permintaan karet alam Indonesia, khususnya analisis yang lebih mendalam dengan membedakan wilayah produksi dan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

Seperti telah diungkapkan di bagian depan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

Pads umumnya suatu pendugaan model dikatakan valid jika nilai RMSE (Root Mean Square Error), RMSPE (Root Mean

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

PERNYATAAN ORISINALITAS...

III. TINJAUAN PUSTAKA

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KAKAO SUMATERA BARAT KE MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

Riskayanto. Lembaga Pengembangan Akunlansi & manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN LADA PUTIH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh : Dizy Soebtrianasari A

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling popular di mata sebagian besar manajer investasi global. Trading

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu

IV. METODE PENELITIAN

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

EFEK INSTABILITAS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA DAN HARGA KOPI DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

1 Universitas Indonesia

PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA ABDULHAKIM MADIYOH

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

IV. METODE PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

Transkripsi:

S tudi terdahulu yang menganalisis penawaran dan permintaan karet alam Indonesia, khususnya analisis yang lebih mendalam dengan membedakan wilayah produksi dan jenis pnogusahaan masih sangat terbatas. Adapun berbagai studi yang relevan dengan penelitian ini yang telah dilakukan untuk karet alam Indonesia, antara lain adalah studi-studi yang dikemukakan berikut. Teken (1971) dan Xuslim (1990) melakukan analisis produksi karet alam Indonesia dengan membedakan produksi karet yang berasal dari perkebunan rakyat dan produksi yang berasal dari perkebunan besar. Dalam studi tersebut Teken menghipotesakan bahwa produksi karet perkebunan rakyat adalah merupakan fungsi dari harga karet di pasar domestik, harga beras domestik beda kala, dan peubah trend. Metode pendugaan yang digunakan dalam studi ini adalah metode Three Stage Least-Square (3-SLS) daa data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1950 hingga tahun 1966. Muslim (19901 mengembangkan model permintaan dan penawaran karet alam Indonesia secara simultan dengan pendugaan parameter metoda Two Stage Least-Square (2-SLS). Muslim menghipotesakan bahwa produksi karet perkebunan

rakyat adalah fungsi dari harga karet alam di pasar domes- * tik, harga beras di pasar domestik dan peubah trend. Sedangkan produksi karet perkebunan besar dihipotesakan merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar dunia, harga minyak sawit di pasar dunia, ban peubah trend. Data yang dianalisis adalah data deret waktu mulai tahun 1966 hingga tahun 1987. Peubah eksogen yang dimasukkan dalam persamaan dapat menjelaskan 75 persen variasi dari produksi karet perkebunan rakyat, dan sebesar 92 persen variasi dari produksi karet perkebunan besar. Studi ini menginformasikan bahwa elastisitas penawaran perkebunan rakyat adalah 0.172 dan elastisitas penawaran perkebunan besar adalah 0.063. Jussof (1977) menganalisis permintaan dan penawaran industri karet alam dunia dengan menggunakan metoda Two Stage Least-Square (2-SLS) dengan data deret waktu dari tahun 1950 hingga tahun 1974. Penulis berhipotesa bahwa persamaan penawaran karet alam dari negara produsen karet alam adalah fungsi dari harga karet alam, peubah trend, dan produksi beda kala. Dimasukkannya peubah trend dalam persamaan penawaran adalah untuk menangkap kema j uan tehnologi, seperti perbaikan bidang agronomi dan penggunaan klon-klon baru yang mempunyai produksi yang tinggi.

Chan (1962) menganalisis penawaran karet alam Malaysia khusus untuk perkebunan besar dengan menggunakan model regresi linier sederhana. Dalam studi ini dihipotesakan bahwa produksi karet alam perkebunan besar adalah fungsi dari harga karet saat ini, dan harga karet be& kala. Data yang dipergunakan merupakan data deret waktu dari tahun 1948 hingga tahun 1959. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi karet perkebunan besar dipengaruhi secara positif oleh harga RSS 1. Sakarindr (1979) &lam Muslim (1990) menetapkan fungsi produksi untuk negara penghasil karet utama seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia adalah sama. Sakarindr berhipotesa bahwa produksi karet alam negara produsen utama karet slam adalah fungsi dari harga beras &lam negeri, dan harga minyak sawit beda kala untuk Malaysia. Pendugaan model dilakukan dengan metoda two stage leastsquare (2-SLS) untuk data dari tahun 1955 hingga tahun 1972. Hendratno (1989), memf ormulasikan model panawaran karet alam Indonesia dengan menggunakan model autoregresif, dengan hipotesa bahwa jumlah penawaran/produksi karet negara tertentu adalah fungsi dari harga karet alam di pasar domestik, peubah trend, dan jumlah penawaran/ produksi beda kala. Ketiga peubah eksogen yang dimasukkan dalam persamaan dapat menjelaskan 74 persen dari variasi

produksi karet alam di pasar domastik clan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 10 persen. Selanjutnya Hendratno menformulasikan penawaran karet alam Malaysia dan penawaran karet slam Tbailand sebagai fungsi dari harga karet alam di pasar domestik, produksi karet alam beda kala dari masing-masing negara, &sn peubah trend. Suleiman (1986) menduga penawaran produsen karet alam Malaysia dengan model s truktur f enologi atau model proses produksi yang juga merupakan model regresi linier berganda. Penawaran karet alam produsen diperoleh dengan perhitungan bertahap, melalui pendugaan peubah yang mem- pengaruhi respon areal. Jumlah penawaran merupakan perkalian antara luas areal produktif dengan produktivi- tas. Data yang dipergunakan adalah data deret waktu dari tahun 1950 hingga tahun 1980. Grilli, et.al (1979) menggunakan model persamaan parsial regresi linier berganda dalam menformulasikan penawaran karet alam negara-negara produsen. Dalam studi ini dihipotesakan bahwa jumlah penawaran karet alam yang ditawarkan merupakan fungsi dari jumlah penawaran karet alam be& kala, harga karet alam jenis RSS 1 pa& tingkat FOB, dan peubah trend. Data yang dianalisis adalah data deret waktu sejak tahun 1955 hingga tahun 1975, dan pendu- gaan parameter menggunakan metoda OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran ekspor karet alam beda kala,

harga karet alam jenis RSS 1 tingkat FOB, dan peubah trend berpengaruh positif terhadap jumlah penawaran ekspor karet alam. Muslim (1990) menghipotesakan bahwa penawaran ekspor karet alam Indonesia a&lah fungsi dari harga karet alam di pasar dunia, produksi karet alam Indonesia, dan nilai tukar efektif. Dengan menggunakan model di atas, 89 persen dari variasi ekspor karet alam &pat dijelaskan oleh peubah eksogennya. Selanjutnya, studi ini mengemukakan bahwa ekspor karet alam Malaysia adalah dipengaruhi nilai tukar. Sedangkan ekspor karet alam Thailand, selain dipengaruhi tingkat harga karet alam di pasar dunia juga dipengaruhi nilai tukar dan peubah trend. Dengan menggunakan persamaan double logaritma, studi Saleh (1991) memberikan informasi bahwa untuk pangsa pasar ekspor karet alam jenis spesifikasi teknis (TSR) yang paling berpengaruh adalah ratio harga TSR dengan karet konvensional di pasar London, perkembangan tehnologi barang jadi dari karet, pangsa ekspor karet alam jenis TSR beda kala, dan peubah trend. Selanjutnya Saleh mengemukakan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap pangsa ekspor karet alam jenis TSR Thailand maupun TSR Malaysia adalah

ratio harga TSR dengan harga konvensional di pasar London, ratio harga TSR dengan harga karet konvensional di pasar Kuala Ltmpur, dan peubah trend. Teken (1971) menghipotesakan bahwa penawaran ekspor karet alam Indonesia adalah merupakan fungsi dari harga karet di pasar dunia, produksi karet alam Indonesia, nilai tukar, dan peubah trend. Sedangkan penawaran ekspor karet alam negara-negara lain dihipotesakan sebagai fungsi dari harga di pasar dunia dan peubah trend. Sedangkan Sakarindr berhipotesa bahwa ekspor karet alam dari negara produsen adalah merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar dunia, harga karet alam di pasar domestik masingmasing produsen, dan perubahan stok karet alam dari masing-masing negara produsen. Karena Anrerika Serikat adalah intportir terbesar akan karet alam, studi ini menggunakan harga karet alam di pasar New York sebagai harga karet alam dunia. Susilobroto (1984) menduga volume ekspor karet alam Indonesia dengan menggunakan model regresi linier berganda. Studi ini menyajikan hubungan antara volume ekspor karet alam Indonesia dengan peubah tidak bebas harga karet alam beda kala, harga karet sintetis, tingkat inf lasi dunia, pertumbuhan GNP negara maju, volume ekspor karet alam Malaysia dan Thailand, konsumsi karet alam dunia, pajak ekspor karet, produksi karet alam Indonesia,

nilai tukar, dan peubah boneka beruga kebijakan perekonomian untuk mengataai resesi. Data yang dianalisis adalah data triwulan dari tahun 1970 hingga tahun 1982, dan pendugaannya menggunakan metoda OLS. Syaraf (1985) menduga ekspor karet slam jenis TSR ke Amerika Serika t dan Singapura dengan menggunakan model regresi linier berganda. Ekspor karet alam Indonesia jenis TSR ke Amerika Serikat maupun ke Singapura diduga dipengaruhi harga karet alam TSR SIR 20 be& kala, tingkat bunga uang dalam negeri, harga karet sintetis di pasar internasional, produksi bahan olah karet rakyat (Bokar), dan nilai tukar. Data yang digunakan adalah data deret waktu dari tahun 1970 hingga tahun 1982, dan pendugaan dilakukan dengan metoda OLS. Hasil dugaan parameter menunjukkan bahwa jumlah produksi bahan olah karet rakyat, harga karet alam SIR 20 beda kala, harga karet sintetis, dan nilai tukar berpengaruh positif. Sedangkan tingkat bunga berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Indonesia ke Singapura, te tapi berpengaruh negati f terhadap ekspor ke Amerika Serikat. Anwar (1987), dalam menformulasikan ekspor karet alam Indonesia menggunakan model regresi linier berganda, dan pendugaan parameter dilakukan dengan metoda OLS. Studi ini menduga bahwa terdapat hubungan antara peubah volume ekspor karet alam Indonesia dengan total produksi karet

alam Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US $, pajak ekspor, harga karet alam jenis RSS 1, harga karet sintetis SBR, total ekspor karet alam Malaysia clan Thailand, produksi ban di Amerika Serikat, inflasi negara OECD, dan peubah kebijakan bunga uang. Data yang dianalisis adalah data deret waktu triwulan mulai dari tahun 1970 hingga tahun 1982. Penelitian ini menyimpulkan bahwa produksi sangat nyata mempengaruhi jumlah ekspor karet alam Indonesia. Nancy (1988), dengan model regresi linier berganda double logaritma menformulasikan ekspor karet alam Indonesia sebagai fungsi dari nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, harga riel karet alam tingkat FOB Jakarta, tingkat inflasi di negara OECD, pajak ekspor karet alam, dan peubah kebijakan pemerintah dalam devaluasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Data yang dianalisis adalah data deret waktu triwulan mulai dari tahun 1970 hingga tahun 1986, dan parameter diduga dengan menggunakan metoda OLS. 3.3 Harga Kamt Alam In- dan Duuia Muslim (1990), menghipotesakan bahwa harga karet alam Indonesia adalah merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar dunia, penawaran ekspor karet alam Indonesia, harga karet sintetis di pasar dunia, dan peubah trend.

Selanjutnya Muslim menghipotesakan bahwa harga karet alam di gasar dunia adalah fungsi dari ekspor karet alam dunia, harga karet aintetis di pasar dunia, ratio stok karet alam dunia dongan konsumsi karet slam dunfa, peubah dunmy mulai diperkenalkannya ban radial, clan peubah waktu. Pendugaan' parameter dengan metoda two stage least-square (2-SLS), dan data yang dianalisis adalah data deret waktu mulai dari tahun 1966 hingga tahun 1987. Untuk persamaan harga karet alam Indonesia, model ini &pat menjelaskan 72 persen dari variasi harga karet alam domestik. Sedangkan untuk persamaan harga karet alam dunia, peubah eksogen yang ada didalam model hanya &pat menjelaskan 55 persen dari variasi harga karet alam di pasar dunia. Dari tinjauan pustaka mengenai berbagai hasil penelitian kditas karet yang dapat dihimpun terdapat berbagai pendapat tentang peubah-peubah yang diduga bezpengaruh terhadap persamaan produksi, persamaan penawaran ekspor dan persamaan harga karet alam. Selain terdapat perbedaan dalam model yang digunakan, juga terdapat perbedaan peubah yang dimasukkan dalam setiap persamaan, perbedaan dalam metoda pendugaan parameter yang digunakan, dan perbedaan

data deret waktu yang dianalisis. Dengan perbedaan- perbedaan tersebut, terdapat perbedsan haail analisis antara penelitian yang aatu dengan penelitian yang lainnya. Beberapa keaimpulan yang &pat ditarik dari tinjauan pustaka yang dikemukakan di atas adalah: 1. Model yang digunakan untuk menfonnulasikan persamaan penawaran total dan penawaran ekspor karet alam sebagian menggunakan model parsial menggunakan model persamuan simultan. dan sebagian 2. Sebagian besar studi yang dikemukakan di atas &lam analisis persamuan penawaran total dan penawaran ekspor karet alam tidak membedakan jenis mutu karet yang sebenarnya. Karet slam &lam analisis dianggap sebagai satu jenis mutu komoditas. 3. Sebagian penelitian yang dikemukakan di ataa melaku- kan analisis produksi karet slam Indonesia ber- dasarkan jenis pengusahaannya, yaitu atas dasar perkebunan besar &n perkebunan rakyat, dan sebagian lagi menganalisisnya secara agregat tanpa membedakan j enis pengusahaannya. 4. Dari studi karet slam Indonesia yang dikemukakan di atas belum a& analisis penawaran/produksi karet alam Indonesia yang berdasarkan wilayah produksi. Dalam analisis produksi atau penawaran karet alam

Indonesia, semua studi yang dikemukakan di atas melakukannya secara agregat. 5. Produksi adalah merupakan pmrkalian antara areal produktif dengan tingkat produktivitas. Dalam menduga persaaman produksi karet alam, sebagian besar studi yang telah dikemukakan melakukan secara - langsung melalui pendugaan tidak bertahap. Dalam atudi ini pendugaan produkai dilakukan secara bertahap.