BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TELAAH TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengertian dan Penalaran Konsep Produktivitas

Model Summary b. a. Predictors: (Constant), insentif, pengalaman, pendidikan, umur, upah b. Dependent Variable: produktivitas.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Direktorat Pembukaan Tanah (DPT) Jawatan Transmigrasi pada tahun Setelah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. diresmikan pada tanggal 29 Juni tahun 2005, sebelumnya Kelurahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bendungan Way Rarem terletak di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT.

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI PETANI KEBUN KARET DI DESA MENANGA JAYA KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim di Desa Sumber Makmur memiliki curah hujan yaitu 2.800 mm dengan bulan hujan 7-8 bulan dan suhu rata-rata harian 28 C. tempat di desa tersebut yaitu 28 mdpl dengan bentang wilayah datar. Beberapa kegunaan lahan di Desa Sumber Makmur yaitu untuk lahan perkebunan seluas 588 hektare, pemukiman 301 hektare, dan sisanya adalah untuk fasilitas umum. Jenis perkebunan di Desa Sumber Makmur yaitu berupa perkebunan sawit seluas 235 hektare dan perkebunan karet seluas 353 hektare. Selain perkebunan, terdapat juga lahan untuk tanaman pangan yaitu berupa jagung seluas 2 hektare dan singkong seluas 10 hektare. Pemeliharaan peternakan di Desa Sumber Makmur berupa sapi, ayam, kambing, dan bebek dengan total populasi secara keseluruhan sebanyak 1.144 ekor. Jumlah penduduk Desa Sumber Makmur ada sebanyak 2.027 jiwa, dengan komposisi penduduk lelaki ada sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.069 jiwa. Adapun kepadatan penduduk desa adalah 228 orang / km 2. Batas Desa Sumber Makmur yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Catur Karya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penawar Rejo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Agung Dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Penawar Jaya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sumber Makmur dapat dilihat pada tabel 4.1. Pekerjaan warga Desa Sumber Makmur terbanyak adalah berprofesi sebagai buruh swasta sebanyak 536 jiwa (26%), dalam hal ini pekerjaan buruh swasta yang dimaksud adalah yang bekerja pada sektor hilirisasi pabrik pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud adalah yang bekerja sebagai wirausaha seperti tukang cukur, tukang jahit, montir bengkel, dan lainnya. 15

Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumber Makmur No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Buruh Swasta 536 68,6 2 Buruh Tani 80 10,2 3 Pedagang 50 6,4 4 Petani 24 3,1 5 Peternak 20 2,6 6 PNS 17 2,2 7 Guru 8 1 8 Bidan 1 0,1 9 Pekerjaan lainnya 45 5,8 Jumlah 781 100 Sumber : Data Mata Pencaharian Kelurahan Sumber Makmur Tahun 2015 Pengambilan 40 responden berasal dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang. Nama ketiga perusahaan tersebut adalah CV.SINTUA, CV.KEMI JAYA, dan CV.STP. Luas lahan di CV.SINTUA adalah 50 hektare (ha), dimana TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 40 ha dan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) seluas 10 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun. Luas lahan di CV.KEMI JAYA adalah 46 ha, dimana TM seluas 40 ha dan TBM seluas 6 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 20 tahun. Luas lahan di CV.STP adalah 24 ha, dimana TM seluas 20 ha dan TBM seluas 4 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun. Sistem alur pekerjaan di semua perusahaan karet di Desa Sumber Makmur sama, yaitu yang pertama adalah absen kehadiran, kemudian mulai menyadap getah di blok areal masing-masing, setelah menyadap getah dikumpulkan kedalam wadah plastik atau ember tampungan yang sudah dibawa oleh setiap buruh, kemudian getah dibawa ke area titik kumpul untuk ditimbang hasil sadapan terlebih dahulu, setelah itu karet kemudian dicetak kedalam wadah yang sudah disiapkan, kemudian setelah dicetak karet kembali ditimbang hasil cetakannya karena untuk mengetahui susutnya, setelah itu karet disimpan didalam gudang sampai seminggu kemudian dijual oleh pihak perusahaan. 16

4.2. Gambaran Responden Dalam penelitian ini menampilkan hasil penelitian tentang produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur dimana gambaran variabel yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif yang akan dibahas. Apakah variabel-variabel yang dimaksud diatas berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerjaannya sebagai buruh sadap karet. Dalam penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 40 responden yang diambil dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang. Pengukuran pendapatan upah berasal dari hasil getah karet yang didapat dalam kilogram (kg) dikalikan dengan standar upah masing-masing perusahaan dalam rupiah (Rp), sedangkan pengukuran pendapatan insentif berasal dari yaitu yang pertama dari tingkat kehadiran, yaitu jika hadir setiap hari selama sebulan mendapat bonus sebesar Rp.120.000,-/bulan, tetapi jika tidak hadir akan dikurangi sebesar Rp.5.000,-/hari. Yang kedua yaitu kebersihan getah dalam wadah, apabila kebersihan getah dijaga setiap hari, akan mendapatkan bonus tambahan sebesar Rp.20.000,-/bulan, tetapi jika tidak bersih tidak mendapat bonus. Sedangkan pengukuran pendapatan berasal dari penjumlahan tingkat upah ditambah insentif. 4.2.1. Produktivitas Responden Tingkat produktivitas responden dapat dilihat pada tabel 4.2. Produktivitas buruh sadap karet adalah perbandingan hasil sadapan yang dicapai buruh sadap per bulan. Keberhasilan operasi perusahaan akan tergantung pada produktivitas kerja dari tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut langsung berhubungan dengan operasi perusahaan dan pemanfaatan waktu sepenuhnya, juga tergantung pada mereka. Berdasarkan perhitungan matematis, jenis tingkat produktivitas responden dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) kelas, yaitu sangat rendah (400-430 kg), cukup rendah (431-460 kg), rendah (461-490 kg), sedang (491-520 kg), cukup tinggi (521-550 kg), dan tinggi (551-580 kg). Rata-rata produktivitas kerja buruh sadap adalah 484,2 kg/bulan. 17

Tabel 4.2. Tingkat Produktivitas Responden Produktivitas No. Kg Tingkat Produktivitas 1 400-430 Sangat 2 431-460 3 461-490 4 491-520 Sedang 5 521-550 6 551-580 4.2.2. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan umur responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang umur dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur No. Umur (Th) Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (521-550) Jumlah (461-490) (491-520) (551-580) 1 23-28 1 2 2 1 - - 6 2 29-34 1 1 2 4 2-10 3 35-40 3 2 2 1 4 2 14 4 41-46 1 3 1-1 1 7 5 47-52 - - - - 1-1 6 53-58 1-1 - - - 2 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Dari tabel 4.3, terlihat pada kelompok umur 23-28 tahun, dari sebanyak 6 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah dan rendah. Pada kelompok umur 29-34 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada kelompok umur 35-40 tahun, dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 41-46 tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Pada kelompok umur 47-52 tahun, dari sebanyak 1 buruh terdapat 18

1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 53-58 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan rendah. Rata-rata umur buruh sadap karet adalah 36,4 tahun. Dari tabel diatas tidak terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara umur dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola mengacak (tidak teratur) antara umur dan produktivitas buruh sadap pada tabel. 4.2.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pendidikan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pendidikan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan (Th) Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (461-490) (491-520) (521-550) (551-580) Jumlah 1 1-2 - - - - 2-2 2 3-4 2 2 - - - 1 5 3 5-6 1 2 2 2 4 1 12 4 7-8 2 1 3 1 - - 7 5 9-10 2 1 2 3 1 1 10 6 11-12 - 2 1-1 - 4 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Dari tabel 4.4, terlihat pada kelompok pendidikan 1-2 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 3-4 tahun, dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan cukup rendah. Pada kelompok pendidikan 5-6 tahun, dari sebanyak 12 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 7-8 tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas rendah. Pada kelompok pendidikan 9-10 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada 19

kelompok pendidikan 11-12 tahun, dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Rata-rata pendidikan buruh sadap karet adalah 7,025 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan SMP. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola antara pendidikan dan produktivitas buruh sadap pada tabel. 4.2.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman Kerja Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pengalaman kerja responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pengalaman kerja dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman No Pengalaman (Th) Kerja Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (461-490) (491-520) (521-550) (551-580) 1 3-4 - 1 1 - - - 2 2 5-6 3 6 1 1 - - 11 3 7-8 3 1 1 3 - - 8 4 9-10 1-2 1 2-6 5 11-12 - - - 1 3 1 5 6 13-14 - - 2-2 1 5 7 15-16 - - 1-1 1 3 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Jumlah Dari tabel 4.5, terlihat pada pengalaman kerja (3-4 tahun), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah dan rendah. Pada pengalaman kerja (5-6 tahun), dari sebanyak 11 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada pengalaman kerja (7-8 tahun), dari sebanyak 8 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah dan sedang. Pada pengalaman kerja (9-10 tahun), dari sebanyak 6 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (11-12 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 3 buruh sadap 20

dengan produktivitas cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (13-14 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (15-16 tahun), dari sebanyak 3 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas rendah, cukup tinggi, dan tinggi. Rata-rata pengalaman kerja buruh sadap karet adalah 8,8 tahun. Dari tabel diatas mulai terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap karet. 4.2.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan tingkat upah responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang tingkat upah dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah No. Tingkat Upah (Ribu Rp) Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (461-490) (491-520) (521-550) (551-580) Jumlah 1 601-650 6 - - - - - 6 2 651-700 1 7 1 - - - 9 3 701-750 - 1 6 1 - - 8 4 751-800 - - 1 5 2-8 5 801-850 - - - - 5 2 7 6 851-900 - - - - 1 1 2 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Dari tabel 4.6, terlihat pada tingkat upah (Rp.601.000,- s/d Rp.650.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada tingkat upah (Rp.651.000,- s/d Rp.700.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 7 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada tingkat upah (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada tingkat upah (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas sedang. Pada tingkat upah (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 7 buruh terdapat 5 21

buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada tingkat upah (Rp.851.000,- s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi dan tinggi. Rata-rata tingkat upah buruh sadap karet adalah Rp.735.150,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap karet. 4.2.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan insentif responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang insentif dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif No. Insentif (Ribu Rp) Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (461-490) (491-520) (521-550) (551-580) 1 100-107 2 - - 1 - - 3 2 108-114 - 1 - - - - 1 3 115-121 2-1 - 1-4 4 122-128 - - 2 1 1-4 5 129-135 3 3 3-4 1 14 6 136-142 - 4 2 4 2 2 14 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Jumlah Dari tabel 4.7, terlihat pada insentif (Rp.100.000,- s/d Rp.107.000,-), dari sebanyak 3 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.108.000,- s/d Rp.114.000,-), dari sebanyak 1 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.115.000,- s/d Rp.121.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.122.000,- s/d Rp.128.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif (Rp.129.000,- s/d Rp.135.000,-), dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada insentif (Rp.136.000,- s/d Rp.142.000,-), 22

dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah dan sedang. Rata-rata insentif buruh sadap karet adalah Rp.130.380,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara insentif dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara insentif dengan produktivitas buruh sadap karet. 4.2.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pendapatan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pendapatan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan No. Pendapatan (Ribu Rp) Sangat (400-430) (431-460) Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Sedang (461-490) (491-520) (521-550) (551-580) 1 701-750 3 - - - - - 3 2 751-800 4 2 - - - - 6 3 801-850 - 5 4 - - - 9 4 851-900 - 1 4 3 - - 8 5 901-950 - - - 3 3-6 6 951-1000 - - - - 5 3 8 Jumlah 7 8 8 6 8 3 40 Jumlah Dari tabel 4.8, terlihat pada pendapatan (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 3 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.851.000,- s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif (Rp.901.000,- s/d Rp.950.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sedang dan cukup tinggi. Pada insentif (Rp.951.000,- s/d Rp.1.000.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Rata-rata pendapatan buruh sadap karet adalah 23

Rp.865.900,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara produktivitas dengan pendapatan buruh sadap karet. 4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Dan Pembahasan Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan dengan menguraikan model dari analisis regresi berganda dan model dari analisis regresi sederhana. Analisis terhadap regresi berganda ini menunjukan pengaruh dari variabel bebas: umur (X 1 ), pendidikan (X 2 ), pengalaman kerja (X 3 ), tingkat upah (X 4 ), insentif (X 5 ) terhadap variabel tidak bebas : produktivitas buruh sadap (Y), dengan persamaan sebagai berikut : Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 Y = -4,184 + 0,141 X 1-1,304 X 2 + 1,345 X 3 + 0,589 X 4 + 0,367 X 5 Analisis secara serempak pada model regresi berganda ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi berganda menunjukan nilai koefisien determinasi (R 2 adjusted) 0,969. Ini menunjukan sekitar 96,90% variasi dari variabel produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang meliputi : umur, pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif, sedangkan sisanya 3,1% variasi dari produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi berganda diatas. Adapun signifikansi model regresi berganda ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (242,115) > F tabel (2,49), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara variabel bebas terhadap Produktivitas (Y). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Dengan melihat hipotesis didalam bab sebelumnya terdapat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Umur (X 1 ) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y) 2. Pendidikan (X 2 ) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y) 3. Pengalaman (X 3 ) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y). 24

4. Upah (X 4 ) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y). 5. Insentif (X 5 ) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y). 6. Produktivitas (Y) berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Z) Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai koefisien regresi dari variabel akan diuji signifikansinya : H 0 = Variabel (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y) H 1 = Variabel (X) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Dasar pengambilan keputusan : H 0 diterima dan H 1 ditolak jika nilai t hitung < t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05) atau jika tingkat signifikansi 95%. H 0 ditolak dan H 1 diterima jika nilai t hitung > t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05) atau jika tingkat signifikansi 95%. Tabel 4.9. Hasil Uji Komputasi Regresi Berganda No Variabel Parameter Dugaan (b) Nilai t hitung Taraf Uji (α=0,05) Tingkat Signifikansi 1 Konstanta (b 0 ) -4,184-0,170 0,866-2 Umur (X 1 ) 0,141 0,637 0,528 Tidak signifikan 3 Pendidikan (X 2 ) -1,304 (2,428) 0,021 Signifikan 4 Pengalaman kerja (X 3 ) 1,345 2,046 (*) 0,049 Signifikan 5 Tingkat upah (X 4 ) 0,589 19,766 (*) 0,000 Signifikan 6 Insentif (X 5 ) 0,367 2,685 (*) 0,011 Signifikan R 2 adjusted = 0,969 F hitung = 242,115 F tabel = 2,49 t tabel = 2,032 Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. 4.3.1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel umur (X 1 ) nilai t hitung sebesar 0,637 < t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,528 > 0,05. Sedangkan nilai b 1 umur adalah sebesar 0,141 artinya jika umur bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,141 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak, yang artinya usia (X 1 ) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang umur yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini 25

ditolak, karena umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Umur buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang termuda berumur 23 tahun dan tertua berumur 56 tahun. Seperti pada tabel 4.3, menunjukkan distribusi umur terhadap produktivitas tidak berpola teratur (mengacak), sehingga menyebabkan umur tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Hal ini diduga karena umur tidak menjadi tolak ukur untuk meningkatkan produktivitas karena keuletan individu setiap buruh sadap di lapangan berbeda-beda. Menurut Rahmawati (2012), semakin tua umur tenaga kerja maka produktivitas semakin menurun. Menurut pengalaman di lapangan, umur tidak selamanya terkait dengan produktivitas, biasanya yang dibutuhkan produktivitas adalah pengalaman kerja dan teknis faktor pohon. Umur yang tinggi tidak selalu mempunyai pengalaman yang tinggi, begitu juga umur yang lebih muda tidak selalu mempunyai pengalaman yang rendah. 4.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel pendidikan (X 2 ) nilai t hitung sebesar (2,428) > t tabel (2,032) dan nilai signifikansinya adalah 0,021 < 0,05. Sedangkan nilai b 2 pendidikan adalah sebesar -1,304, artinya jika pendidikan bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan berkurang -1,304 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang artinya pendidikan (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pendidikan dalam penelitian ini diterima, karena pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Pendidikan buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang terendah berpendidikan 2 tahun dan tertinggi berpendidikan 12 tahun. Hal ini diduga walaupun pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas namun pada dasarnya produktivitas buruh sadap karet tidak memerlukan pendidikan yang tinggi karena itu hasil regresinya menunjukkan arah yang negatif. Menurut pengamatan di lapangan didalam pekerjaan sebagai buruh sadap karet, secara dominan hanya memerlukan kekuatan tenaga fisik karena buruh sadap pada umumnya adalah pekerjaan kasar. Berdasarkan pandangan Rahmawati (2012), pekerjaan kasar yang mengandalkan fisik yang kuat tidak memerlukan pendidikan 26

secara khusus, pendidikan kecenderungan negatif, artinya pendidikan yang tinggi justru menurunkan produktivitas tenaga kerja. Tetapi jika ada perbaikan produktivitas didalam perbaikan teknologi, pendidikan menjadi sangatlah penting, karena penggunaan teknologi didalam pekerjaan membutuhkan kecerdasan intelektual buruh sadap karet. 4.3.3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel pengalaman (X 3 ) nilai t hitung sebesar 2,046 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,049 < 0,05. Sedangkan nilai b 3 pengalaman kerja adalah sebesar 1,345, artinya jika pengalaman kerja bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 1,345 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang artinya pengalaman (X 3 ) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pengalaman kerja dalam penelitian ini diterima, karena pengalaman kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Pengalaman kerja buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang termuda berpengalaman 3 tahun dan tertua berpengalaman 15 tahun. Seperti pada tabel 4.5, menunjukkan distribusi pengalaman kerja terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan pengalaman kerja mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Nasir (2008), masa kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masingmasing pihak perlu untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi. 4.3.4. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel tingkat upah (X 4 ) nilai t hitung sebesar 19,766 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b 4 tingkat upah adalah sebesar 0,589, artinya jika tingkat upah bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,589 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang artinya tingkat upah (X 4 ) berpengaruh signifikan terhadap 27

produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang tingkat upah dalam penelitian ini diterima, karena tingkat upah berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Tingkat upah buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang upah terkecil Rp.619.000,- dan upah terbesar Rp.856.000,-. Seperti pada tabel 4.6, menunjukkan distribusi tingkat upah terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan tingkat upah mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Adhadika (2013), besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. 4.3.5. Pengaruh Insentif Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel insentif (X 5 ) nilai t hitung sebesar 2,685 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,011 < 0,05. Sedangkan nilai b 5 insentif adalah sebesar 0,367, artinya jika insentif bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,367 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, yang artinya insentif (X 5 ) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang insentif dalam penelitian ini diterima, karena insentif berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Insentif buruh sadap di Desa Sumber Makmur tidak terlalu beragam, mulai dari insentif Rp.100.000,- Rp.140.000,-. Seperti pada tabel 4.7, menunjukkan distribusi insentif terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan insentif mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Tasunane (2003), insentif adalah penghargaan yang dirancang untuk mendorong dan memotivasi pegawai untuk berusaha melampaui performansi normal yang diharapkan. Sedangkan menurut Govindarajan dan Anthony (2004), sistem 28

insentif didesain agar dapat mempengaruhi perilaku untuk menefektifkan strategi organisasi, dan memberi dampak pada kinerja organisasi. 4.4. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dan Pembahasan Analisis terhadap regresi sederhana ini menunjukan pengaruh dari variabel bebas: produktivitas buruh sadap (Y) terhadap variabel tidak bebas : pendapatan buruh sadap (Z). Analisis model regresi sederhana ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi sederhana menunjukan nilai koefisien determinasi (R 2 adjusted) 0,950. Ini menunjukan sekitar 95,00% variasi dari variabel pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel produktivitas buruh sadap (Y), sedangkan sisanya 5,0% variasi dari pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi sederhana diatas. Adapun signifikansi model regresi sederhana ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (748,592) > F tabel (4,10), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara produktivitas buruh sadap (Y) terhadap pendapatan buruh sadap (Z), dengan persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Z = b 0 + b 1 Y Z = 109,109 + 1,563Y Tabel 4.10. Hasil Uji Komputasi Regresi Sederhana No Variabel Parameter Dugaan (b) Nilai t hitung Taraf Uji (α=0,05) Tingkat Signifikansi 1 Konstanta 109,109 3,926 0,000 2 Produktivitas (Y) 1,563 27,360 (*) 0,000 Signifikan R 2 adjusted = 0,950 F hitung = 748,592 F tabel = 4,10 t tabel = 2,024 Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Produktivitas (Y) nilai t hitung sebesar 27,360 > t tabel 2,024 dan nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b produktivitas adalah sebesar 1,563, artinya jika produktivitas bertambah 1 satuan, maka pendapatan akan bertambah 1,563 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 29

diterima, yang artinya produktivitas buruh sadap karet (Y) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan buruh sadap karet (Z). Jadi hipotesis tentang produktivitas yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini diterima, karena produktivitas berpengaruh nyata terhadap pendapatan buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Oleh sebab itu, produktivitas buruh sadap yang semakin tinggi menyebabkan pendapatan buruh sadap semakin tinggi pula. Menurut Purwanti (2014), pendapatan yang seimbang dengan beban kerja yang disumbangkan buruh adalah sangat penting, karena pendapatan buruh sadap karet yang mencukupi bagi buruh akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi sehingga pada akhirnya akan memberikan dorongan bagi buruh didalam bekerja dan melakukan aktifitas di perusahaan, yang pada akhirnya juga akan berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan yaitu produksi dan pendapatan bersih perusahaan. Pada dasarnya pendapatan yang meningkat bagi buruh juga akan memberikan peningkatan pendapatan bersih bagi perusahaan, sesuatu yang bersifat saling menguntungkan bagi buruh dan perusahaan. 30