akun Facebook, Facebook tercatat menjadi salah satu Social Networking Sites (SNS) atau jejaring sosial yang paling sering digunakan untuk mengunggah foto (Rainie & Brenner, 2012), hingga Instagram hadir. Instagram menawarkan fasilitas edit

4 4 foto bagi penggunanya, sehingga dapat meningkatkan image positif individu (Chua & Chang, 2016). Lalu lintas penggunaan Instagram cukup tinggi, sebanyak lebih dari 80 juta foto diunggah melalui Instagram setiap harinya (Stern, 2015). Perilaku sadar individu dalam mengunggah foto melalui media sosial untuk membentuk image tertentu, menunjukkan adanya self-presentation yang dapat diamati melalui foto profil akun media sosial. Instagram pertama kali diluncurkan pada 6 Oktober 2010 (Instagram, 2014), meski tergolong baru, pengguna Instagram pada tahun 2015 sudah mencapai 400 juta orang pengguna dengan Indonesia sebagai salah satu pengguna terbanyak di daerah Asia selain Jepang (detik, 2015). Pengguna beralih ke Instagram karena Instagram memungkinkan penggunanya untuk berbagi momen-momen spesial melalui foto, disertai dengan komentar/caption sederhana, serta lebih memungkinkan individu untuk membangun citra positif mengenai dirinya. Instagram juga menjadi penting untuk membangun personal branding dengan mengunggah foto yang menunjukkan keterlibatan individu dalam suatu aktivitas, seperti atlet untuk meningkatkan popularitas dan kredibilitasnya (Geurin- Eagleman & Burch, 2015). Berdasar studi preliminari yang dilakukan pada remaja pengguna Facebook, meskipun Facebook masih menjadi media sosial dengan pengguna terbanyak, tetapi berbeda dengan remaja di luar negeri yang menjadikan Facebook sebagai media sosial utamanya, remaja di Indonesia saat ini tidak lagi aktif di dalam Facebook. Facebook dihubungkan dengan akun media sosial yang lain seperti

5 5 Instagram, sehingga ketika mengunggah foto melalui Instagram dapat membangun citra diri di berbagai media sosial lain yang terhubung. Instagram dengan fasilitas berupa album foto, bukan hanya dinilai sebagai tempat untuk menyimpan kenangan, tetapi dijadikan penggunanya untuk membentuk identitas diri dan berkomunikasi dengan pengguna lain (van Dijck, 2008). Beberapa remaja memilih menggunakan Instagram untuk mendapatkan pengakuan serta mencari informasi mengenai standar diri dan mengetahui bagaimana orang lain melihat dirinya, khususnya secara fisik (Chua & Chang, 2016), serta menunjukkan kompetensi kepada pengguna lain dan melihat atau membandingkannya. Di dalam mengunggah foto melalui media sosial, khususnya Instagram, pengguna biasa mengedit fotonya sesuai dengan standar baik atau cantik yang dipersepsikannya dari pendapat orang lain (Chua & Chang, 2016). Melalui media sosial, individu mendapatkan standar hidup, yang dapat berkontribusi pada pembentukan identitas diri dan kepuasan terhadap pengakuan dari orang lain. Beragam aktivitas yang dilakukan individu di dalam media sosial pada dasarnya didorong oleh alasan tertentu. Alasan utama individu memilih terlibat dalam suatu aktivitas di media sosial adalah mempresentasikan dirinya secara eksplisit (Tifferet & Yavetz, 2014), disebut self-presentation. Self-presentation atau presentasi diri adalah cara individu menunjukkan dirinya kepada orang lain dengan tujuan mendapat kepercayaan (Gilovich, Keltner, & Nisbett, 2011), karena individu tidakhanya hidup di dunia nyata, maka saat ini individu juga memiliki online self-presentation (Baron & Branscombe, 2012).

6 6 Dapat dipastikan bahwa hampir di semua platform dunia maya, individu memiliki presentasi diri yang berbeda-beda. Meski dapat berubah sesuai dengan konteksnya (Baron & Branscombe, 2012), presentasi diri tetap penting untuk mengetahui alasan utama seseorang menggunakan media sosial, alasan individu mengunggah foto, dan menulis status. Penelitian dengan topik ini mengalami peningkatan sejak akhir tahun 2014, tetapi hampir semua penelitian dengan tema self-presentation berkutat presentasi diri di dalam Facebook. Hanya sedikit penelitian yang mengambil tema Instagram. Padahal, saat ini Instagram menjadi salah satu jenis media sosial dengan peningkatan pengguna aktif mencapai 100 juta orang pengguna dalam satu tahun (detik, 2015), dengan jutaan foto ter-upload setiap harinya. Tidak hanya itu, layanan dalam Instagram yang memungkinkan individu menghubungkan dengan platform media sosial lain, menjadikan pengunggahan foto disertai caption di dalam Instagram juga membangun presentasi diri individu pada media sosialnya yang lain. Selain kemampuan menghubungkan dengan platform lain, presentasi diri dalam Instagram menjadi menarik karena dapat mengungkap self-presentation dari dua hal yang di-post secara bersamaan, yaitu foto dan caption. Presentasi diri yang diungkap di dalam Instagram juga berbeda dengan presentasi diri individu yang diunggah melalui platform media sosial lain. Pada Instagram, gambar yang diunggah memiliki banyak arti atau powerful, sehingga individu terutama remaja pengguna media sosial cenderung akan mengunggah positive body image di dalam foto atau gambar yang diunggahnya (Chua & Chang, 2016). Sedangkan dalam presentasi diri platform lain, citra diri yang dibangun cenderung tidak terlalu

7 7 menggambarkan body image, tetapi lebih kepada aspek karakteristik individu, seperti dominansi, emosional, dll. (Tifferet & Yavetz, 2014). Hingga saat ini, studi yang berfokus pada self-presentation dalam Instagram belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi presentasi diri online dengan mencari tahu alasan individu remaja pengguna Instagram mengunggah foto dan melakukan aktivitas dalam akun Instagramnya. B. Rumusan Masalah Berasal dari uraian-uraian di atas, maka muncul rumusan masalah mengenai Bagaimana presentasi diri remaja usia SMA yang dilihat dari perilaku penggunaan media sosial Instagram, apa saja aspek presentasi diri dalam menggunakan Instagram, dan bagaimana dinamika psikologisnya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi presentasi diri online (online self-presentation) remaja usia SMA pengguna platform media sosial Instagram, termasuk di dalamnya menguraikan aspek presentasi diri dalam menggunakan Instagram, serta dinamika psikologis presentasi diri remaja pengguna media sosial Instagram dalam menggunakan akun miliknya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat secara teoretis yang didapatkan dari penelitian ini adalah bertambahnya kajian psikologis yang membahas mengenai online selfpresentation remaja dalam menggunakan platform media sosial Instagram. Selain

8 8 itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memahami lebih dalam alasan individu dalam menggunakan media sosial Instagram, aspek, faktor, dan dinamika psikologis presentasi diri online remaja dalam menggunakan Instagram. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi untuk memahami dinamika remaja dalam menggunakan media sosial Instagram dan memahami aspek presentasi diri dalam media sosial Instagram.